Kehancuran Generasi adalah Kehancuran Masyarakat


Ummu Arifah (Pemerhati Generasi)


Seorang penulis bidang psikologi masyarakat pernah menyebutkan bahwa cara merusak tatanan masyarakat yang disusun oleh tiga pihak. Tiga pihak itu adalah seorang ibu, lalu seorang guru, dan terakhir adalah seorang ulama.
Seorang Ibu adalah guru yang utama dikeluarganya. Jika guru dalam keluarga ini tak lagi berfungsi maka harmonisasi keluarga akan terguncang dengan goncangan yang hebat. Sebab Ibu adalah madrasotul ula, dimana ayah adalah kepala sekolahnya. Maka jika tidak ada sekolah di rumah itu, dipastikan biduk keluarga tersebut akan tidak punya tujuan dan tidak menghasilkan output apa-apa kecuali kerusakan moral yang parah.
Kemudian, seorang guru di sekolah (masyarakat). Jika guru ini pun tak lagi berfungsi optimal sebagaimana layaknya guru pada masa keemasan Islam, maka tunggu sajalah kehancuran generasi itu. Waktunya tidak akan lama lagi, generasi dalam masyarakat itupun akan hancur sebab tidak memiliki identitas. Generasi itu kehilangan jati dirnya. Tak kenal dirinya, bahkan tak kenal Tuhannya. Apalagi jika guru yang ada pada saat itu mayoritas sekuler dengan kurikulum dari Negara yang juga sekuler, output pendidikan itu pun akan sekuler tulen, mengikuti pola cetakannya.
Terakhir, jika ulama pada masyarakat itu pun sekuler dan tak mau lagi amar ma’ruf nahi munkar pada penguasa. Maka inilah garda paling akhir yang akan ditumbangkan oleh keadaan. Generasi yang hancur karena ibunya, gurunya dan juga para ulamanya, akan hancurlah seketika termakan sistem yang rusak itu. Pertanyaannya, dapatkah ini diperbaiki agar generasi tersebut selamat?
Jawabannya, tentu dapat. Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan menerapkan system atau hukum yang sudah dibuat sang Pencipta generasi itu, yaitu hukum Allah. Sebab, jika hokum Allah yang dijadikan system Negara maka Negara tersebut akan menjadikan para ibu kembali pada perannya sebagai madrosah yng utama. Lalu guru di sekolah/ masyarakat akan menguatkan identitas siswa karena sudah dibekali kurikulum yang shohih yang mengajak tunduk kepada Tuhannya. Lalu, Negara senantiasa dikawal dan dijaga oleh para ulama pewaris Nabi akan memastikan bahwa Negara itulah yang akan mencetak generasi tadi menjadi generasi Robbani yang seutuhnya.
Maka benarlah pendapat penulis Barat tadi, jika 3 pihak ini dihancurkan, tentu generasi akan hancur. Jika generasinya hancur, maka masyarakatnya pun hancur tak punya identitas. Muncullah bangsa pembebek yang tak punya visi dan misi. Oleh karena itu, tak ada jalan lain. Kita hadang kehancuran generasi dengan sistem / hukum Allah yang sempurna ini. InsyaAllah. Wallhu a’lam.