PANGGUNG DAKWAH




Oleh: Supiani
(Forum Muslimah Peduli Umat, Sei Rampah)

Manusia adalah makhluk yang ada kalanya begitu mengedepankan sisi melankolis. Sensitifitas terhadap rasa yang kadang hanyalah berupa prasangka. Tiada bukti dan dugaan belaka.

Hal wajar ketika terkadang manusia merasa diabaikan. Merasa tak dibutuhkan perannya. Bahkan merasa tak dibiarkan mengambil peran. Rasa rendah diri pun mucul. Merasa tak layak menjadi bagian. Tak mumpuni berada dalam barisan. Merasa menjadi orang yang salah ditempatkan pada satu pilihan. Atau menjadi orang yang salah memilih untuk tempatkan.

Kondisi ini terkadang membuat impian untuk berhenti seolah terbayang di pelupuk mata. Beranggapan bahwa barangkali menjadi bagian dari barisan lain adalah lebih baik. Jika hal ini dibiarkan, maka tak heran, kelak semua tempat tak pernah tepat. Semua peran tak pernah sesuai. Semua barisan tak sepemikiran. Jika perasaan saja yang berbicara dibiarkan.

Tapi tidak dengan panggung dakwah. Semua mendapat peran. Bahkan wajib ambil bagian. Tak ada peran yang sepele di panggung dakwah. Semua peran, penting bagi keberlangsungan dakwah.

Panggung dakwah memang tak gemerlap. Sebab bukan ia yang menjadi sorotan cahaya. Melainkan ialah yang memancarkan cahaya. Bak sebuah mercusuar, begitulah fungsi panggung dakwah bagi kehidupan. Ia harus mampu memancarkan cahaya agar orang-orang sadar, ada petunjuk yang bisa mereka ikuti.

Tapi jangan berharap popularitas semata dalam panggung dakwah. Sebab, seandainya popularitas melekat pada pelakonnya, namun bukan untuk itu panggung dakwah ada.

Era millenial dimana dunia digital berperan aktif dalam penyebaran segala informasi. Panggung dakwah pun tak luput turut ambil bagian. Dakwah virtual menyajikan aktivitas dunia maya dengan tujuan yang sama dengan dunia nyata. Yaitu memassifkan penyebaran ide-ide Islam kaffah. Agar keberadaan Islam bukan hanya menjadi pelengkap isian kartu identitas, melainkan menjadi ideologi bagi peradaban.

Panggung dakwah virtual membuka dan menawarkan lowongan pekerjaan bagi para pengemban mabda. Mulai dari menjadi penulis, desain grafis, fotografis, bahkan tugas copy paste juga suatu yang penting dalam panggung dakwah.

Jika pernah berkecil hati karena tak pernah terpilih untuk mendapatkan peran penting dalam suatu kegiatan dan organisasi, mari ambil peran dalam panggung dakwah. Namun ingat, jangan pernah berharap popularitas dalam panggung dakwah. Sebab sejatinya panggung dakwah diperuntukkan bagi mereka yang menjadikan ridha Allah bagi tiap perbuatannya.

Jangan memandang sinis seolah panggung dakwah begitu menginginkan kita bergabung dalam barisannya dan menjadi pemerannya. Sebab panggung dakwah tak akan pernah kehabisan pemeran. Ia akan tetap eksis bersama pemeran-pemeran baru yang terus melayakkan diri dengan panggung dakwah. Yang sevisi misi dengannya.

Jika kita masih beranggapan bahwa panggung dakwah begitu mendamba, jelas kita keliru. Kita yang butuh panggung dakwah, demi terlaksananya beban amanah yang terpanggul di bahu kita. Amanah untuk menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Agar kelak, syariah Islam bisa diterapkan dan khilafah kembali ditegakkan.

Wallahu ‘alam Bish-showab.