Alam Kapitalisme: Asing Terjaga, Rakyat Terlupa

 




Oleh Sutiani A. Md (Aktivis Dakwah Muslimah)

Rasanya teriris waktu melihat kebijakan Pemkot Medan yang diwakili oleh Aulia Rachman saat menerima kunjungan dan sekaligus akan membantu dan memberinya dukungan penuh atas pembangunan Kantor Konsulat AS untuk Sumatera Gordon Church. Negara yang mengagungkan HAM (Hak Asasi Manusia) kini menjadi sumber rujukan sebab, dengan kehadiran Kantor Konsulat AS di Kota Medan, Aulia Rachman berharap kita dapat bertukar informasi dan ilmu terkait pengembangan ekonomi, pariwisata, dan lain sebagainya. (suarasumut.id, 12/05/2022).

AS merupakan negara adidaya pemimpin sekuler yang mencengkeram negara jajahannya termasuk Indonesia. Negara yang super power menjadikan negara jajahannya makin terpuruk dan sekarang dianggap sebagai negara panutan. Mabda yang sedang berdiri saat ini, kapitalisme yang berlandaskan sekuler yaitu pemisahan agama dari kehidupan, di mana kita terserap berbagai budaya barat baik fun, food dan fashion.

Tentu ini menjadi kewaspadaan kita sebagai umat muslim khususnya di Indonesia dengan mayoritas Islam terbesar di dunia, yang nantinya dapat terpengaruh dan tidak segan mengadopsi pemikiran barat sehingga menghasilkan pemahaman dan dikhawatirkan dapat menjauhkan umat muslim dari agamanya karena sudah tertancap kuat nilai-nilai kebebasan dalam dirinya. Loyalitas yang dilakukan penguasa hari ini menjadi sumber malapetaka karena bagi AS penguasa dijadikan alat kepentingan mereka yang berlandaskan manfaat yaitu mencari keuntungan, maka hal ini akan melahirkan generasi-generasi yang jauh dari Islam.

Teknologi informasi, pendidikan, ekonomi, dan pariwisata yang dimiliki AS akan menjadi contoh bagi negara jajahannya. Seperti yang kita tahu, bahwa ekonomi yang diemban barat adalah kapitalisme yang berbasis riba yang dapat menyengsarakan rakyat dan pariwisata yang mengundang jelas-jelas mengandung maksiat yang dapat mendatangkan murka Allah di negeri ini.

Belum lagi, sistem pendidikan yang berbasis sekuler dengan pemisahan agama dari kehidupan juga akan merusak moral dan akidah generasi muslim. Alhasil, banyak generasi muslim yang sudah menempuh pendidikannya di luar negeri, saat pulang ke Indonesia malah tidak segan melecehkan ajaran Islam yang merupakan agamanya sendiri. Mereka dididik untuk semakin fobia kepada Islam dan ajarannya. Ini semua lahir dari pemikiran barat yaitu hidup sebebas-bebasnya tanpa mau diatur dengan agama. Akibat produk pemikiran sekuler yang sudah menjangkiti generasi, maka makin rusaklah generasi hari ini dan parahnya lagi merekalah biang masalah namun dijadikan panutan.

Bukan itu saja, Pemkot Medan memberikan sumbangsih dana atas pembangunan kantor Konsulat AS ini. Padahal, masih banyak yang  harus dipikirkan tentang kemaslahatan umat yang belum memiliki tempat tinggal yang layak, tidur di kolong jembatan, dan makanan  yang tidak sehat yang menjadi konsumsi masyarakat. Bukankah itu tugas para pejabat yang diberikan amanah untuk mengayomi hidup rakyat baik sandang, pangan dan papan? Di manakah peran mereka? Seolah-olah mereka lupa dan tidak mau tahu dengan nasib rakyatnya. Hakikatnya, kantor Konsulat AS akan mengacaukan politik, ekonomi, dan generasi di Indonesia.

Padahal, Islam pernah berjaya selama 1300 tahun lamanya. Banyak negeri barat mencontoh pemerintahan Islam, baik dari segi ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya. Banyak juga para ulama sekaligus ahli sains mereka diajarkan ilmu dunia ditambah penguat akidah akhirnya banyak ilmuwan yang lahir pada masa itu. Cikal-bakal informasi adalah lahir dari penemu-penemu Islam, misalnya Al-Khawarizmi bapak algoritma sekaligus beliau adalah penemu aljabar, dan beliau adalah salah satu ilmuwan yang memiliki peran penting dalam perkembangan teknologi terutama dibidang komputer. Maka hari ini, kita dapat memperoleh informasi menggunakan handphone karena jasa beliau yang pertama kali menemukan angka.

Umat Islam adalah umat yang terbaik jika berlandaskan hukum Allah, dan menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai rujukan, karena terbukti selama 1300 tahun yang lalu, kita menjadi umat nomor satu dan menjadi panutan dalam segala bidang. Sudah selayaknya kita merindukan hidup di bawah naungan pemerintah Islam dan merasakan nikmatnya menjalankan hukum Allah secara totalitas, karena sulitnya kita hidup disistem hari ini seperti melawan arus. Maka, penguasa dalam Islam bukan sekedar pamor, tetapi menjalankan amanah dengan baik yang kelak Allah minta pertanggungjawaban.

“Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (h.r. Al-Bukhari).

Maka dari itu, hanya dengan hukum Allah kita dapat menggapai rida-Nya sehingga kita dapat menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari  dengan penuh ketaatan. Semoga Allah menyegerakan pertolongan kepada kita untuk merasakan hidup dalam Daulah Khilafah Islamiyah.

Allah Swt. berfirman, “Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (TQS. Al-Ma’idah [5]: 50).

Wallahualam bissawab.