TENTANG BOIKOT ITU


Oleh : Abu Syafiq
(Kontributor @Dakwahsumut )
Jika kasus penistaan agama oleh Ahok menyadarkan kaum muslim di Indonesia tentang pentingnya persatuan dan saling bahu membahu, maka Donald Trump, pemimpin binal nan arogan dari negeri Paman Sam itu mampu menggerakkan umat Islam se-dunia. Meski tidak menampik, masih ada juga orang-orang tertentu yang mengaku ber-Islam, namun belum “move on” ketika agamanya dan saudara seakidahnya dicabik-cabik bak hewan buruan.

Faktanya, aksi mengutuk Amerika dan Israel itu terus menggema seantero dunia. Berbagai kecaman muncul bahkan tak sedikit pemimpin Negara yang ikut mencibir pernyataan kontroversial Donald Trump. 
Tak terkecuali di Indonesia. Lapangan Monas pun padat dengan ratusan ribu orang yang berteriak agar Indonesia segera mengusir perwakilan pemerintah AS dari negeri ini. Penggalangan dana hingga seruan boikot juga menggema di telinga-telinga kaum muslim. 
 
Di Sumatera Utara, aksi serupa juga berlangsung bahkan dalam beberapa kali dengan jumlah massa yang tidak sedikit. Tak hanya di Kota Medan, umat muslim di sejumlah kabupaten/kota seperti Tanjungbalai, Binjai, Padangsidempuan dan lainnya, juga melakukan aksi damai itu. 
Pada Jum’at (15/12) lalu, misalnya, ribuan orang sempat menyemut di ruas Jalan MT. Haryono persisnya yang berhadapan langsung dengan Kantor Konsulat Jenderal (Konsul) AS di Gedung Uniland Plaza, Medan. Terik matahari yang menyengat tak membuat semangat mereka mengering, justru. Peserta aksi itu semakin memanas sesuai tema aksi hari itu, yakni Jumat Memarah.

Berbeda dengan beberapa aksi di daerah lainnya, seperti di Kota Padang atau di Provinsi Jawa Barat dimana para kepala daerahnya ikut terlibat aktif dalam aksi itu, justru Walikota Medan serta Wakilnya maupun Gubernur Sumatera Utara serta Wakilnya, kesemuanya nyaris tidak terlihat dalam aksi itu. Baik aksi yang berlangsung pada Jum’at itu ataupun aksi yang berlangsung pada Minggu (17/12) lalu. 
 
Tentu di sini, kita mengapresiasi keberanian sejumlah kepala daerah yang ikut aktif dalam aksi-aksi tersebut. Kita meyakini mereka hadir karena menyadari sepenuhnya bahwa ke-Islam-annya telah terusik oleh peryataan Donald Trump atas kota suci agamanya. Mereka lalu terpanggil untuk ikut mencatatkan diri dalam barisan pengutuk bangsa zionis dan sekutunya. Tak hanya sampai disitu, Walikota Padang bahkan berani mengeluarkan kebijakan menolak masuknya produk-produk Israel dan Amerika ke kota yang dipimpinnya.
"Kita harus ambil sikap tegas, sebab Amerika sudah sangat keterlaluan. Kita harus lawan mulai dari memboikot produknya,” ucap Walikota Padang, Mahyeldi dalam orasinya pada Aksi Bela Palestina tersebut, Jumat lalu. Dia berjanji akan memeriksa ke lapangan apa saja produk dari Amerika dan Israel itu untuk dicegah agar tidak masuk ke Kota Padang.

Ini sebenarnya sudah termasuk langkah berani yang patut diapresiasi, dibanding kepala pemerintahan lainnya yang mungkin hanya sekadar berkoar tanpa implementasi dalam bentuk kebijakan. Atau jika dibanding dengan kepala daerah lain, misalnya Gubernur Sumut maupun Walikota Medan yang tak menunjukkan bentuk dukungannya ketika aksi itu berlangsung.

Aksi boikot produk Israel dan AS itu memang diyakini akan efektif untuk menunjukkan perlawanan kepada kedua Negara teroris itu. Bayangkan saja, produk-produk mereka begitu massif peredarannya di negeri ini. Dari mulai makanan dan minuman, alat kosmetik, peralatan dapur, elktrikal, hingga kendaraan bermotor. Jika aksi boikot -yang juga digaungkan Majleis Ulama Indonesia (MUI) itu berhasil, tentunya ini akan memberikan efek domino besar bagi kedua Negara penjajah itu.


Namun di tengah kian membesarnya aksi boikot produk itu, ternyata banyak diantara kita yang masih belum mengetahui dan belum meyakini bahwa sebenarnya masih ada satu lagi produk lain dari Amerika Serikat yang lebih stategis untuk kita boikot. 
Jika itu kita lakukan, maka dipastikan tak hanya kedua Negara teroris itu yang akan menemui kehancurannya, Negara-negara lain yang selama ini turut menzolimi umat Islam, juga pasti akan bisa dihancurkan dengan mudah.
Demokrasi adalah sebenar-benarnya produk yang menjadi unggulan Amerika Serikat. Negara itu akan terus mengekspornya ke negeri-negeri umat muslim dan memastikan produk itu digunakan dalam setiap sendi kehidupan umat Islam. 

 
Sayangnya, tidak banyak yang menyadari itu, padahal Negara itu kerap melakukan berbagai upaya dan dengan segala cara untuk menjaga dan mempertahankan produknya tersebut.
Sesungguhnya kepongahan seorang Donald Trump dan pemerintahannya serta kebiadaban Israel bisa berlangsung hingga detik ini karena memang sistem kapitalisme ini terus berlangsung. 
Andaikan umat Islam yang mulai tersadar ini bersepakat perlunya seorang pemimpin Islam dalam sebuah intitusi Negara bernama Khilafah, maka aksi-aksi unjukrasa dan pengecaman ats kebiadaban Negara-negara kafir yang kerap dilakukan umat Islam di seluruh dunia, pasti tidak akan berlangsung lagi. Cukuplah seorang Khalifah memerintahkan militernya menggempur Negara-negara yang memerangi Islam. *