ISLAMPHOBIA DI INDIA

 


 Aisyah Ummu Rasyid

Aktivis Dakwah Tanjungbali 


Beberapa waktu lalu sempat viral sebuah video yang menampakkan seorang siswi yang menggunakan hijab bernama Muskaan Khan diintimidasi oleh beberapa laki laki di India, siswi ini tetap teguh dan memberikan pekikan takbir di depan sekolompok laki laki nasionalis hindu yang mengejeknya. Dalam video itu terlihat bagaimana Muskaan Khan tanpa takut dengan ejekan hindu yang berusaha menghalanginya masuk ke kampusnya. Muskaan dengan berani melawan sekelompok laki laki yang menggunakan selendang safron yakni selendang khas nasionalis hindu sambil meneriakkan takbir. Hal ini menjadi ramai diperbincangkan dan memunculkan pemberitaan di negri negri muslim di dunia.

Umat islam saat ini di banyak negara mengalami ujian dan cobaan yang luar biasa terutama di daerah yang minoritas, salah satunya di India kaum muslimin menjadi minoritas disana. Muskaan Khan merupakan contoh bagaimana seorang muslimah dengan berani melawan kezaliman. Video Muskan Khan ini menjadi viral dan menjadi semacam simbol perlawanan muslimah india menghadapi larangan hijab di beberapa kampus di India saat ini.

Sudah hal biasa muslimah di India mengenakan hijab tapi beberapa bulan lalu terjadi protes ke pihak sekolah untuk membolehkan memakai hijab di kampus tapi tidak di dalam sekolah. Persoalan ini menjadi semakin besar ketika sekolah- sekolah yang lain menerapkan peraturan yang sama. Ini menjadi konflik juga ketika para pendukung nasionalis itu melancarkan protes dan mendukung larangan ini.

Pola adu domba seperti ini kerap dilakukan oleh India saat ini, kerap sekali membenturkan antara kaum muslimin dengan protes- protes kelompok nasionalis hindu. Di beberapa tempat berubah menjadi kekerasan.

Pihak sekolah mengatakan mereka mengizinkan jilbab di kampus hanya meminta mereka melepasnya di dalam kelas. Tetapi hal ini ditolak oleh siswa karena mereka mengatakan bahwa dalam agama mereka ada kewajiban menutup aurat karena pengajar mereka laki laki. Inilah yg menjadikan protes yang meluas kemudian menjadi konflik kelompok nasionalis yang mendukung kebijakan rezim yang berkuasa.

Atas apa yang terjadi pada muslim di india bukanlah yang pertama kali. Jumlah muslim di India cukup besar sekitar 15 persen dari 1,5 milyar penduduk india sekitar 200 juta jiwa. Meskipun agama terbesar setelah hindu, muslim India selama ini menjadi kelompok minoritas yang tertindas. Muslim india sudah sejak lama ditudingkan tidak nasionalis, tidak cinta India dan lebih mendukung Pakistan bahkan lebel teroris dan radikal kerap ditudingkan pada muslim India

Secara ekonomi muslim india juga dalam kondisi yang menyedihkan. Banyak muslim india yang tinggal di perkampungan kumuh yang padat. Banyak organisasi HAM yang mengkritik kondisi muslim india ini. Beberapa catatan berita muslim india pada tahun 2021 ada 10 insiden kekerasan di distrik beberapa mesjid di rusak dan beberapa orang terbunuh. Ketakutan kaum muslimin semakin meningkat karena semakin banyak pernyataan pernyataan anti muslim.

Maraknya konflik ini tidak lepas dari berkuasanya Partai Bharatiya Janata yaitu partai nasionalis hindu. Partai BJB ini menggunakan isu2 anti islam dan kejayaan hindu untuk mendapatkan suara politiknya. Dan hal ini semakin memperkuat isu muslimin yang radikal, teroris dan sebagainya. Atas nama perang melawan terorisme akhirnya menjadi legitimasi kelompok yang melakukan kekejaman terhadap muslim di India.

Kondisi- kondisi yang terjadi di muslim minoritas terjadi tidak lepas dari semakin berkuasanya elit elit politik yang berkuasa yang mengidap islamphobia yang sering mengusung isu anti islam dan perang melawan radikalisme. Inilah bahayanya ketika isu isu seperti ini dilontarkan oleh elit politik seolah menjadi pembenaran kekejaman penindasan terhadap kelompok yang diarahkan kepada umat islam. Kalau isu radikal ini terus disampaikan oleh elit politik ini akan sangat berbahaya karna ini akan opini yang membenarkan tindakan tindakan yang dilakukan oleh kelompok kelompok yang berseberangan dengan umat islam. Bahkan ini dapat menjadi isu yang memecah umat islam sendiri.

Terjadinya penindasan terhadap umat islam di negri negri minoritas kaum muslimin ini juga disebabkan lemahnya penguasa penguasa di negri kaum muslimin, kalau penguasa negri kaum muslimin melakukan pendekatan diplomasi misalnya melakukan boikot ekonomi terhadap negara yang melakukan kekejaman terhadap umat islam di india. Tentu penguasa akan berfikir ulang untuk mendiskriminasi umat islam di negaranya. Jangankan boikot ekonomi, kecaman kecaman jarang dilakukan. Yang lebih menyedihkan lagi. Justru banyak negri negri kaum muslimin yang menjalin kerjasama yang kuat dengan negara yang selama ini nyata nyata menindas umat islam. Ini menujukkan kelemahan dan ketidakberpihakan terhadap umat islam yang tertindas. Kondisi lemahnya penguasa negri negri muslim ini berpengaruh terhadap para penguasa yang menindas umat islam tidak memperhitungkan kemarahan dari negri negri islam karena penguasa tidak memiliki kebijakan yang nyata.

Umat islam juga tidak memiliki institusi politik dalam wujud negara global yang disegani. Walaupun jumlah umat islam sangat besar tapi tidak memiliki peran yang signifikan. Saat ini umat islam tidak lagi memiliki pelindung secara global. Apalagi umat islam dibagi bagi menjadi negara negara kecil yang lemah dan lebih mementingkan negaranya masing masing.

Tak ada solusi fundamental atas konflik kekejaman terhadap umat islam baik di negara india maupun negara negara muslim lainnya selain dengan bersatunya kaum muslimin dalam sebuah negara adidaya, yakni khilafah islamiyah.

Atas apa yang terjadi terhadap muslim di india maupun di negara lainnya, tentu kita harus mengecam dan menyuarakan pembelaan.

عَنْ أَبِيْ مُوْسَى عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ المُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا» وَشَبَّكَ أَصَابِعَهُ. رواه البخاري ومسلم

Artinya: "Dari Abi Musa dari Nabi SAW., beliau bersabda, “Sungguh (sebagian) mukmin kepada (sebagian) mukmin lainnya seperti bangunan, yang menguatkan sebagian dengan sebagian lainnya.” Dan beliau menyilangkan jari-jarinya. “(HR. Bukhari dan Muslim).