Perempuan Mulia Dengan Islam


oleh: Niswatuzzakiyah, Aktivis Intelektual Muslimah

Hingga hari ini, berbagai persoalan terus menimpa kaum perempuan. Media pun seolah tak pernah absen dari pemberitaan mengenai kasus demi kasus yang dialami perempuan. Mulai dari pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), pembunuhan, dan sebagainya. Bukan hanya melihat atau mendengar lewat media, kasus diatas mungkin terjadi di lingkungan sekitar kita. Bahkan mungkin kita saksikan sendiri. Kejahatan terhadap perempuan kian merajalela. Ya. Kehidupan yang baik seakan menjadi hal yang sulit didapatkan, meskipun telah banyak bermunculan gerakan yang mengatasnamakan perempuan, seperti kesetaraan gender.
Isu mengenai kesetaraan gender masih terus digaungkan. Dengan dalih kebebasan berperilaku atas nama HAM, perempuan terjerumus pada aktivitas yang merendahkan martabatnya. Kaum feminis menganggap bahwa setiap masalah yang menimpa perempuan sebagai akibat ketimpangan gender. Oleh karena itu berbagai upaya terus mereka lakukan untuk mewujudkan tujuan inti dari kesetaraan gender, yaitu kesamaan dalam akses dan partisipasi penuh perempuan dalam struktur-struktur kekuasaan dan pengambilan keputusan, hak dan kemandirian perempuan, juga memajukan harmonisasi kerja dengan tanggung jawab terhadap keluarga bagi perempuan dan laki-laki. Sungguh sangat disayangkan, jika muslim/muslimah ikut-ikutan mengusung ide kesetaraan gender, mengingat bahwa ide ini lahir dari realitas masyarakat Barat yang menjunjung tinggi kebebasan dan menjadikan dunia sebagai tujuan.
Perempuan dalam jeratan kapitalisme hari ini dibuat semakin tidak sadar atas identitas dirinya. Perempuan dijadikan sebagai lumbung komersial, target baru produk kapitalis yang menjanjikan. Aurat pun bertebaran disana-sini. Tak ada lagi rasa malu dan khawatir terhadap apa yang seharusnya menjadi perhiasan yang perlu dijaga bagi tiap perempuan. Mereka seolah tidak mau tahu bahwa mereka telah dimanfaatkan oleh pengusaha kapitalis yang telah mengeksploitasi tubuh mereka untuk meraup keuntungan besar.

Penindasan Terhadap Perempuan Terjadi di Penjuru Dunia
Problematika yang menimpa perempuan sejatinya tak hanya terjadi di bumi pertiwi saja, tetapi di berbagai penjuru dunia. Bukan hanya di negeri muslim, bahkan juga di negeri-negeri sekuler. Tak ada jaminan bagi perempuan untuk dapat menjalani kehidupannya dengan baik dan tidak teraniaya. Sungguh, perempuan hari ini tak lagi dianggap sebagai kehormatan yang harus dijaga. Hal ini terbukti dari meningkatnya angka kekerasan terhadap wanita yang terjadi setiap tahunnya. Bahkan berdasarkan survey Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikutip dari lamanKompas.com, disebutkan bahwa 1 dari 3 perempuan usia 15-64 tahun di Indonesia pernah menjadi korban kekerasan. Sementara di negeri Paman Sam, pada tahun 2017 sebanyak 60 persen wanita Amerika Serikat mengaku pernah mengalami pelecehan seksual (detik.com, 22/11/2017).

Hal yang paling nyata terkait dengan kekerasan terhadap perempuan, khususnya muslimah yang tak mungkin tidak diketahui umat muslim adalah kekerasan yang menimpa saudari kita di Suriah, Palestina, Xinjiang, Myanmar, dan negeri lainnya. Bahkan teriakan minta tolong mereka sudah lama terdengar. Namun tak ada aksi nyata yang dapat dilakukan pemimpin di negeri muslim lainnya untuk menolong mereka hingga detik ini.
Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa saat ini mulai banyak bermunculan gerakan yang berupaya untuk melindungi dan mewujudkan hak-hak kaum perempuan. Bahkan setiap tahunnya terdapat hari besar untuk perempuan. Hari Perempuan Internasional. Namun, apakah semua ini benar-benar telah menyelamatkan kaum perempuan dari segala bentuk penindasan?
Perempuan Mulia Dengan Islam
Sesungguhnya kekerasan yang dialami kaum perempuan di berbagai penjuru dunia hari ini tak lepas dari penerapan sistem kapitalis demokrasi sekuler yang justru merendahkan perempuan. Ide kebebasan seakan menjadi bumerang bagi perempuan sendiri. Kemiskinan dan penindasan terus terjadi, bahkan semakin meningkat karena sistem ekonomi yang diterapkan adalah sistem ekonomi kapitalis yang berlandaskan konsep kebebasan kepemilikan dan sumberdaya. Dalam sistem demokrasi, perempuan dituntut untuk mandiri, sehingga terkadang perempuan terpaksa memilih pekerjaan yang menyalahi fitrahnya. Posisi dasar perempuan sebagai seorang ibu dan pengatur rumah tangga seakan menjadi hal yang tabu untuk dibicarakan. Tak jarang ditemukan remaja yang terjerumus pada pergaulan bebas, narkoba, dan sebagainya karena kurang maksimalnya peran ibu sebagai ummu-wa rabbatul bait dan madrasatul-ula bagi anak-anaknya.
Hal ini tentu berbeda dengan islam. Islam memandang bahwa perempuan adalah hamba Allah SWT sebagai manusia, sama dengan laki-laki yang mempunyai kebutuhan fisik dan naluri. Islam memposisikan perempuan sebagai kehormatan yang wajib dijaga. Islam juga memerintahkan kita untuk berlaku adil terhadap anak perempuan. Ibnu Abbas ra. menuturkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Berlakulah sama terhadap anak-anak kalian dalam pemberian. Jika aku ingin mengutamakan seseorang, aku akan mengutamakan perempuan (HR. ath Thabrani dan al-Baihaqi).
Islam sangat menghormati dan memuliakan perempuan. Perempuan memiliki posisi yang sama dengan laki-laki di hadapan Allah SWT. Islam juga mengatur kewajiban laki-laki dan perempuan, begitupun dengan hak-hak mereka. Berbagai hukum syari’ah yang mengatur kehidupan perempuan seperti menjaga diri dalam kehidupan umum, berpakaian sesuai syari’at (An-nuur:31 dan Al-Ahzab:59), hak waris, bepergian harus disertai dengan mahram jika perjalanan 24 jam atau lebih, dan sebagainya merupakan bukti penjagaan islam terhadap wanita.
Sejarah pun telah mencatat bukti perlindungan Islam terhadap kehormatan perempuan. Suatu ketika datang seorang Muslimah Arab yang hendak berbelanja di pasar. Tiba-tiba kejadian tak menyenangkan menimpa muslimah tersebut. Seorang yahudi melecehkan muslimah tersebut dengan mengikat ujung kain muslimah itu sehingga ketika ia bangkit terlihatlah auratnya. Melihat hal itu orang-orang yahudi terbahak-bahak sambil menghina. Berita peristiwa ini sampai kepada Rasulullah saw. Beliau meyakini bahwa yahudi Bani Qainuqa telah nyata-nyata memusuhi umat islam bahkan telah berani melanggar kehormatan muslimah. Rasulullah saw. pun memerintahkan mengepung kaum yahudi ini dengan sangat rapat.
Pembelaan atas penindasan yang dialami seorang muslimah juga datang dari khalifah al-Mu’thasim. Beliau langsung memberikan komando kepada pasukannya dan memimpin sendiri pasukan sebanyak 4.000 kuda Balaq untuk membebaskan seorang muslimah yang ditawan dan disiksa oeh penguasa ‘Amuriyyah. Demikianlah riwayat yang menunjukkan betapa islam sangat menjaga dan memuliakan wanita. Tentu hal ini tidak akan kita dapati dalam sistem buatan manusia yang diterapkan hari ini. Para tentara tak kuasa berangkat untuk membebaskan kaum perempuan yang tertindas. Sungguh, kehormatan perempuan akan dapat terjaga apabila terdapat negara yang menerapkan sistem islam. Di sinilah urgensi kehadiran kembali Khilafah Islamiyah untuk menjaga kehormatan perempuan. Khalifahlah yang akan memerintahkan para tentara untuk membebaskan mereka. Dan sudah menjadi kewajiban kita, kaum muslim untuk bersama-sama berjuang menegakkan kembali syari’ah Allah di bumi-Nya. Semoga dengan turut memperjuangkannya, dapat menjadi hujjah dihadapan Allah atas teriakan minta tolong saudari kita ketika kelak ditanyakan di Yaumil Hisab.
Wallahu’alam bishowab.