MEMAHAMI HIJRAH; SEJARAH DAN USWATUN HASANAH



Oleh : Fatih al-Malawy
(Mudir Ma'had at-Tsaqofiy)

Sejarah tentang hijrah merupakan sejarah yang spektakuler, menginspirasi, sekaligus motivator perubah dari dunia yg gelap penuh dengan kerusakan menjadi dunia yang penuh dengan keberkahan di dalam ajaran Islam yang Rahmatan lil 'alamiin.

Kesiapan penduduk Madinah untuk menerima Rasulullah Saw diawali oleh pertemuan Beliau dengan suku Aus dan Khajraj yakni dua suku penduduk asli Madinah serta upaya memahamkan islam dengan dakwah yang dilakukan Mush'ab bin Umair Ra selama setahun di Madinah, sebagai utusan resmi Rasulullah Saw.

Artinya, kesiapan penduduk Madinah dalam menerima Islam dan membela serta melindungi Rasulullah Saw adalah hasil dari pemahaman mereka terhadap ajaran Islam. Sehingga, mereka memiliki standar dalam hidup yang memunculkan ketaatan.

Lihatlah Pernyataan Ja'far bin Abu Thalib Ra di hadapan Raja Najasyi, "Dulu kami memang bangsa yang bodoh. Kami menyembah berhala. Lalu, Allah mengutus Rasul-Nya. Kami mengenal betul kepribadian, kejujuran, dan kesucian perilakunya. Dia mengajak kami supaya memeluk agama Allah, mengesakan Allah, serta meninggalkan kepercayaan nenek moyang kami yang menyembah batu dan berhala. Dia menyuruh kami selalu menjaga amanah, merajut silaturahim, bersikap baik terhadap tetangga, menyudahi semua perbuatan buruk dan pertumpahan darah. Kami menerima segala perintahnya dan menjauhi larangannya tersebut."

Demikian juga pernyataan Rabi' bin Amir Ra dalam perang Qadisiyah. Yakni ketika Sa'ad bin Abi Waqqash Ra memerintahkan Rabi' bin Amir Ra untuk menghadap Rustum, panglima perang Persia. Rustum bertanya kepada Rabi' Ra tentang tujuan kedatangan pasukan Islam ke wilayahnya. Dengan lantang Rabi' Ra menjawab dengan suatu jawaban yang sangat mencerahkan, ''Kami datang untuk membebaskan manusia dari penghambaan terhadap sesamanya menuju penghambaan kepada Allah Yang Maha Esa dan Perkasa. Dari dunia yang sempit menuju dunia yang luas serta dari kesewenang-wenangan agama (lain) menuju pada keadilan Islam.''

Jika demikian mulianya ajaran Islam, Maka pantaslah Sa'ad bin Mu'adz Ra masuk ke dalam Islam dan menjadi motivator masuk islamnya mayoritas penduduk Madinah dan kesiapan mereka untuk menerima Rasulullah Saw serta melindungi Beliau. Hingga akhirnya, Allah Swt memerintahkan Rasulullah Saw untuk hijrah ke Madinah karena sudah terdapat ahlu an-Nusrah (pihak yg melindungi) dari para ahlu al-quwwah (orang-orang yang memiliki kekuatan real).

Uswatun Hasanah dalam Dakwah

Allah Swt telah memerintahkan kita untuk mengikuti Rasulullah Saw dalam menjalankan ajaran agama Islam ini, sebagaimana firman-Nya :

وَمَآ اٰتٰىكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰىكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْاۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِۘ

"Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukuman-Nya." (TQS. al-Hasyir [59] : 7) Dan termasuk ayat-ayat semisalnya, dimana kita harus ta'at pada Rasulullah Saw jika kita ingin ta'at pada Allah Swt.

Hal itu artinya, kita haruslah menjadikan Rasulullah Saw sebagai Uswatun Hasanah dalam menjalankan agama ini. Allah Swt berfirman :

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

"Sungguh telah ada dalam diri Rasulullah itu Uswatun Hasanah bagi seseorang yang mengharapkan (rahmat) Allah, (kedatangan) hari akhir, dan dia banyak mengingat Allah." (TQS. Al-Ahzab [11] : 21)

Imam Ibnu Katsir ketika menjelaskan ayat di atas menyatakan : "Ayat yang mulia ini merupakan dalil pokok yang paling besar, yang menganjurkan kepada kita agar meniru Rasulullah Saw dalam semua ucapan, perbuatan, dan sepak terjangnya. Karena itulah Allah Swt memerintahkan kepada kaum Mukmin agar meniru sikap Nabi Saw dalam Perang Ahzab, yaitu dalam hal kesabaran, keteguhan hati, kesiagaan, dan perjuangannya, serta tetap menanti jalan keluar dari Allah Swt. Semoga salawat dan salam-Nya terlimpahkan kepada beliau sampai hari kiamat."

Walaupun ayat di atas berkenaan dengan perang Ahzab (Khandaq), namun berdasarkan qaidah : "Ibrah (ayat) berdasarkan keumuman lafadz, bukan berdasarkan kekhususan sebab." Maka ayat di atas juga berlaku untuk seluruh amaliah agama ini termasuk keteladanan pada Rasul dalam urusan dakwah hingga berhasilnya dakwah ini memiliki ahlu an-Nusrah dari ahlu al-Quwwah .

Setidaknya ada tiga hal yang menjadi objek pembahasan para ulama ketika menjelaskan keteladanan dakwah Rasulullah Saw, yaitu : pertama , Tahapan dalam pembinaan yang menghasilkan orang - orang yang memahami agama ini dengan benar seperti Abu Bakar ash-Shiddik Ra dan yang lainnnya. Kedua, Tahapan dalam berinteraksi dengan umat yang memunculkan dukungan, baik secara personal dari orang yang kuat dan berpengaruh seperti Umar bin al-Khaththab Ra dan Hamzah bin Abdul Muththolib Ra atau dari komunitas seperti dukungan dari Bani Hasyim dan Bani Muththolib. Walaupun dalam tahapan ini juga muncul penolakan, sehingga terjadi pergolakan antara para pendukung dan orang - orang atau komunitas yang melakukan penolakan. Ketiga , Tahapan meminta dukungan. Yakni orang-orang yang memahami ajaran Islam semakin banyak dan meluas, bukan hanya di Makkah, namun sudah sampai ke Madinah. Bukan hanya rakyat biasa, namun sudah merambah pada orang-orang kuat dan berpengaruhnya. 

Disinilah Rasulullah Saw, melihat bahwa dukungan di Madinah bukan hanya besar, namun didukung pula oleh orang-orang yang mampu melindungi Beliau dan ajaran Islam agar bisa diamalkan secara sempurna. Demikianlah kiranya arti penting menjadikan hijrah sebagai sebagai Uswatun Hasanah dalam dakwah hingga Islam dapat diamalkan secara kaffah. Wallahu a'lam bi ash-shawab.