Ramadhan Bulan Menuju Kebangkitan (Tafsir As-Syeikh Atha’ Abu Rasytah)

Khilafah-Berikutnya-Tidak-Lain-Adalah-Khilafah-ala-minhajin-nubuwahAllah Swt berfirman : “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (TQS. al-Baqarah [2] : 185). Imam Ibnu Katsir menyatakan, “Allah Swt menyeru kaum Mu’min dari umat ini dan memerintahkan pada mereka untuk berpuasa, yaitu menahan diri dari makan, minum, dan berhubungan suami istri (di siangnya) dengan niat semata-mata karena Allah.” ia juga menyatakan,”dengan berpuasa dapat membersihkan tubuh dan menyempitkan jalan-jalan setan.”


            As-Syeikh Atha’ Abu Rasytah dalam kitab tafsirnya at-Taisir fii ushuli at-tafsirmenyatakan “ayat ini merupakan kalimat berita (khabariah) dalam bentuk tuntutan (sighat thalab) yakni berpuasalah kalian (shuumuu).” Selanjutnya beliau menyatakan, “oleh karena itu bagi orang yang berpuasa ia harus gigih untuk meraih hikmah dari puasanya karena sesungguhnya Allah Swt telah menjadikan taqwa sebagai hikmah puasa itu pada saat Allah Swt telah mewajibkan puasa tersebut.”


Keutamaan Bulan Ramadhan


Ramadhan adalah bulan yang mulia yang senantiasa di tunggu-tunggu oleh umat Islam karena banyaknya keutamaan di bulan tersebut.Dalam banyak hadits di sebutkan “Satu Ramadhan ke Ramadhan berikutnya, menjadi penebus dosa yang dilakukan di antara keduanya, selama dia menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Imam Muslim). “jika Ramadhan tiba, maka pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu jahannam dikunci, dan setan-setanpun di belenggu.” (HR. Imam Bukhari). “Siapa saja yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan dengan mengharapkan ridho-Nya, maka diampunilah dosa-dosa yang dilakukannya di masa yang lalu.”(HR. Imam Bukhari dan lain-lain).Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan an-Nasai ada tambahan kata-kata “Maka diampunilah dosa-dosa yang dilakukannya di masa yang lalu dan yang akan datang.”


            Keutamaan bulan Ramadhan termasuk didalamnya diwajibkan setiap umat Islam untuk melaksanakan ibadah puasa, karena puasa memiliki banyak sekali keutamaan. Rasulullah saw bersabda : “Allah Swt berfirman : “Seluruh perbuatan anak Adam adalah untuknya kecuali puasa, sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Akulah yang mengganjarnya”. Puasa itu perisai, dan jika salah seorang dari kalian berpuasa pada suatu saat, maka janganlah dia melontarkan perkataan keji, dan jangan pula berteriak-teriak. Jika seseorang mencercanya atau mengajaknya berkelahi, maka hendaklah ia berkata : sesungguhnya aku sedang berpuasa. Demi Zat yang mana jiwa Muhammad berada dalam genggaman-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa itu lebih wangi di sisi Allah daripada wangi kesturi.Dan bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan yang bisa diraihnya, yakni ketika dia berbuka dan ketika dia bertemu dengan Tuhannya dia akan bergembira dengan pahala puasanya.”(HR. Imam Bukhari dan Muslim).


            Bahkan di surga terdapat jalur pintu khusus bagi orang-orang berpuasa. Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya di surga itu ada sebuah pintu yang di sebut ar-Rayyan, yang pada hari kiamat nanti hanya dimasuki oleh orang-orang yang suka berpuasa, tidak dimasuki oleh orang yang selainnya. Lalu diserulah “dimanakah orang-orang yang suka berpuasa”.Kemudian mereka berdiri, dimana tidak seorangpun selain mereka yang masuk darinya.Jika mereka telah masuk, pintu itupun di tutup, dan tidak seorangpun yang masuk melaluinya.” (HR. Imam Bukhari, Muslim dan an-Nasai).Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ibnu Majah dan at-Tirmidzi terdapat lafadz, “dan Siapa saja yang memasukinya niscaya tidak akan pernah merasa kehausan selamanya.”


            Cukuplah kiranya dalil-dalil tersebut untuk menunjukkan keutamaan Ramadhan dan melaksanakan ibadah puasa di bulan tersebut. Sehingga, bagi pencari kebaikan ia bagaikan orang yang tidak akan pernah merasa puasa dengan amal ibadahnya, dengan ikhlash ia berusaha meraih pahala Ramadhan termasuk Umroh di bulan Ramadhan bagi yang memiliki harta yang cukup, karena Rasulullah saw bersabda, “Umrah di bulan Ramadhan menyamai (nilai haji).” (HR. Ibnu Majah). Bahkan dalam lafadz Imam Muslim disebutkan, “(nilainya) sama dengan berhaji bersamaku.” Sebaliknya rugilah orang-orang yang tidak memanfaatkan Ramadhan untuk beribadah. Rasulullah saw bersabda : “Sungguh rugi orang yang bertemu Ramadhan, lalu Ramadhan itu berlalu darinya sebelum dosa-dosanya diampuni.” (HR. Imam Ahmad).


Umat Bangkit Dengan Taqwa


            Sebagaimana pernyataan as-Syeikh Atha’ Abu Rasytah bahwa hikmah dari adanya puasa di bulan Ramadhan adalah munculnya ketaqwaan pada diri seseorang.Oleh karena itu, sikap seseorang manakala beramal ibadah bukanlah kebanggaan diri yang memunculkan sikap sombong. Melainkan sikap yang senantiasa berhati-hati untuk tidak melakukan kesalahan baik bagi dirinya maupun bagi orang lain. Termasuk introspeksi terhadap harta masuk dan yang keluar, apakah sudah benar-benar halal?, atau apakah sudah tepat peruntukannya?.Maka, bangkitnya umat ini manakala taraf berfikir umat semakin meningkat, bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan hidupnya semata, tapi bagaimana kebutuhan hidup dapat dipenuhi dengan ketaqwaan. Karena dengan ketaqwaan yakni hidup hanya tunduk dan patuh pada seluruh perintah Allah dan Rasul-Nya, inilah yang menjadikan hidup seseorang lebih bermakna dari hanya sekedar memenuhi kebutuhan tanpa terikat dengan ketaqwaan sama sekali.


            Imam al-Baghawiy dalam tafsirnya ma’alim an-tanzilmenyatakan bahwa puasa dapat menjadikan seseorang menjadi taqwa karena puasa merupakan sarana menuju taqwa,sebab di dalamnya terdapat upaya mengalahkan diri sendiri dan memecahkan syahwat. Benarlah apa yang disebutkan Imam Ibnu Katsir bahwa Ibadah puasa dapat menyempitkan jalan-jalan setan, karena ibadah puasa merupakan motivasi dan upaya yang maksimal untuk dapat menjadikan diri seseorang jauh dari setan itu sendiri. Allah Swt berfirman : “Sungguh setan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh, karena sesungguhnya setan itu hanya mengajak golongannya agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (TQS. Fathir [35] : 6). Hikmah seperti inilah yang wajib direnungi setiap umat Islam, yakni apakah Ramadhan yang datang kali ini mampu membuat kita bersikap lebih baik untuk patuh dan taat pada perintah Allah dan Rasul-Nya?. jika ya, berarti tugas selanjutnya adalah membangkitkan pola fikir umat islam agar ia juga mau terikat dengan perintah Allah dan Rasulnya dalam seluruh aspek kehidupan, baik bagi rakyat maupun penguasanya. Jika tidak, kecelakaan untuk menjadi orang yang dihinakan pasti terjadi. Karena orang yang tidak mau ta’at pasti akan menuruti segala hawanafsunya dengan berbagai cara yang ia inginkan.


            Oleh karena itu, bagi orang-orang yang beriman, Ramadhan bukanlah minggir sebentar untuk istirahat dalam melakukan kemaksiatan, namun terus menerus menjadikan imannya produktif sehingga menghasilkan pola sikap yang berbeda dengan orang yang imannya tidak produktif yakni yang hanya menjadikan agama hanya ritual belaka. Sebagai contoh anekdot yang cukup menggelitik yakni “Ramadhan datang maksiat hilang, Ramadhan hilang maksiat datang” ,inilah gurauan serius dari orang yang telah mengabaikan imannya, seolah-olah bulan-bulan selain Ramadhan adalah bulan bebas melakukan kemaksiatan. Bila ini kenyataannya, lantas bagaimana umat ini akan meraih kebangkitan yang hakiki? Padahal kebangkitan itu akan muncul denga pola fikir dan pola sikap umat yang benar sebagaimana yang telah dibangun Rasulullah saw. Maka berhati-hatilah dengan setan yang akan menjerumuskan karena sikap setan pasti tidak akan mau patuh dan tunduk pada Allah semata. Wallahu a’lam bi ash-shawab.