Emang Boleh Semerdeka Itu?

 



Oleh Sindi Laras Wari (Aktivis Muslimah)


“Sungguh enak makan pepaya

Dicampur dengan buah semangka

Diriku ini selalu bertanya

Mengapa ada kurikulum merdeka” 


Pantun tersebut menggambarkan isi dari pemikiran sebagian orang yang bertanya mengapa kurikulum dalam sistem pendidikan di Indonesia selalu berubah. Ternyata perubahan yang dilakukan bermaksud untuk meningkatkan kualitas. Namun, apakah hal tersebut mampu terwujud? 


Senin 27 November 2023, di SMA Negeri 8 menggelar upacara untuk memperingati Hari Guru Nasional (HGN) mengusung tema “Bergerak Bersama, Rayakan Merdeka Belajar” yang dilaksanakan dengan penuh haru dan suka cita (medanbismisdaily.com, 27/11/2023). 


Dalam hal mengusung merdeka belajar terdapat sekolah yang optimis mewujudkan kurikulum tersebut, dengan tujuan adanya merdeka belajar mampu meningkatkan sistem pendidikan di Indonesia. Karena para murid lebih merasa ringan dengan beban pelajaran pendalaman materi yang harusnya ia pikul apabila mengikuti kurikulum sebelumnya dan guru merasa bebas untuk mengolah kreativitasnya dalam menyampaikan pembelajaran. 


Dengan demikian kurikulum sebelumnya membuktikan bahwa sistem pendidikan di Indonesia terlalu banyak membebani muridnya. Hingga akhirnya muncullah kurikulum merdeka belajar yang menurut sebagian orang sebagai wajah baru dalam sistem pendidikan di Indonesia karena hal baru yang dibawakan oleh kurikulum tersebut. 


Setelah terkonfirmasi sistem pendidikan sebelum kurikulum merdeka belajar terlalu membebani murid, muncullah persoalan baru dalam kurikulum merdeka belajar. Kurikulum merdeka belajar menegaskan secara langsung bahwa tujuan pendidikan hari ini berorientasi pada jenjang karier, di mana para pelajar dididik dan dicetak sebagai orang yang siap kerja atau bersaing dalam lapangan kehidupan. 


Hal ini menyebabkan persiapan para anak didik yang berkualitas dicetak sesuai dengan kebutuhan korporasi yang berlaku saat ini. Mengedepankan urusan kepentingan dunia, agar mampu bersaing dalam kancah kehidupan yang mendongkrak nilai pendapatan. Semua ini disebabkan karena sistem pendidikan yang berlandaskan kepada sekulerisme kapitalisme. 


Pendidikan yang berlandaskan pada sekuler kapitalis tidak mampu menghasilkan generasi yang mulia, hal ini dikarenakan sistem pemisahan antara agama dengan kehidupan. Sehingga manusia yang terlahir dari sistem pendidikan seperti itu hanya berorientasi pada kesenangan hidup didunia tanpa memikirkan kehidupan yang selanjutnya. 


Tak ayal dengan bergantinya kurikulum yang terus menerus terjadi, tidak memberikan efek yang signifikan terhadap sumber daya manusia yang dihasilkan. Semakin kesini yang terjadi adalah kerusakan dan amburadul pada setiap jiwa manusianya. Sebab sangat sedikit manusia yang mengikuti perintah agamanya, menjalankan kehidupan sesuai kehendaknya. 


Sangat berbanding terbalik dengan sistem pendidikan dalam Islam, Islam mampu mencetak generasi yang mulia. Sebagai bukti dunia saat ini mampu membaca biografi generasi Islam yang cemerlang, di mana Islam mampu berdiri tegak selama 13 abad lamanya. 


Sebagai contoh Imam As-Syafi’i tidak hanya seorang mujtahid yang ilmunya hingga hari ini banyak digunakan dan dipelajari umat, akan tetapi beliau juga seorang panglima perang. Dalam Islam sendiri gelar sebagai mujtahid ataupun mujahid merupakan gelar yang sangat mulia. Gelar yang hanya bisa diraih oleh orang yang memiliki keimanan yang tinggi dan cara berpikir yang tinggi. 


Dimasa berdirinya negara Islam banyak ditemukan orang-yang seperti Imam Syafi’i, hal ini menunjukkan keberhasilan pendidikan Islam dalam melahirkan generasi pencetak peradaban yang mulia. Keberhasilan ini pasti ditopang dengan sistem pendidikan yang matang, jelas dan sahih. Dalam pendidikan di negara Islam baik tingkat sekolah maupun perguruan tinggi, mereka harus membentuk para pelajar yang berkepribadian Islam. 


Tolok ukur dari memiliki kepribadian Islam yakni apabila seseorang tersebut memiliki pola pikir  dan pola sikap yang Islam. Pembentukan kepribadian Islam tentu tidak dapat dibentuk dengan mudah dan secara instan. Maka dari itu sistem pendidikan Islam harus menunjang agar umat mampu memiliki kepribadian yang Islam. Sehingga para pelajar akan peka terhadap permasalahan umat dan Islam. 


Pada sistem pendidikan Islam, tidak hanya bertumpu kepada negara tetapi juga bersifat menyeluruh. Islam juga mewajibkan para orang tua untuk mendidik anak-anak dengan akidah dan syariat Islam dari sejak dini. Serta masyarakat juga dituntut menjadi tempat pembelajaran yang nyata dan mengamati penerapan syariat Islam. 


Islam juga mensyariatkan amar makruf nahi munkar serta tolong menolong agar menjadi budaya ditengah-tengah masyarakat. Sehingga antar negara keluarga serta masyarakat saling bekerja sama dalam mewujudkan Islam yang mulia di tengah kehidupan. Hanya dengan menerapkan sistem Islamlah kita mampu menjadi negara yang sejahtera sebab Islam Rahmatan lil alamin. 


Sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: 


وَمَاۤ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّـلْعٰلَمِيْنَ

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya [21]: 107).


Wallahualam bissawab.