PTM 100 Persen, Yakin Menjadi Solusi?




Oleh Sindi Laras Wari (Aktivis Muslimah)

Kebijakan yang dibuat pemerintah membuka PTM 100 persen pada Januari 2022 sebagai solusi di kondisi dan situasi seperti hari ini, apakah mampu menjadi solusi?

Baru-baru ini, pemerintah berencana untuk membuka PTM (Pembelajaran Tatap Muka) 100 persen. Sontak hal ini menimbulkan banyak pro kontra, sebab, menurut Retno Listyarti, selaku komisioner KPAI masih banyaknya para pelajar yang belum melakukan vaksinasi. Tak hanya itu, rendahnya kesadaran peserta didik dalam menjalankan protokol kesehatan. Sehingga hal ini tidak menutup kemungkinan untuk menjadi klaster sekolah terbaru. (medcom.id, 30/12/2021).

Tak ayal, berbagai tokoh dan wali murid merasa khawatir dengan kebijakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 persen yang diterapkan pemerintah, di saat varian baru Covid Omicron mulai mewabah di negeri ini. Seharusnya pemerintah yang membuka Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 persen pada Januari 2022, mampu menghilangkan kekhawatiran orang tua para murid yang tidak lagi dapat memilih metode pembelajaran yang diinginkan.

Dengan menjamin ketersediaannya sarana dan prasarana disekolah, keamanan transportasi menuju sekolah, hingga pengawasan terhadap pelaksanaan protokol kesehatan yang ketat tetap harus dijalankan ketika keluar dari rumah. Akan tetapi, dalam sistem yang seperti ini yaitu kapitalisme-demokrasi, tidak mampu menjamin keamanan tersebut. Sehingga para wali murid tetap merasa was-was dan khawatir dengan kebijakan PTM 100 persen.

Apabila sarana dan prasarana disekolah ditunjang oleh kemampuan dari sekolah dan wali murid itu sendiri, maka tidak akan maksimal dijalankan, sehingga kebijakan yang dianggap solusi mampu menimbulkan masalah baru. Sedangkan di dalam sistem Islam sendiri, negara dapat dan wajib menjamin serta bertanggung jawab penuh atas apa yang menjadi kebutuhan masyarakatnya.

Seperti halnya dalam pendidikan dan kesehatan seperti ini, sistem Islam akan tetap mementingkan keduanya dan tidak mengedepankan salah satunya saja. Negara akan memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakatnya. Pandemi yang melanda negeri ini pun tak akan terjadi berlarut-larut. Penguasa akan cepat tanggap menyediakan seluruh fasilitas yang dibutuhkan dalam bidang pendidikan dan kesehatan. Mengerahkan seluruh tenaga profesional yang ahli dalam bidangnya masing-masing.

Sungguh, sangat berbeda jika dibandingkan dengan sistem yang hari ini sedang diterapkan. Alih-alih ingin memberikan solusi terbaik, penguasa negeri ini malah seperti lepas tangan, dan solusi yang diberikan pun belum mampu menyentuh akar permasalahan.

Maka, sudah seharusnya kita menerapkan sistem Islam untuk mengatasi masalah yang seperti ini. Memberikan solusi dengan tidak melanggar aturan dari Allah selaku sebaik-baiknya pengatur.

Dari Ibnu Umar r.a. dari Rasulullah bersabda: “Seorang kepala negara adalah pemimpin atas rakyatnya dan akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya.” (h.r. Muslim).

Wallahualam bissawab.