Kota Medan: Harimau Mati Lagi, Penguasa Sungguh tak Punya Hati!

 


Oleh Sari Ramadani, S.Pd (Aktivis Muslimah)


Jangankan manusia, hewan pun tersiksa hidup dengan aturan selain-Nya. Begitu kiranya fakta pilu hari ini, benar memang ketika hukum-Nya dicampakkan, malapetakalah yang akan kita dapatkan.


Diberitakan bahwa satu satwa jenis harimau Sumatera kembali mati di Medan Zoo. Harimau Sumatera itu bernama Bintang Sorik. Selain Bintang Sorik, nyatanya ada beberapa harimau mati di Medan Zoo dalam kurun waktu tiga bulan terakhir ini yaitu, harimau Sumatera bernama Erha yang mati pada awal November 2023, harimau Benggala bernama Avatar mati pada awal Desember 2023, harimau Sumatera bernama Nurhaliza mati pada 31 Desember 2023, harimau Benggala bernama Wesa mati 22 Januari.


Kembali matinya satwa jenis harimau di Medan Zoo, Bobby Nasution selaku Walikota Medan mengaku bahwa beliau belum mengetahui hal tersebut. Menurut beliau, matinya harimau Sumatera itu dikarenakan usianya yang sudah cukup renta. Bukan itu saja, beliau pun mengatakan beberapa waktu lalu dirinya sudah bertemu dengan Ketua Persatuan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI) Rahmat Shah.


Bobby mengaku tidak ingin mencari siapa yang salah dalam matinya beberapa satwa jenis harimau di Medan Zoo. Sebab, menurutnya matinya hewan di Medan Zoo tidak bisa menyalahkan siapa pun. Permasalahan di Medan Zoo, hanya satu, yaitu tidak adanya satwa yang memiliki penerusnya. Menurutnya untuk mencari solusi Medan Zoo ini harus secara komprehensif. Dikatakan bahwa pihaknya tidak ingin menghabiskan uang puluhan miliar, tetapi hasil akhirnya tidak sesuai dengan yang diharapkan (medan.tribunnews.com, 13/02/2024).


Tampak bahwa respons yang ditunjukkan oleh Walikota Medan terhadap kematian beberapa ekor harimau Sumatera di Medan Zoo ini sungguh tidak etis. Walaupun adanya wacana Walikota yang sedang menunggu investor, tetapi membiarkan gaji karyawan yang mandek beberapa bulan, matinya beberapa satwa, hingga tidak layaknya hunian satwa, dan sebagainya tentu saja bukanlah sikap yang bijaksana oleh seorang pemimpin.


Sudah seharusnya seorang pemimpin menjalankan fungsinya sebagai seorang yang mengurusi apa-apa saja yang menjadi tanggung jawabnya, termaksud soal satwa dan karyawan yang bekerja di sana, bukan malah memberikan respons yang tidak ada solusi atau bahkan seolah tidak peduli. Hal inilah yang makin menunjukkan bahwa kacamata sekuler disistem kapitalisme ini memang tidak terlalu memandang penting tentang keberlangsungan hidup satwa di kebun binatang.


Padahal, di sisi Allah satwa merupakan makhluk yang juga harus diperhatikan, kita pun sebagai manusia tidak boleh berlaku semena-mena terhadapnya dan siapa saja yang menyayangi apa-apa yang ada di bumi, maka yang di langit pun juga akan menyayanginya. Wajah asli sistem kapitalisme telah menunjukkan bahwa benarlah jika penguasa hari ini sungguh tidak punya hati, banyak harimau mati, tetapi respons yang diberikan malah tidak berempati.


Jika kita melihat pada sistem Islam, di dalam sistem Islam, keberadaan kebun binatang harus berdasarkan urgensinya yang tentu saja ini semua untuk kemaslahatan bukan keuntungan semata. Jika dibutuhkan, maka negara akan memberikan fasilitas pada satwa dengan layak selama satwa tersebut berada dalam kebun binatang. Selain itu, pemimpin dalam sistem Islam juga memiliki sikap takwa karena adanya kesadaran penuh bahwa nantinya akan ada hisab yang menanti mereka di akhirat kelak, yang dari sini mereka akan senantiasa berhati-hati dalam bertindak.


Untuk itu, pantang bagi pemimpin di dalam Islam menyia-nyiakan apa saja yang sudah menjadi tanggung jawabnya termasuk soal satwa, sekalipun ini adalah hewan dan bukan manusia. Sebab, Islam adalah sebuah rahmat bagi seluruh alam termasuk juga manusia, hewan, dan tumbuhan, bahkan orang-orang di luar Islam sekalipun, tetapi dengan catatan, bahwa Islam harus diterapkan secara sempurna bukan setengah-setengah. Maka, sudah seharusnya sebagai seorang yang mengaku muslim dan berimam, kita harus mengembalikan kemuliaan Islam dengan menerapkan Islam kembali sebagai pengatur kehidupan.


Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

اَفَحُكْمَ الْجَـاهِلِيَّةِ يَـبْغُوْنَ ۗ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ حُكْمًا لِّـقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَ

“Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?” (QS. Al-Ma’idah [5]: 50).


Wallahualam bissawab.