Harga Naik Menjelang Ramadhan, Tradisi Buruk Yang Terus Berulang

 



Oleh: Putri Sarlina SH 

(Aktivis Muslimah KoAs Tanjungbalai)

 

Seolah sudah tradisi, harga menjelang ramadhan selalu naik. Seperti yang diberitakan harga sejumlah komoditas bahan pangan pokok seperti cabai, minyak goreng, gula pasir kualitas premium, dan daging ayam ras segar. Kenaikan tersebut terjadi 20 hari jelang bulan puasa. Dikutip dari katadata.co.id.

Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, rata rata harga cabai merah besar secara nasional mencapai Rp 24.200 perkilogram, pada Jumat (3/2). Angka tersebut naik dibandingkan pada bulan lalu yang mencapai Rp 36.250 per kg. Begitupun dengan minyak goreng dan daging ayam ras.

Salah satu penyebab kenaikan harga adalah adanya peningkatan permintaan di masyarakat menjelang ramadhan. Oleh karena itu, Wapres mengimbau agar hal ini dapat diantisipasi dengan baik sehingga harga yang beredar di pasaran nantinya tidak membebani masyarakat. Wapres mengatakan Pemerintah sudah mengantisipasi melalui upaya penanggulangan inflasi, supaya di daerah tidak terjadi kenaikan harga karena kelangkaan.

Kenaikan harga pada bulan puasa mengakibatkan rakyat kesusahan mendapatkan bahan kebutuhan pokok meski pemerintah sudah melakukan antisipasi hal itu tidak membuat harga komoditas menjadi stabil saat permintaan naik, negara sebagai penanggung jawab urusan umat seharusnya melakukan upaya antisipatif agar tidak ada gejolak harga dan rakyat mudah mendapatkan kebutuhannya.

Namun inilah gambaran dalam sistem kapitalisme, pemimpin hanya bertindak sebagai regulator atau pembuat aturan, dalam aspek pangan negara hanya berupaya menyediakan pasokan pangan sesuai permintaan. Meski juga tidak mencukupi. Negara tidak memastikan apakah komoditas pangan terjangkau setiap individu rakyat atau tidak. Disisi lain ada pihak yang bermain curang dengan menimbun atau memonopoli perdagangan barang. Hingga saat ini tidak bisa mengurai masalah kenaikan harga.

Kegagalan itu akibat jauhnya upaya tersebut dari akar persoalan yang ada sebab harga Pengan yang melonjak sehingga sulit di jangkau rakyat berpangkal dari paradigma kapitalisme neoliberal yang selama ini dijadikan pijakan dalam mengelola ekonomi rakyat.

Pengurusan pangan diserahkan kepada pihak swasta atau korporasi, yang mengejar keuntungan tanpa memperhatikan kemudharatan pihak lain dan aspek halal haram. Oleh karena itu selama pengaturan pangan tidak dilepaskan dari paradigma kapitalisme neoliberal maka stabilitas harga dan penyediaan pasokan pangan yang cukup dan terjangkau sesuai kebutuhan rakyat tidak akan pernah teralisasi.

Sangat berbeda dengan pengaturan Islam, Islam memiliki mekanisme yang ampuh, Islam menetapkan fungsi pemimpin sebagai pelayan dan pelindung rakyat. Apalagi pangan merupakan kebutuhan asasi yang pemenuhannya dijamin oleh negara.

Allahu 'alam bishawab