MEWUJUDKAN BISNIS SYARIAH

 


Kurniawansyah Putra.

Sebagai seorang muslim konsekuensi yang dimiliki adalah hak istimewa untuk menerapkan hukum Allah Subhanahu wa Ta'ala. dalam seluruh aspek kehidupan kita, termasuk salah satunya dalam melakukan bisnis.


Jadi bagi seorang muslim yang melakukan bisnis landasan-nya adalah Aqidah Islam, sehingga dengan ini terciptalah bisnis syariah yang semata-mata bukan hanya sekedar untung dan rugi akan tetapi harus memperhatikan halal-haramnya sehingga hanya mengharapkan ridho dan berkah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.


Berbanding terbalik dengan bisnis konvensional kebanyakan, yang mana landasan-nya berdasarkan sistem kapitalis yang semata-mata hanya mengharapkan untung sebanyak-banyak nya dan rugi seminim mungkin, tanpa memperdulikan halal dan haramnya bisnis tersebut.


Dalam mewujudkan bisnis syariah atau bahasa kerennya yaitu "BISNIS SYARIAH KAFFAH" perlu diperhatikan beberapa aspek.


Yang pertama, memperhatikan bentuk perseroan secara syariah. Diperhatikan apakah kita berbisnis sendiri atau melibatkan (kerjasama) dengan orang lain dalam bahasa kerennya Syirkah.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَة قَالَ : قَالَ رَسُولُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ   يَقُولُ الله عَزَّ وَجَلَّ : أَنَا ثَالِثُ الشَّرِيكَيْنِ مَا لمْ يَخُنْ أَحَدُهُمَا صَاحِبَهُ,  فَإِذَا خَانَ خَرَجْتُ مِنْ بَيْنِهِمَا


Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda: Allah ‘Azza wa jalla berfirman: “Aku adalah Pihak Ketiga dari dua orang yang ber-syirkah selama yang satu tidak mengkhianati temannya. Jika dia berkhianat, Aku keluar dari keduanya.” (HR Abu Dawud [w. 275 H], ad-Daraquthni [w. 385 H], al-Hakim [w. 405 H], dan al-Baihaqi [w. 458 H]).


Kedua, perlu memperhatikan ketenagakerjaan syariah (azir) yang harus benar - benar menerapkan akad ijarah.

فَإِنْ أَرْضَعْنَ لَكُمْ فَآتُوهُنَّ أُجُورَهُنَّ

“Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya.” (QS. Ath Tholaq[65]: 6).


أَعْطُوا الأَجِيرَ أَجْرَهُ قَبْلَ أَنْ يَجِفَّ عَرَقُهُ

“Berikan kepada seorang pekerja upahnya sebelum keringatnya kering.” (HR. Ibnu Majah, shahih)


Ketiga, modal yang digunakan harus sesuai syariah, yang mana modal dapat didapatkan secara Hutang tanpa Riba tentunya atau investasi yang harus mengadopsi hukum Syirkah.

Allah SWT berfirman:  


وَاَحَلَّ اللّٰهُ الۡبَيۡعَ وَحَرَّمَ الرِّبٰوا 

"Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba." (Al Baqarah[2]: 275)



اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ ‏"‏‏.‏ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا هُنَّ قَالَ ‏"‏ الشِّرْكُ بِاللَّهِ، وَالسِّحْرُ، وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ، وَأَكْلُ الرِّبَا، وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ، وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ، وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلاَتِ ‏"‏‏


"Jauhi tujuh hal yang membinasakan! Para sahabat berkata, "Wahai, Rasulullah! apakah itu? Beliau bersabda, "Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah tanpa haq, memakan harta riba, memakan harta anak yatim, lari dari medan perang dan menuduh wanita beriman yang Ialai berzina" (HR. Muttafaq 'alaih)


Yang terakhir, tentu transaksinya harus sesuai syariah, semisal Salam, Istisna', Wadiah, Mudharabah dan banyak lagi.


يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَوْفُوْا بِالْعُقُوْدِۗ 

"Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-janji..." (TQS. Al-Maidah[5]:1)


Akan terasa sulit dan berat ketika mengubah sesuatu kebiasaan namun itu dilakukan tanpa ilmu, maka dari itu kewajiban seorang muslim adalah menuntut ilmu.


Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memudahkan kita dalam melaksanakan muamalah sesuai syariah.

Wallahu a'lam bish-shawab