Media, Marshanda dan Propaganda

Kini adalah saat dimana dunia maya menjadi nyata. Semua kejadian yang ada di dunia nyata, kini bisa diakses di dunia maya dengan kecanggihan teknologi dalam sekejap. Sebuah masalah pribadi pun bisa menjadi viral hanya dalam waktu sehari. Kacamata dunia kini beralih pada sebuah gadget atau smartphone yang bisa dibawa kemanapun, kapanpun, dimanapun. Benar, sebuah survey memang membuktikan bahwa Indonesia adalah pengguna internet urutan ke-6 terbesar di dunia dengan angka 83,7 juta orang pengguna di tahun 2014. Bahkan diprediksi oleh riset pasar e-marketer pada tahun 2017 pengguna internet di Indonesia akan mencapai 112 juta orang pengguna, mengalahkan jepang. Meski begitu, menurut survey AC Nielsen, sebuah perusahaan riset informasi global asal Amerika, Televisi masih menjadi media terpopuler di Indonesia urutan pertama pada angka 95%, disusul dengan internet pada urutan kedua di angka 33%. Otomatis informasi dari dua media ini menjadi alat, objek sekaligus sasaran empuk para kapitalis.

Kalau dahulu pola penjajahan ke berbagai negara mengatasnamakan 3G (Gold, Gospel, Glory) maka kini telah berubah dengan istilah 3F (Food, Fun, Fashion). Mengacu pada “Teori Jarum Suntik”, bahwa sesuatu yang booming di dunia televisi dan internet maka juga akan booming di dunia nyata. Arus berita pun tergantung pada topic yang paling bisa memberikan surplus rating meningkat drastis tanpa memperdulikan tayangan tersebut baik atau buruk, fitnah atau fakta, apakah membuat harga diri orang hancur atau membuat seseorang terpandang, semua itu disama ratakan atas nama informasi. Disinilah sebuah The Clash of Civilization (perang peradaban) bermula kembali. Bukan lagi perang secara fisik yang kasat mata, melainkan perang pemikiran yang bisa membunuh sebuah peradaban tanpa mengeluarkan senjata sedikitpun.

Kalangan artis, adalah korban yang paling banyak berjatuhan. Untuk mencapai sebuah rating berita yang memuaskan, kata-kata agama pun tak jarang dilibatkan. Muncul pula fenomena artis hijabers, Ustadz artis, artis instagram, artis Youtube dan sebagainya. Meski begitu Alhamdulillah ada juga dari segelintir mereka yang akhirnya berhasil lepas dari jeratan tersebut.  Sebut saja Teuku Wisnu, Peggy Melati Sukma dan lainnya. Belakangan ini muncul pula berita tentang Marshanda yang tengah di blow up habis-habisan oleh media, mulai dari kisah ia bercerai dengan Ben Khasyafani, didiagnosa menderita bipolar disorder II sama seperti penyakit Robbin William salah satu actor Holywood, melepas hijab, membuat video puisi The Unspoken, berpacaran dengan Egi Johan kemudian putus dan sebagainya. Sebelum-sebelumnya muncul pula berita ustadz artis yang membatalkan jadwal tausiyah lantaran tarif tidak sesuai, kasus Jessica dan Mirna yang hingga kini belum selesai dan kasus yang lain.

Semua itu bermula dari sebuah isu, diangkat menjadi topic hangat, dijadikan topic utama dan lucunya terkadang meminta pandangan dari orang lain yang bahkan secara keseharian tidak pernah bersama dengan objek yang ditanggapi. Akhirnya, jawaban singkat dan dangkal terlontar tanpa ada analisis fakta secara menyeluruh. Bukan malah menyelesaikan masalah, malah bisa jadi jatuh pada Ghibah (Gosip).

Islam sebagai agama yang sempurna, mengajarkan cara yang benar dalam mengoreksi sebuah perkara. Contoh salah satunya, adalah sebuah kisah bagaimana seorang ulama mengingatkan kesalahan kecil seorang ulama yang lain, tapi dengan cara yang baik dan tidak menyinggung perasaan. Bagaimana cara ulama tersebut mengoreksi sahabatnya itu? Sang ulama tersebut sengaja datang larut malam kerumah ulama yang dimaksud, secara diam-diam tanpa diketahui siapapun. Kemudian dia bertamu dan setelah bertemu dengan sahabatnya tersebut, diapun menyampaikan kesalahan yang dilakukan sahabatnya itu secara ahsan, tidak di depan umum. Begitulah yang diajarkan oleh Rasulullah saw, diikuti oleh para sahabat, para ulama dan orang-orang yang beriman hingga saat ini.

Saudaraku, sebenarnya terlalu dini jika kita memutuskan seseorang layak atau tidak layak, pantas atau tidak pantas, baik atau buruk, berilmu atau tidak jika hanya dengan informasi yang sepintas bahkan belum tentu benar. Saya merasa sedih, ketika beberapa waktu lalu ada komentar pedas dari seorang netizen tatkala menanggapi kasus perceraian seorang Ustadz kondang dengan istrinya dengan komentar-komentar yang terkesan negatif. Memang benar, manusia tidak ada yang sempurna. Para ustadz juga tidak sempurna, para Da’i juga tidak sempurna, begitupun saya tidak sempurna dan banyak sekali kekurangan. Justru itulah, kita sebagai kaum muslimin wajib mengingatkan saudara kita dalam kebaikan, wajib menyampaikan kebenaran karena itu kita berdakwah. Ketika ada saudara kita yang mungkin kita anggap ada kekurangan, maka kita dukung dia untuk memperbaiki diri, bukan malah sebaliknya.

Saudaraku, Jangan sampai kita mengikuti jejak orang-orang yahudi yang menghina para nabi meski sudah ditunjukkan mukjizat. Tidak pandai bersyukur padahal telah Allah berikan manna wa salwa. Menyembah sapi padahal telah disampaikan oleh Musa dan Harun atas Pencipta sejati yakni Allah SWT. Bukan berarti saya mendukung segelintir orang dan menyudutkan yang lain, sama sekali bukan. Tetapi sesungguhnya maraknya keganjalan-keganjalan muslim hari ini tidak terlepas dari jauhnya kita dari pemahaman islam yang benar. Kini kita menganggap bahwa Islam sama dengan Nasrani, Yahudi, Majusi dan lainnya. Padahal Islam adalah satu-satunya agama yang Allah ridhoi, bermakna Allah menolak agama selain Islam. Kita menganggap tak perlu bawa urusan agama dalam kehidupan pribadi, jangan bawa urusan agama ketika di kantor, di pekerjaan, saat buka usaha dan sebagainya. Padahal justru itu Islam hadir untuk menyelamatkan kita dan mengatur seluruh sendi-sendi kehidupan kita dengan benar.

Beberapa kasus selebriti yang lain, malah seharusnya patut diambil ibrahnya. Semisal kisah taubatnya Caesar yang memilih membuka usaha makanan dan berdakwah, Peggy Melati Sukma yang sekarang istiqomah dalam memakai jilbab, kisah Teuku Wisnu yang memilih berdakwah untuk mengejar akhirat daripada dunia. Gitaris Sheila on 7 yang memilih jalan kebenaran setelah hidayah menghampiri beliau, kisah Harry Moekti seorang roker yang kini menjadi ustadz dan kisah-kisah lainnya. Mengapa bisa seperti itu? Karena pemikiran mereka telah berubah, yang dahulu bukan Islam kini telah diselimuti oleh Islam. Dahulu yang pernah tersesat dalam mengikuti pola hidup dan gaya kebarat-baratan kini telah kembali menjadikan Nabi Muhammad saw sebagai tauladan.

Ingat, kesalahan bukan hanya karena ada niat pelakunya, tetapi karena sistem, negaranya, pemimpinnya membolehkan kesempatan untuk itu! Bertaubatlah, bertaubatlah, bertaubatlah, kembali pada Islam!.

Akhukum

Efendy Abdullah ~ Islamic Inspirator
Founder Official Line @dakwahkitaID