Medan Termacet ke 15, Berasap Medanku!



Oleh: Kartika Putri, S.Sos

(Aktivis Muslimah)


Suasana pagi hari di Kota Medan, berharap udara yang dihirup sejuk dan segar, tapi justru udara di pagi buta sudah terpapar asap kendaraan. Sebelum sampai ke tempat tujuan, tubuh sudah merasa lelah, nafas terasa sesak, wajah pun hitam terkena asap kendaraan. Bukan hal yang mengagetkan, menurut hasil laporan tahunan data dan informasi tren lalu lintas kota di dunia, survei Tom-tom Traffic Index mengungkapkan, Kota Medan masuk nomor 15 kota termacet di dunia.


Kepala Dinas Perhubungan Sumut, Agustinus Panjaitan, merespon hasil survei Tom-tom Traffic Index tidak begitu kaget, menurutnya salah satu penyebab kemacetan yang cukup parah di Kota Medan, disebabkan tingginya mobilitas penggunaan kendaraan pribadi. Bukan hanya di Kota Medan, tapi di beberapa kabupaten di Sumut, indikator lainnya bisa dari sisi tingkat pelayanan ruas dan kapasitas jalan. Bahkan, dilansir dari Tribun.com, 18/6/2025, pengamat transportasi Kota Medan, Djoko Setijowarno menyatakan, "Wajar itu, memang begitu kondisi Medan saat ini (macet parah), salah satu cara mengatasinya ya benahi infrastruktur angkutan umum terlebih dahulu." 


Kondisi yang terjadi pada masyarakat Kota Medan saat berkendara, baik menggunakan mobil pribadi, motor, angkot, dan kendaraan umum lainnya. Sering terjadi pelanggaran dalam berkendara, seperti pelanggaran rambu-rambu lalu lintas, serta kurangnya kelengkapan dalam berkendara. Angkutan umum belum menyebar secara luas di beberapa titik di Kota Medan, seperti bus listrik, bahkan angkutan umum tidak sampai masuk ke area pemukiman warga dan daerah perkampungan. Seharusnya angkutan umum masuk di beberapa wilayah dan daerah, hingga ke pelosok-pelosok pemukiman warga, serta jarak angkutan umum tidak jauh dari rumah warga, dan mudah dijangkau. Angkutan umum harus melayani setiap kawasan pemukiman warga, baik itu di kota, maupun di pedesaan.


Banyaknya masyarakat Kota Medan yang lebih memilih naik kendaraan pribadi, dan kurangnya respon masyarakat terhadap fasilitas transportasi umum. Tidak adanya jalur khusus busway, fly over, dan underpass di Medan. Kemacetan juga diakibatkan tata kota yang belum maksimal, ukuran dan kapasitas jalan, batas kecepatan, kemacetan lalu lintas, parkir sembarangan, pedagang yang memakai ruas jalan, kecelakaan berkendara, kondisi jalan rusak, berlubang, perbaikan jalan, cuaca buruk, dan lain-lain.


Akibat dari kemacetan yang cukup parah di Kota Medan, populasi udara semakin meningkat dan sangat memberi dampak yang buruk bagi kesehatan. Udara yang dihirup sudah tercemar oleh asap berkendara, banyaknya warga yang lebih dominan menggunakan kenderaan pribadi, dibandingkan transportasi umum. Jumlah kendaraan pribadi bertambah banyak, dan Medan semakin berasap.


Yang menjadi pertanyaan, mengapa masalah ini belum juga ada penyelesaiannya, padahal selalu menjadi isu tahunan? Padahal, permasalahan yang terjadi bukan hanya sekedar persoalan teknis, seperti kurangnya bus atau jalan yang sempit, tapi disebabkan sistem pengelolaan kota yang tidak dibangun berdasarkan amanah pengurusan umat. Negara tidak benar-benar menjadikan pelayanan rakyat sebagai tanggung jawab syar'i. Transportasi publik misalnya, masih dipandang sebagai proyek atau sektor ekonomi, bukan sebagai kebutuhan dasar masyarakat umum.


Sistem kehidupan yang benar dibangun atas dasar akidah Islam, di mana standar kehidupan berdasarkan halal dan haram. Islam memandang jalan merupakan salah satu infrastruktur yang sangat penting dalam membangun dan meratakan ekonomi sebuah negara demi kesejahteraan rakyatnya. Dalam sistem Islam, negara bukan hanya menyediakan transportasi, tapi memastikannya tersebar merata di berbagai wilayah, memastikan keamanan, cepat, bahkan gratis. Bukan karena hanya proyek tender, tapi karena memang menjadi kewajiban penguasa sebagai pelayan umat.


Sabda Rasulullah SAW, "Imam adalah rain (pengurus rakyat), dan bertanggung jawab atas rakyatnya." (HR Bukhari)


Dengan adanya penerapan sistem Islam, seorang khalifah akan menjalankan amanah dengan baik dan menjalankan kepemimpinannya dengan penuh ketakwaan, masalah infrastruktur jalan yang  mengakibatkan kemacetan parah mampu terselesaikan dengan maksimal.


"Sampai kapan kita bertahan dalam sistem tambal sulam ini? Tanpa perubahan mendasar, Medan akan terus berasap dan macet, dan rakyatlah yang menanggungnya setiap hari."



Wallahu a'lam bisshowab