Demi Kepentingan Ekonomi, Hilangkan Hati Nurani


Oleh : Susan Efrina (Aktivis Muslimah Medan)

Pusat perbelanjaan kini kembali buka setelah tutup beberapa waktu lalu, akibat wabah covid-19. Dari Tribun Medan, Minggu (12/7/2020), di beberapa titik mall dipasang poster mengenai sosialisasi pencegahan penyebaran covid-19. Pihak mall juga rutin memberikan pengumuman agar pengunjung tetap menjaga jarak, mengenakan masker, dan rajin mencuci tangan.

Di tengah kasus covid -19 di Sumatera Utara masih terus mengalami kenaikan, sejumlah pusat perbelanjaan modern di Kota Medan sudah mulai beroperasi. Beberapa tenant di pusat perbelanjaan yang sempat tutup, beberapa waktu lalu kini satu persatu perlahan beroperasi lagi. Misalnya area permainan anak dan pusat kebugaran.

Marcomm Manager Sun Plaza Yokie mengatakan, saat ini arena permainan anak seperti Timezone dan pusat kebugaran Tribe Fit sudah mulai buka kembali. Selama beroperasional, arena tersebut tetap harus melakukan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran covid-19.

Hal yang sama juga dilakukan di Plaza Medan Fair. Marcomm Manager Plaza Medan Fair, Lenny Yun Manalu mengatakan area permainan anak, fitness center, dan karaoke sudah mulai beroperasi.

Sementara itu, untuk bioskop Cinepolis baik di Plaza Medan Fair maupun di Sun Plaza direncanakan akan kembali beroperasi pada 29 Juli 2020 mendatang. (Tribun-Medan.Com).
Meski ada perasaan senang karena kegiatan ekonomi kembali berjalan, tetapi ada juga perasaan khawatir. Dikarenakan, covid-19 masih lagi menghantui masyarakat.

Himbauan demi himbauan telah disampaikan oleh pemerintah untuk mengikuti protokol kesehatan. Social dan physical distancing terus digaungkan, namun masih banyak masyarakat yang tidak menghiraukan himbauan tersebut.
New normal telah diberlakukan, itu tandanya masyarakat akan menjalani kehidupan yang baru bersanding dengan covid-19.

Sistem kapitalisme yang mengakar di negeri ini memang seluruh keputusannya tidak masuk akal, bahkan di tengah pandemi tetap saja mencari keuntungan tidak mau rugi. 

Perekonomian yang tidak mampu mendukung kebijakan lockdown, justru menegaskan sistem kapitalisme gagal dalam mengurusi rakyatnya. Keselamatan jiwa manusia dikorbankan demi materi. Semua kebijakan yang diambil pemerintah masih mengikuti hawa nafsu, yang berprinsip pada pertimbangan materi. Karena materi dalam hal ini adalah ekonomi yang menjadi pertimbangan besar dalam keputusan di sistem kapitalisme ini.

Kesenjangan ekonomi begitu besar terlihat di negeri ini, negeri yang memiliki sumber daya alam terbesar. Tetapi, puluhan juta orang miskin dan kelaparan banyak terlihat dinegeri ini.
Jangankan di tengah pandemi yang melanda ini, sebelum pandemi ini pun banyak rakyat yang mengalami kesusahan hidup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dengan kondisi saat ini, negara tidak mampu membiayai kebutuhan hidup rakyatnya. Sehingga dibuatlah new normal dengan mengorbankan jiwa rakyatnya. Sungguh, sistem ini lebih mementingkan ekonomi dari pada nyawa rakyatnya.

Alhasil, seluruh fasilitas hiburan harus dibuka untuk menambah pemasukan tanpa memikirkan akibat fatal terhadap rakyatnya, terutama anak-anak. Jika yang positif tapi OTG dan masih berkeliaran di mall, cafe, dan sebagainya. Walaupun ditempat tersebut diterapkan protokol kesehatan tapi tidak menjamin tidak tertularnya karena adanya interaksi.

Lain halnya dengan daulah (negara Islam) yang akan menerapkan lockdown bagi daerah yang terkena wabah dan daerah yang tidak terkena wabah akan beroperasi normal. Sehingga pemasukan akan tetap ada tanpa harus membahayakan rakyatnya.

Islam memerintahkan untuk menjauhi dharar. Rasulullah SAW bersabda, "Tidak boleh melakukan sesuatu yang membahayakan diri sendiri ataupun orang lain". (HR. Ahmad, Ibn Majah dan At-Thabarani).

Wabah penyakit menular sudah ada pada masa Rasulullah SAW. Wabah tersebut adalah kusta yang menular dan belum ada obatnya. Untuk mengatasi tersebut upaya Rasulullah dengan menerapkan isolasi kepada penderitanya (lockdown).

Rasulullah bersabda, " Jika kalian mendengar wabah terjadi disuatu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah tersebut. Sebaliknya jika wabah tersebut terjadi di tempat kalian tinggal, janganlah kalian meninggalkan tempat itu." (HR. Al-Bukhari).

Dari hadits tersebut, maka janganlah kita mendekati wilayah yang sedang terkena wabah. Sebaliknya, jika sedang berada ditempat yang terkena wabah janganlah kita keluar.
Menjadi seorang pemimpin harus berani mengambil kebijakan. Tanpa harus mempertimbangkan masalah materi, karena nyawa rakyat lebih berharga dibandingkan dengan materi. Kebahagiaan seorang muslim adalah untuk meraih ridho Allah SWT, maka jadikanlah itu sebagai tujuan beramal sholih dalam berbuat.

Marilah kita kembali kepada sistem yang mampu untuk membuat kita sejahtera, yaitu sistem Islam dalam naungan Khilafah Islamiyah. Wallahua'lam bi ash-shawab.