Hari Lansia Tidak Menjamin Kesejahteraan Di Masa Senja

 


 Oleh Tasyati Nabilla (Aktivis Muslimah)

۞ وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (QS. Al-Isra’ [17]: 23).

Tepat ditanggal 29 Mei yang lalu, diperingati sebagai hari Lansia Nasional di Indonesia. Menilik dari sumber histori, hari lansia ini  resmi dipublikasikan pada 29 Mei 1996 oleh Presiden Soeharto. Hal itu untuk menghormati jasa Dr. KRT Radjiman Wediodiningrat yang di usia lanjutnya memimpin sidang pertama Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). (rri.co.id, 29/05/2022).

Pengesahan hari lansia ini bertujuan sebagai wujud kepedulian dan harapan kepada para lansia. Namun, apakah dengan adanya pengesahan hari lansia ini akan menjamin kesejahteraan? Tentu saja tidak, karena itu hanya sekadar formalitas belaka. Nyatanya, masih banyak para lansia yang hidupnya sangat memprihatinkan hidup di bawah garis kemiskinan dan serba kekurangan serta, yang lebih parahnya lagi, sering juga mengalami tindak kekerasan seperti anak yang tega membunuh orang tuanya, anak yang menitipkan orang tuanya ke panti jompo dan lain sebagainya.

Melihat insiden yang terjadi, di manakah peran negara? Bukankah seharusnya para lansia diurus oleh negara jika keluarga yang bersangkutan abai agar tidak mengalami penderitaan di usia mereka yang telah senja?

Faktanya, selama ini kita dapati negara juga abai dengan insiden yang dialami para lansia ini, yang hanya memberikan bantuan di saat hari lansia itu tiba, seolah menunjukkan perhatian padahal itu hanya sekadar formalitas belaka. Itulah potret buram bagaimana bobroknya sistem kapitalisme yang masih saja diemban oleh negara saat ini. Jika dilihat lagi, sebenarnya sistem kapitalisme ini adalah biang keladi yang menyebabkan segala aspek kehidupan mengalami kehancuran sehingga harus dilumpuhkan termasuk soal lansia yang diperingati dengan seremonial belaka tanpa perlindungan nyata.

Menyingkap kebusukan ulah dari sistem kapitalisme yang hari ini terjadi, banyak anak yang ringan tangan dengan orang tuanya, bahkan tega untuk membunuhnya. Tidak lagi ada kata berbakti, akibat dari sistem pendidikan kapitalisme yang tidak mengajarkan serta mengedukasi kewajiban untuk Birrul Walidain kepada kedua orang tua. Selanjutnya, lansia yang tinggal di rumah yang terbilang sudah usang, ditambah lagi, negara yang tidak mengayomi dan melindungi rakyatnya. Begitu sangat menyayat hati ketika melihat kehidupan para lansia disistem kapitalisme hari ini.

Hal ini sangat bertolak belakang dengan sistem Islam. Sedari kecil anak sudah diajarkan dan diedukasi terkait kewajiban Birrul Walidain (berbakti kepada orang tua). Maka, ketika orang tuanya telah masuk masa senja, sang anak akan melaksanakan kewajiban merawat orang tuanya seperti apa yang dilakukan oleh orang tuanya dahulu.

Sistem Islam akan menjamin hak-hak penduduknya dan negara akan menjalankan tanggung jawabnya sesuai aturan Islam. Penduduk yang lanjut usia akan dipenuhi hak-haknya sesuai tuntunan hukum Islam seperti, meningkatkan pelayanan kesehatan gratis untuk para lansia sehingga tidak khawatir lagi masalah biaya pengobatan yang mahal, sehingga dari sini, terwujudlah kesejahteraan bagi para lansia, karena seluruh aspek kehidupan sudah dijamin oleh negara.

Wallahualam bissawab.