Transportasi Mudik Aman, Masih Impian

 



Oleh: Ummu Rasyid (Aktivis Muslimah KoAs Tanjungbalai)

 

Arus mudik menjelang hari besar keagamaan seperti hari raya Idul Fitri diantara yang membuat harga tiket transportasi seperti pesawat kereta api, bus antar provinsi mengalami kenaikan. Selain itu kondisi jalan kemacetan proyek jalan yang belum selesai juga menjadi masalah setiap musim mudik. Diakui atau tidak secara umum layanan transportasi yang ada belum bisa memberikan jaminan rasa aman dan nyaman. Semua ini berakar dari kebijakan layanan publik yang dibuat oleh sistem kapitalisme penguasa.

 

Kebijakan yang dibuat oleh kapitalisme tidak berpihak pada rakyat. Sebagai contoh dikala masyarakat mengeluhkan kenaikan harga tiket, solusi yang diberikan adalah diskon harga tiket padahal akar masalahnya adalah negara lepas tanggung jawab dari kewajiban memberikan layanan yang murah bahkan gratis. Selain itu penyerahan pengelolaan transportasi kepada pihak swasta dan asing menyebabkan komersialisasi yang akhirnya merugikan rakyat yang dianggap sebagai konsumen.

 

Ketika terjadi banyak kecelakaan saat mudik solusi yang diberikan hanya sekedar perbaikan jalan atau himbauan kepada para pemudik mewaspadai titik rawan kemacetan dan bencana. Ini menunjukkan bahwa keselamatan jiwa bukanlah prioritas penguasa. Dalam sistem kapitalisme semua kerumitan masalah transportasi di masa arus mudik ataupun balik sebenarnya sangat mudah diselesaikan jika Islam dijadikan asas bagi sistem yang mengatur negara yang juga kita kenal dengan sebutan Daulah Islam atau Khilafah.

 

Khilafah berdiri di atas asas aqidah Islam dan menerapkan hukum Islam untuk mengatur semua kebutuhan rakyatnya tak terkecuali terkait transportasi. Islam memandang negara wajib menyediakan transportasi yang aman dan nyaman dengan harga terjangkau bahkan gratis sebab layanan ini bagian dari bentuk Khilafah menjamin keamanan warga negaranya. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam:

"Tidak boleh ada bahaya atau dan tidak pula saling membahayakan" hadits riwayat Ibnu Majah dan Ahmad.

Salah satu contoh bagaimana perhatian pemimpin Khilafah terhadap transportasi ialah sikap Khalifah Umar bin Al Khattab radhiallahu Anhu ketika beliau menjadi kepala negara pernah berujar "Seandainya ada seekor keledai terperosok di kota Baghdad karena jalan rusak aku khawatir Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan meminta pertanggungjawaban diriku di akhirat nanti". Bahkan di masa khilafaur utsmaniyah tepatnya pemerintahan Sultan Abdul Hamid 2 negara Khilafah mampu membuat dan menyelesaikan proyek kereta api hijau yang terbentang antara Damaskus sampai Madinah. Proyek ini dibangun tidak lama setelah penemuan teknologi kereta api. Latar belakang pembangunan proyek ini adalah agenda tahunan ibadah haji kaum muslimin. Dengan kereta api ini perjalanan kaum muslimin menjadi lebih pendek yakni waktu tempuh dari 17 jam menjadi 4 jam.

 

Adanya tradisi mudik tentu Khilafah akan mengatur dengan mudah transportasi baik jalur darat laut maupun udara akan dijamin aman nyaman dan terjangkau bahkan gratis. Kebijakan Khilafah juga tidak akan parsial seperti untuk meminimalisir kemacetan atau menghimbau masyarakat saja namun pengambilan kebijakan adalah untuk memudahkan rakyat dan menghindari jatuhnya korban kecelakaan.