Aqidah Islam, Mengenal Nama Allah Al-khaliq



بسم الله الرحمن الرحيم

Oleh : Tommy Abdillah


(Khadim Majelis Ulin Nuha)



Seorang hamba yang telah mengaku beriman kepada Allah ta'ala dan beriman kepada Rasulullah Muhammad Shallahu 'alaihi wa sallam memiliki kewajiban untuk mengimplementasikan dan memperkokoh keimanannya. Diantara jalan mewujudkannya adalah dengan mengenal nama-nama Allah (Asma' Al-husna) dan mengenal sifat-sifatnya. 


Nama-nama Allah ta'ala seluruhnya adalah husnaa, maksudnya adalah mencapai puncak kesempurnaannya. Karena nama-nama itu menunjukkkan kepada pemilik nama yang mulia, yaitu Allah Subhaanahu wa Ta’ala dan juga mengandung sifat-sifat kesempurnaan yang tidak ada cacat sedikit pun ditinjau dari seluruh sisinya. 


Allah Ta’ala berfirman,


{وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ} [الأعراف : 180]


Artinya : "Allah mempunyai asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan."(QS. Al-a’raf : 180). Banyak orang mengaku mengenal Allah ta'la tapi tidak mampu mewujudkan rasa  cintanya kepada Allah SWT. Akibatnya mudah melanggar perintah-perintah Allah dan mengerjakan larangan-larangan Allah.


Al-imam Ibnu Al-qayyim rahimahullah mengatakan, barang siapa yang mengetahui nama-nama Allah dan sifat-sifatnya, maka pasti dia akan mencintai Allah subhanahu wa ta'aala. Dan jika telah mencintai-Nya maka dia akan mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.[1]


*Makna Al-khaliq*


Al-Khaliq berasal dari akar kata “khalaqa” atau “khalq”, yang berarti mengukur, membentuk atau memperhalus. Makna ini kemudian berkembang menjadi “menciptakan sesuatu yang baru, menciptakan dari ketiadaan, menciptakan tanpa satu contoh terlebih dahulu atau menciptakan sesuatu yang baru dari sesuatu yang telah ada. Dalam Al-Qur’an, kata “Khaliq” dengan berbagai bentuknya disebut secara berulang hingga 150 kali. Namun, kata “Khaliq” sendiri disebutkan sebanyak delapan kali.


Menurut Al-Raghib Al-Ashfahaniy, “Al-Khaliq” berarti Dzat yang menciptakan sesuatu tanpa bahan atau contoh yang sudah ada (QS. Al-A’raf : 189). Selain itu, juga bermakna “menciptakan sesuatu dari yang lain” (QS. An-Nisa : 1).[2]


Seluruh makhluk Allah subhanahu wa ta’ala selalu diciptakan-Nya tanpa melihat contoh sebelumnya, tidak ada persamaan dengan yang lain. Allah lah yang menciptakan segala sesuatu. Mulai dari langit, bumi, manusia, jin, malaikat, dunia, akhirat, dan yang lain. Allah subhanahu wa ta’ala yang menciptakan segala sesuatu dengan ukuran yang tepat, dengan rapi, kuat dan teliti. Allah SWT berfirman,


هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ


Artinya: “Dia-lah Allah Yang Menciptakan, yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa.”(QS. Al-Hasyr: 24). Mengutip penjelasan Ustadz Isnan efendi Khaliq dan Khallaq bermakna sama yaitu pencipta. Akan tetapi ada tambahan tasydid pada khallaq bermakna lebih atau sering. Berlaku kaidah


" زيادة المبنى تدل على زيادة المعنى"


Tambahan huruf di dalam bahasa Arab menunjukan tambahan makna. Artinya terus atau sering menciptakan. Ada 2 tempat di dalam Al-Qur'an:


إِنَّ رَبَّكَ هُوَ الْخَلَّاقُ الْعَلِيمُ


Artinya : "Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah Yang Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui".(QS. Al-hijr : 86)


Pada ayat ini berlaku kaidah : 

"إذا افترقت اجتمعت"


Apabila istilah tersebut tidak berkumpul dalam satu text maka maknanya sama. Maka mencakup makna nama yang lain : Al-khaliq, Al-Baari, Al mushawir.


Allah SWT berfirman,


أَوَلَيْسَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يَخْلُقَ مِثْلَهُمْ بَلَى وَهُوَ الْخَلَّاقُ الْعَلِيمُ


Artinya : “Dan tidaklah Rabb yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui".(QS. Yasin : 81)


Imam Al-azhari dalam Tahdhibul Lughah dan Imam Al-khattabi rahimahumullah dalam Sya'nud Du'aa menyebutkan makna Khalaqa Menciptakan sesuatu tanpa contoh sebelumnya. Jika dimasukkan ال bermakna Rabb. Maka tidak bisa dipakai nama makhluk kecuali dijadikan sebagai mudhaf. Ada tambahan mudhaf ilaihi. Nama Al-Khaliq dan Al-Khallaq merupakan tanda dan nama Allah yang paling nampak (zhahir) diantara nama Allah yang lainnya. Maka Allah menanyakan orang kafir dengan kata menyebutkan kata ciptaan. Allah SWT berfirman,


وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ ۚ


Artinya : "Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka menjawab: "Allah".(QS. Az-zumar : 38).


Syaikh Taqiyuddin An-nabhani rahimahullahu menjelaskan tentang kedudukan Allah ta'ala sebagai Al-khaliq,


وحين ننظر الى المحدود نجده ليس ازليا والا لماكان محدودا فلا بد من ان يكون المحدود مخلوقا لغيره هو خالق الاانسان والحياة والكون، وهو اما ان يكون مخلوقا لغيره او خالقا لنفسه او ازليا واجب الوجود. اما انه مخلوق لغيره فباطل لاانه يكون محدودا، واما انه خالق لنفسه فباطل ايضا، لاانه يكون مخلوقالنفسه وخالق لنفسه في ان واحد وهذ باطل ايضا. فلا بد ان يكون الخالق ازليا واجب الوجود وهوالله تعالى.


"Apabila kita melihat kepada segala sesuatu yang bersifat terbatas akan kita simpulkan bahwa semuanya tidak azali. Jika bersifat azali (tidak berawal dan tidak berakhir) tentu tidak mempunyai keterbatasan.  Dengan demikian segala sesuatu yang terbatas pasti diciptakan oleh sesuatu yang lain. Sesuatu yang lain inilah disebut Al-khaliq. Dialah yang menciptakan manusia, hidup dan alam semesta.


Dalam menentukan keberadaan pencipta ini akan kita dapati 3 kemungkinan :


*Pertama :* Ia diciptakan oleh yang lain.


*Kedua :* Ia menciptakan diri-Nya sendiri.


*Ketiga :* Ia bersifat azali dan wajibul wujud.


Kemungkinan pertama bahwa ia diciptakan oleh yang lain adalah kemungkinan yang bathil, tidak dapat diterima oleh akal. Sebab bila benar demikian tentu Ia bersifat terbatas.


Begitu pula dengan kemungkinan kedua yang menyatakan bahwa Ia menciptakan diri-Nya sendiri. Jika demikian berarti Dia sebagai makhluk dan Khaliq pada saat bersamaan. Hal ini jelas-jelas tidak dapat diterima karena itu Al-khaliq harus bersifat azali dan wajibul wujud, Dialah Allah SWT.[3]


*Penutup*


Dengan demikian cukup jelas bagi kita bahwa kedudukan Allah ta'ala sebagai Al-khaliq memiliki keagungan dan kebesaran yang tak terbatas yang menciptakan seluruh makhluk-makhluk-Nya dialam semesta. Maha suci Allah sebagai Al-khaliq bila ada yang mensifatkan dengan makhluk-makhluk-Nya yang lemah. 


Wallahu a'lam


Daftar Pustaka


1. Ibnu Qayyim Al-jauziyah, Kitab Madârijus Sâlikin juz 3, hal 17, Darul I’ikr Beirut, 1408 H


2. Al-Raghib al Asfihani, Kitab Mu'jam Mufradat Alfaz al-Qur'an, Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah


3. Taqiyuddin An-nabhani, Kitab Nidzhamul islam hal 10-11