Sekulerisme Rusak Moral Remaja

 



Oleh: Nurul Fadhilah, S.Pd (Aktivis Muslimah)

 

Pemuda adalah tonggak peradaban. Ditangannyalah tergenggam sejuta harapan bangsa. Alamiahnya yang tua akan berganti dengan yang muda. Tak terkecuali beban amanah bangsa hari ini yang akan berlanjut ke para pemuda nantinya. Bahkan bung karno sendiri memandang pemuda memiliki power luar biasa sehingga mampu mengubah kondisi yang ada. Seperti kutipan dalam pidatonya “beri aku 1.000 orang tua akan aku cabut semeru dari akarnya, dan beri aku 10 orang pemuda niscaya akan kuguncang dunia”. 

Ditengah keistimewaan yang ada dalam diri pemuda, sangat disayangkan sebab potensi yang tertanam didalamnya tidak dicurahkan dengan semestinya. Remaja yang harusnya dekat dengan IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi), berjiwa pemimpin, kritis dalam memandang setiap problem yang ada, solutif akan setiap permasalahan serta kuat dari sisi akidahnya. Kini hanya terkulai lemas terseret arus sekulerisme.

Kenakalan remaja setiap tahunnya semakin menjadi masalah sosial yang kian parah. Mulai dari tawuran, pelaku pembegalan, pengguna narkoba dan miras, pornografi, sex bebas serta pelaku tindak kriminal lainnya. Semua sudah diisi oleh remaja.

Menurut catatan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), sepanjang Januari hingga Juni 2022, tim KPAI mencatat sejumlah kekerasan yang melibatkan remaja (HAL-Online.com23/6/2022).

Oktober lalu seorang remaja di jalan Karantina, kelurahan Glugur Darat II, Kecamatan Medan Perjuangan menjadi pelaku pembunuhan dengan menikam tetangganya lantaran sakit hati (iNews Sumut.id14/10/2022). Beberapa tahun lalu bahkan mahasiswa Universitas Swasta di Medan pernah membunuh dosen yakni seorang Dekan di fakultasnya sendiri.

Demikianlah secuil dari potret kerusakan remaja yang tidak bisa dianggap hanya sekedar kenakalan atas dasar pencarian jati diri dan identitas. Ini adalah masalah penting yang butuh perhatian besar baik dari orang tua, lingkungan dan negara.

Orang tua yang notabene menjadi pihak yang paling bertanggung jawab atas anak-anaknya. Sehingga peran orang tua sangat diharapkan dalam membentuk pribadi remaja. Terkhusus ibu sebagai sekolah pertama dan utama bagi anaknya. Penanaman akidah oleh orang tua  menjadi poin penting dalam menancapkan pondasi akidah dalam diri anak. Sebab tidak dipungkiri kerusakan remaja hari ini tidak lepas dari jauhnya pemahaman agama pada diri mereka. Minimnya nilai-nilai agama akan membuat mereka mudah tergerus dan terseret arus paham-paham merusak seperti sekulerisme serta paham turunannya yakni hedonisme, feminisme, pluralisme dan liberalisme. Sekulerisme yang memisahkan peran agama dalam urusan duniawi menjadikan remaja kering akan siraman nilai-nilai agama yang membuat mereka liar serta sangar melakukan kerusakan.

Peran lingkungan juga tak kalah penting sebagai support system yang mampu menjaga remaja untuk senantiasa menjadi pribadi yang baik. Berjalannya aktivitas amar ma’ruf nahi mungkar akan memberikan suasana mendukung bagi mereka agar senantiasa selalu menjalankan perbuatan susuai apa yang Allah perintahkan dan menjauhkan diri dari apa yang Allah benci. Kontrol sosial oleh masyarakat akan mampu menekan angka kenakalan dan kriminalitas yang terjadi. Seperti lingkungan yang bebas dari narkoba dan miras, pergaulan yang tak punya batas juga akan menekan angka aborsi yang saat ini  juga tinggi. Sehingga, orang tua dan lingkungan akan bersinergi dalam membentengi remaja dari segala keburukan yang merenggut jati diri mereka sesungguhnya sebagai agen perubahan.

Serta tak lepas peran negara yang justru sangat mendukung terciptanya nuansa yang demikian. Sebab wewenang yang ada pada negara tentu tak sama dengan apa yang dimiliki oleh  orang tua serta masyarakat. Disaat orang tua dan masyarakat membatasi anaknya dalam penggunaan gadget untuk hal-hal yang bermanfaat, maka disitulah peran negara untuk memfilter aplikasi apa saja yang merusak dan bermanfaat. Disaat orang tua dan masyarakat mengedukasi anaknya agar menjadi pembelajar yang terdepan dalam sains dan teknologi, maka disitulah peran negara sangat diharapkan dalam mensterilkan bangsa dari pengaruh narkoba dan miras yang merusak. Disaat orang tua dan masyarakat membentengi anaknya untuk senantiasa menjadi hamba Allah yang bertaqwa maka disitulah peran negara membentengi paham-paham barat yang merusak pribadi mereka serta memjauhkan diri mereka dari ketaatan kepada Allah swt.

Tentu ketiga peran ini akan bersinergi dan saling mendukung ketika sekulerisme tidak lagi mencengkram pemikiran umat hari ini. Maka penting bagi kita untuk menghapus paham-paham tersebut dari pemikiran remaja dan masyarakat dan kembali menyadarkan mereka akan fungsi remaja dan peran mereka di masa mendatang sebagai kholifah fil ardh, yakni pemimpin di muka bumi. Sebab perahu takkan bisa berlayar tanpa nahkoda. Bangsa ini butuh orang-orang pintar yang taat kepada penguasa alam semesta sebagai Pencipta dan Pengatur. Wallahu'alam.