Generasi Penggenggam Bara Api

 


 


Saltum alias salah kostum sering bikin kita keki bin tengsin abis. Gimana nggak tengsin, pas masuk kelas, teman-teman udah duduk rapih nyimak pelajaran pakai seragam putih-putih habis upacara lha kita tiba-tiba nongol pakai seragam olahraga.

Masih mending kalo gurunya baik ngasih izin kita masuk dan ikut pelajaran, lha kalo ternyata disuruh pulang untuk ganti kostum, alamat gak balik lagi. Mokal banget tau!

Makanya, udah seharusnya kita ngikutin aturan di manapun kita berada biar gak saltum atau mati gaya. Terutama di sekolah, udah ada jadwal seragam setiap harinya. Bisa jadi tiap sekolah berbeda seragamnya. Mulai dari seragam formal, baju olahraga, sampai batiknya juga khas. Gak bisa disamain. Karena seragam sekolah, adalah identitas kita.

Kemuliaan Islam, jalan hidupku.

Bicara tentang identitas, kita gak boleh lupa dengan keislaman kita. Identitas yang menjamin kemuliaan hidup kita di dunia dan akhirat. Identitas yang bukan cuman status agama yang tercantum dalam Kartu Tanda Penduduk atau kartu pelajar. Identitas unik yang bikin kita bangga.

Gimana nggak bangga, sebagai seorang muslim kita adalah bagian dari umat terbaik yang Allah swt turunkan di tengah manusia. Umat yang menjadi teladan bagi seluruh manusia lantaran nggak egois. Fitrahnya umat terbaik ini getol ngingetin manusia untuk selalu berbuat baik, menjauhi perilaku tercela dan mencegah keburukan yang akan menimpa kita.

“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.” (QS Ali Imran: 110)

Karena kita adalah umat terbaik dan paling tinggi derajatnya, maka tak ada alasan untuk ngerasa minder bin baper. Meski di luar sana ada yang bilang aturan Islam ketinggalan jaman atau dikaitkan dengan aksi kekerasan. Kita super yakin kalo itu semua cuman fitnah dari orang-orang yang nggak suka umat Islam bangkit dan menebar kebaikan pada seluruh umat manusia.

“Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya jika kamu orang-orang beriman” (Q.S. Ali-Imran: 139).

Jadi, tetap pede bin bangga untuk jalani keseharian bersama kemuliaan islam.

Syariah islam, aturan hidupku.

Belon afdhol kalo rasa bangga cuman mangkal di dalam hati. Kebanggaan mesti dikasih ekspresi. Agar rasa bangga tetep hadir tanpa cela, ekspresi yang ditunjukkan juga nggak apa adanya. Apalagi sampe ngasih kesempatan sifat riya ikutan nyempil di hati kita. Cukup kebanggaan itu kita tunjukkan seperti cita rasa khas muslim sejati.

Seorang muslim sejati, pastinya percaya akan kebaikan yang lahir saat kita taat ama aturan Allah swt. Apalagi kelemahan kita sebagai manusia gak tau dengan akurat apa yang terbaik buat diri kita. Mungkin ada remaja yang mikir pacaran itu baik, gak taunya malah menjerumuskannya dalam jeratan nafsu syahwat. Terkadang kita pikir nutup aurat itu cupu (culun punya), kenyataannya menjadikan martabat diri kita lebih mulia. Makanya Allah swt menurunkan risalah Islam untuk memuliakan manusia.

Sebagai ekspresi kebanggaan terhadap Islam yang jempolan, udah sewajarnya kalo kita tunduk dan ikhlas ngikutin aturan hidup Islam. Nggak pake nyari-nyari alasan biar lolos dari kewajiban taat ama Allah dan Rasul-Nya.

Allah swt berfirman yang artinya: “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya Telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya Maka sungguhlah dia Telah sesat, sesat yang nyata”. (QS. Al-Ahzab [33]: 36)

Ngeri banget kalo sebagai seorang muslim ngerasa nggak harus terikat dengan aturan Islam dalam keseharian. Bisa-bisa dilabeli sama seperti orang kafir, musyrik, atau fasiq. Nggak lah yauw!

Inilah aku, ‘Al-Ghuroba’.

Emang nggak mudah nunjukin identitas kita di tengah lingkungan sekitar kita yang jauh dari nilai-nilai Islam. Perlu perjuangan ekstra dan komitmen tanpa putus asa. Siap hadapi segala tantangan layaknya orang asing yang Rasul saw ingatkan dalam sebuah hadits.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Beruntunglah orang-orang yang terasing.” “Lalu siapa orang yang terasing(al-ghuroba) wahai Rasulullah”, tanya sahabat. Jawab beliau, “Orang-orang yang shalih yang berada di tengah banyaknya orang-orang yang jelek, lalu orang yang mendurhakainya lebih banyak daripada yang mentaatinya” (HR. Ahmad)

Sebagai ‘orang yang terasing’, kita dituntut untuk berani terikat dengan aturan Islam setiap saat. Tanpa tapi tanpa nanti. Walau resikonya dijauhi teman, dikucilkan oleh orang-orang terdekat, atau terancam masa depannya. Maju terus pantang kabur!

Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” (HR. Tirmidzi).

Teman surga, udah saatnya kita berani nunjukkin kebanggan kita terhadap Islam. Nggak malu-malu kucing lagi menampilkan cita rasa Muslim yang gaul, syar’i, dan mabda’i. Siap menjadi garda terdepan sebagai pembela Islam. Serta tak gentar menghadapi resiko yang menghadang idealisme Islam. Biar semuanya bisa dijalani, perlu persiapan matang dengan getol mengenali Islam lebih dalam. Sehingga kita bisa berteriak lantang, Akulah Generasi Penggenggam Bara Api!