Dosen Korban Tindakan Asusila, Civitas Academica Diam Saja




Oleh Muzaidah (Aktivis Muslimah)


Kaum hawa kerap menjadi korban tindakan asusila lelaki hidung belang. Namun mirisnya, tindakan amoral kali ini dilakukan oleh seorang profesor dan juga rektor di sebuah Universitas swasta di Jember. Sungguh memalukan civitas academica. Tingkah lakunya tidak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai seorang dosen dan rektor.


Tindakan tak senonoh tersebut dilakukan rektor berinisial RS terhadap dosen wanita Universitas Argopuro (Unipar), Jember. Kejadian bermula saat keduanya dalam satu mobil, berangkat ke Pasuruan untuk diklat dosen pengampu mata kuliah ke-PGRI-an bagi perguruan tinggi PGRI se Jawa Timur pada 4-5 Juni 2021. Diklat tersebut harus didampingi seorang rektor, namun ketika dalam perjalan, RS justru melancarkan aksi menjijikkannya. 


Hingga sampai di sebuah hotel pun RS tak hentinya bertindak kotor. Saat situasi tegang, yang bisa dilakukan dosen itu hanya mengirimkan pesan singkat melalui Whatsapp yang dikirim ke nomor suaminya, namun karena resah dan trauma akhirnya pesan dikirim secara acak dengan tulisan ''Tolong saya, Pak''. Kejadian pelecehan ini akhirnya diketahui oleh sang suami seminggu setelah kejadian dan melaporkan kasus ini pada kapolsek untuk ditindak lanjut. (kompas.com, 22/6/21)


Sebagai seorang dosen sekaligus rektor seharusnya mampu mencerminkan kepribadiaan yang membangun moralitas anak bangsa agar semakin terarah, bukan malah mencontohkan penyimpangan dan perilaku yang merusak.


Beginilah ketika berada pada sistem kapitalisme, wanita seperti tidak ada nilainya. Si pelaku hanya menganggap ini masalah kecil dan bisa diselesaikan dengan pengunduran dirinya dari jabatan agar kasusnya tidak jadi panjang hingga ke ranah hukum. 


Apalagi kampus yang telah membesarkan namanya itu lepas tangan dan mengatakan bahwa inj adalah masalah pribadi dan tidak ada hubungannya dengan institusi. Tidak ada upaya untuk memberikan perlindungan pada si dosen yang telah dilecehkan dan terkesan tak peduli.


Miris memang. Sesama wanita pasti juga bisa merasakan kegeraman yang sama melihat fakta ini. Akan sangat berbeda atmosfer yang diciptakan dalam daulah Islam. 


Pernah ada suatu kisah saat pertama kali kepemimpinan Rasulullah saw. Ada seorang wanita yang sedang pergi ke pasar, namun saat tiba di pasar, wanita tersebut diganggu oleh Bani Qainuqa sehingga membuat jilbabnya tersingkap. Atas kejadian itu, seorang pemuda Islam yang menyaksikan di pasar langsung menyampaikan berita pada Rasul.  Tak butuh waktu lama, Rasul segera mengerahkan pasukannya yang sangat panjang saat itu, sehingga pasukan pun telah memenuhi pasar Bani Qainuqa. Akhirnya mereka ditindak tegas oleh Rasul untuk memberikan efek jerah bagi pelakunya.


Sistem kapitalis sekuler tak pernah memberikan perlindungan kepada wanita. Tentu saja dengan adanya kasus ini pun tidak akan pernah membuat efek jerah bagi pelaku tindakan amoral karena pemerintah dalam sistem ini pun tak pernah menjamin perlindungan pada wanita. Akan ada lagi kasus-kasus yang sama di kemudian hari nanti. Padahal seorang pemimpin memiliki tanggung jawab untuk melindungi rakyatnya.


إِنَّمَا اْلإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ


Sungguh Imam/Khalifah adalah perisai; orang-orang berperang di belakang dia dan berlindung kepada dirinya (HR Muslim).


Di samping itu, Islam juga mengatur sistem pergaulan dalam kehidupan sehari-hari. Di mana Islam mengharamkan terjadinya ikhtilat antar lawan jenis yang bukan mahramnya Islam juga memerintahkan laki-laki dan perempuan untuk menjaga pandangan. 


Dalam Islam pergaulan antar laki-laki dan wanita hanya terjadi dalam keadaan tertentu saja yaitu, saat di pasar, pendidikan, kesehatan, haji dan umrah. Maka selebihnya tak boleh, karena Islam sangat menjaga ketat pergaulan keduanya. Beda dengan sistem kapitalisme di mana pergaulan tidak diatur, gaya hidup liberal yang membolehkan campur baur antara laki-laki dan perempuan memicu terjadinya tindakan asusila di sistem ini.


Pergaulan antar laki-laki dan wanita dijaga sedetail mungkin dalam Islam, bahkan kehormatan wanita pun sangat dijaga ketat. Wanita ibarat berlian yang tak bisa dimiliki oleh sembarangan manusia. 


Khalifah pun akan tetap menjaga ketat kehormatan wanita dengan  memfasilitasi segala kebutuhan hidupnya. Bahkan para wanita tak disuruh kerja di luar rumah, bekerja hanya dilakukan kaum lelaki atau suami saja. Sehingga tugas wanita hanya menuntut ilmu, mengurus anak, melayani keluarga dan suaminya di rumah. Dalam Islam wanita hanya keluar rumah jika ada keperluan syari yang mengaharuskannya ke luar rumah.


Allah Swt. berfirman:


''Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu, lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. (QS. An-nur 30-31)


Sudah saatnya umat kembali pada sistem Islam yang jelas banyak menyelesaikan berbagai problem yang ada dalam kehidupan dan sangat menjaga kehormatan wanita.


Wallahualam bissawab.