DAKWAH PRIORITAS



Abu Khalishah 

Dakwahsumut.com,- Menjadikan dakwah sebagai skala prioritas dalam hidup ini memang berat dan sulit. Banyak tantangan dan ujian yang akan dihadapi. 

Bagi seorang Ayah sebagai kepala rumah tangga yang punya tanggung jawab memenuhi kebutuhan keluargnya mulai dari memberi nafkah baik makanan, pakaian, tempat tinggal dan kebutuhan sehari-hari lainnya tentu akan membutuhkan waktu, pikiran dan tenaga yang banyak untuk menjalankan tanggung jawabnya sebagai kepala rumah tangga. 

Jika seorang Ayah memiliki anak yang banyak tentunya akan lebih berat lagi tanggung jawabnya begitu juga istrinya sebagai pengurus rumah tangga yang memiliki banyak anak tentu juga punya tanggung jawab yang lebih berat bila dibandingkan dengan mereka yang belum punya anak apalagi yang masih jomblo. 

Bisa dibayangkan bagaimana sibuknya seorang Ayah dalam memenuhi kebutuhan keluarganya di zaman kapitalis saat ini yang serba mahal dengan pendapatan masyarakat yang rendah hingga mucul istilah pergi pagi pulang petang penghasilan pas-pasan. Terkadang harus menguras tenaga, pikiran untuk memenuhi kebutuhan hidupnya hinga pinjam sana pinjam sini hingga utangpun sudah sampai keliling pinggang  istilah sekarang ini.

Begitu juga dengan seorang ibu yang mengurusi rumah tangga yang senantiasa menunggu suaminya apakah ada hasil yang dibawa pulang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sambil membereskan pekerjaan rumahnya mulai dari memasak, mencuci, mengasuh anak dan setumpuk pekerjaan rumah lainnya. 

Sepertinya cerita tentang kesibukan tanggung jawab sebagai suami dan istri dalam mengurusi keluarganya saja tak kunjung selesai karena banyaknya kewajiban yang harus dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhannya dan belum lagi dengan kewajiban lainnya seperti berbuat baik kepada orang tua, membiayai pendidikan anaknya baik yang didalam kota maupujn  diluar kota seperti anaknya yang di pesantren dan lain sebagainya. 

Begitu juga dengan para Jomblo, anak-anak muda saat ini  dengan berbagai godaan dunia baik pergaulan hidup bebas, pacaran,  maraknya narkoba, begal, tauran dan dengan berbagai problematika rejama lainnya terutama ujian bagi para Gen Z. 

Istiqomah disaat mudah juga berat sampai-sampai Allah menjanjikan akan memberikan naungan di hari kiamat bagi pemuda yang rajian beribadah. 

Namun demikian apakah semua alasan itu bisa kita jadikan alasan untuk meninggalkan dakwah atau menjadikan kita akan berdakwah hanya diwaktu luang saja? 

Sehingga seakan-akan kitalah yang paling sibuk diantara orang lain tidak ada waktu untuk berdakwah , tidak bisa datang agenda dakwah bahkan sepertinya mau mundur saja dari dakwah, na'uzubillah. 

Hidup untuk Dakwah 

Ketahuilah sungguh Allah menciptakan manusia tujuannya adalah untuk beribadah atau mengabdi kepadaNya.

Ibadah yang paling dicihtai Allah adalah dakwah maka jelaslah sudah bahwa  Ibadah yang paling utama itu adalah berdakwah yakni  mengajak orang ke jalan Islam sehingga mereka menjadi orang yang taat dalan menjalankan SyariatNya secara kaffah. 

Rasulullah saw. bersabda:

… وَأَحَبُّ عِبَادَةِ عَبْدِي إِلَيَّ النَّصِيحَةُ…

Ibadah hambaku yang paling kucintai adalah Nasihat. (HR. At-Thabrani, al-Mu’jam al-Kabir: VII/251; Ibn Hajar, Fathul Bariy: XVIII/324) 

Rasulullah saw. bersabda:

.. فَوَاللَّهِ ِلأَنْ يَهْدِىَ اللَّهُ بِكَ رَجُلاً خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ

..Demi Allah, bila ada satu orang saja yang mendapat hidayah melalui perantaraan dirimu, maka itu lebih baik bagimu dari pada unta-unta merah (benda/kendaraan yang paling dibanggakan orang Arab). (HR. Al-Bukhari: 2787; 3425; 3888. & Muslim: 4423) 

… ياَ عَلِي، ِلأَنْ يَهْدِيَ اللهُ عَلىَ يَدَيْكَ رَجُلاً خَيْرٌ لَكَ مِمَّا طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ..

Wahai ‘Ali, bila ada satu orang saja yang mendapat hidayah melalui perantaraan tanganmu, maka itu lebih baik bagimu dari pada terbitnya matahari. (HR. Al-Hakim: XV/199) 

لأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى يَدَيْكَ رَجُلا خَيْرٌ لَكَ مِمَّا طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ وَغَرَبَتْ

Demi Allah, bila ada satu orang saja yang mendapat hidayah Azza wa Jalla melalui perantaraan tanganmu, maka itu lebih baik bagimu dari pada terbit dan tenggelamnya matahari. (HR. At-Thabrani, al-Mu’jam al-Kabir: I/403) 


Maka oleh karena itulah tidak ada alasan untuk melalaikan apalagi meninggalkan dakwah hanya karena urusan dunia baik pekerjaan, keluarga dan bisnis untuk mendapatkam harta yang tidak akan dibawa mati kecuali jika diinfakkan dijalan Allah. 

Mari kita raih pahala dakwah dengan sungguh-sungguh senantiasa menjalankan amanah dakwah yang diberikan. Teruslah menjadi orang-orang yang senantiasa memperbaiki diri dengan meningkatkan amal ibadah dengan ketaatan pada Allah dan RasulNya hingga kita meraih gelar taqwa karena inilah perbekalan kita sesungguhnya. 

Dunia ini hanya sementara dan akhiratlah yang selamanya dan semua yang ada di dunia ini akan berakhir. Orang kaya mati, orang miskin mati, raja-raja mati, rakyat biasa juga akan mati dan semua pasti akan mati maka mari persiapkan kematian denga amal terbaik kita tentunya dengan dakwah dan amalan lainnya. 

Di dalam Al-Quran Allah  SWT. memerintahkan agar kita memperhatikan (nasib) di hari esok (akhirat), sebagaimana firman-Nya: 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ 

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Hasyr: 18) 


Allah SWT. juga  memerintahkan agar kita mempersiapkan perbekalan sekaligus menunjukkan perbekalan yang paling baik dengan firman-Nya: 

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى 


"...Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa..." ( QS. Al-Baqarah: 197) 

Semoga kita istiqomah dijalan Allah walau berat tapi IsnyaAllah dapat Surga seperti kata sebagian orang  "Istiqomah itu berat tapi dapat Surga kalau mau ringan  ya  Istirahat saja cuma dapat kipas angin". 


Wallahu 'alam.