Gerakan Gadget Sehat Membentuk Generasi Berkualitas, Benarkah?

 


Oleh: Halizah Hafaz Hutasuhut, S.Pd 

(Aktivis Muslimah dan Praktisi Pendidikan)

Dakwahsumut.com,- Mendambakan generasi berkualitas, berakhlak baik, berilmu pengetahuan unggul, serta memiliki keimanan yang kukuh, saat ini bak mimpi di siang bolong. Betapa tidak, generasi kini jauh dari kata bermoral, berilmu dan beriman. Dari fakta inilah, Inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI), Prof Dr dr Ridha Dharmajaya Sp BS (K) berambisi untuk mengajak ratusan siswa SMP Al Ulum dalam menyiapkan diri menatap masa depan agar terciptanya generasi yang berkualitas. Menurut Prof Ridha generasi berkualitas adalah generasi yang sehat dan bermoral. Bukan generasi cacat dan penyakitan karena akibat penggunaan gadget yang salah dan berlebih. (Medanbisnisdaily.com, 17/09/2023)

Era digital saat ini, tidak ada pemuda atau generasi yang tidak kenal gadget. Semenjak adanya sekolah daring atau online, gadget menjadi benda yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk digunakan dalam melakukan pembelajaran sekolah. Dari waktu ke waktu, tidak bisa dipungkiri bahwa kecanggihan teknologi semakin bertambah. Banyak sekali informasi yang dapat di akses dalam penggunaan teknologi tersebut, yaitu berupa informasi baik atau positif maupun informasi buruk atau negatif. Bahkan, penggunaan teknologi atau gadget dapat menguras banyak waktu dalam kehidupan sehari-hari.

Sehingga gadget telah menjadi sahabat yang paling utama dalam kehidupan manusia. Maka dari itu, penggunaan gadget mampu menjadi tombak yang merobek tirai kebodohan ataupun menjadi boomerang bagi penggunanya. Kemudian, munculnya kecanduan gadget dipicu karena kesalahan dalam praktik penggunaan teknologi. Kemajuan teknologi pun tidak dibarengi dengan keimanan dan ketakwaan seseorang sebagi hamba dihadapan sang pencipta. Dari sinilah, timbul berbagai bencana dalam kehidupan.

Padahal gadget diciptakan untuk memudahkan pemenuhan hajat dalam kehidupan bukan sebagai pemicu persoalan kehidupan seperti kecanduan, dekadensi moral, kehilangan jati diri hingga hilangnya kewarasan. Adanya Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI) pun merupakan gerakan positif yang di inisiasi Prof Ridha. Hanya saja gerakan pembentukan generasi berkualitas tidak cukup hanya dengan adanya GGSI belaka. Akan tetapi, negara juga harus berperan kuat dalam mengedukasi dan membentuk generasi-generasi berkualitas. Sehingga, bukan suatu penyelesaian jika gadget atau kecanggihan teknologi dijauhkan dari para generasi atau pemuda, dengan tujuan untuk menuntaskan boomerang penggunaaan gadget yang buruk.

Sebab, kecanggihan teknologi yang dimanfaatkan sebaik mungkin akan menciptakan generasi yang intelektual. Hanya saja, peliknya persoalan ini terjadi karena negara menerapkan sistem sekularisme atau paham yang memisahkan agama dari kehidupan yang kemudian dijadikan asas dalam seluruh perbuatan. Sekularisme dengan segala turunannya, salah satunya gaya hidup bebas (liberal) telah menciptakan berbagai persoalan. Virus food, fun and fashion yang diusung para sekuleris merupakan kunci utama dalam melemahkan pemikiran para pemuda dari akidah Islam serta menebarkan kebahagiaan palsu bagi generasi umat atas nama kesenangan dunia. 

Tidak hanya itu, kurangnya peran negara dalam mengontrol kebijakan IT, rendahnya ketakwaan individu muslim, penerapan sistem ekonomi kapitalisme dan sistem pendidikan sekuler telah menjauhkan umat dari terwujudnya ketakwaan. Berbeda dengan Islam, teknologi berupa gadget adalah madaniyah atau materi berupa benda. Maka, sangat didukung dan digalakkan demi kemaslahatan umat. Namun jika madaniyah mengandung hadharah atau pemikiran asing yang merusak maka akan ditolak dan dihilangkan. Game dan aplikasi-aplikasi yang tidak bermanfaat harus dihapus tanpa jejak, apalagi konten porno yang diharamkan. 

Maka, hanya sistem Islam yang mampu mengatasi maraknya kecanduan game yang berujung kerusakan pada generasi. Sebab negara yang menerapkan aturan Islam kaffah yaitu khilafah akan bertanggung jawab penuh terhadap pembentukan ketakwaan, kontrol masyarakat atau amar makruf nahi munkar dan pemberlakuan sistem sanksi bagi pelaku kemaksiatan. Sebagaimana firman Allah Swt, dalam Qs. Al-Maidah ayat 50 bahwa "Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki? (Hukum) mana yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini?"

Kemudian dalam Islam, generasi berkualitas adalah generasi yang tidak hanya unggul pada aspek skill saja, namun harus unggul dalam pola pikir dan pola sikap. Pola pikir dan pola sikap yang unggul hanya akan lahir dari asas pemikiran yang lurus yaitu akidah yang memiliki cara pandang benar tentang hakikat kehidupan dan keberadaan manusia di dunia. Dengan akidah yang seperti ini pemuda atau generasi akan tertuntun untuk memiliki kesadaran yang lurus dan langkah hidup yang benar. Dengan demikian asas pembangunan generasi termasuk sebagai asas sistem pendidikan dan asas bagi sistem-sistem lainnya harus menghadirkan ideologi Islam didalamnya. Sehingga akan lahir pemuda atau generasi berkepribadian Islam yang paham tujuan penciptaan, yakni sebagai hamba Allah sekaligus sebagai khalifah pemakmur bumi, bukan perusak bumi.