Meninggalkan Syariah Menimbulkan Musibah

“Dan hendaklah engkau memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka. Dan waspadalah terhadap mereka, jangan sampai mereka memperdayakan engkau terhadap sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah).maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah berkehendak menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagiandosa-dosa mereka. Sungguh kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.” (TQS. al-Maidah [5] : 49).

Imam at-Thabary menyatakan dalam tafsirnya hendaklah engkau memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah yakni Kami turunkan padamu ya Muhammad, kitab yang membenarkan kitab sebelumnya dan putuskanlah perkara di antara mereka dengan hukum Allah yang telah diturunkan padamu dalam kitab-Nya.Ketahuilah, jika mereka berpaling dari keridhoan-Nya dengan hukum engkau, sedangkan engkau telah menetapkan hukum tersebut dengan benar, Allah berkehendak untuk menimpakan musibah pada mereka dalam kehidupan dunia disebabkan sebahagian dari dosa-dosa mereka.

Imam as-Syaukani dalam kitab Fathul Qadir menyatakan Kami telah menurunkan kitab kepadamu dan hukum yang terdapat di dalamnya, berhati-hatilah terhadap mereka karena mereka akan menyesatkan engkau dan memalingkan engkau dengan hawa nafsu mereka. Jika mereka berpaling dari menerima hukum engkau berdasarkan apa yang diturunkan Allah padamu, maka hal itulah yang menyebabkan Allah bermaksud untuk menimpaka azab pada mereka karena sebahagian dosa mereka.

 

Korelasi Musibah Dengan Dosa    

Walaupun ayat ini diturunkan pada orang Yahudi, namun berdasarkan pada umumnya lafadz, maka ayat ini dapat digunakan untuk siapa saja dan di zaman kapan pun.Sehingga, siapapun yang berpaling dari hukum atau syariah Allah, maka Allah akan menimpakan musibah pada kaum atau negeri yang meninggalkan syariah Allah tersebut. Sebab, dosa karena meninggalkan syariah Allah berkorelasi dengan musibah yang Allah timpakan pada kaum atau negeri tersebut.

Sesungguhnya pangkal dari musibah tersebut adalah dosa yang dilakukan oleh manusia sehingga memunculkan musibah-musibah turunan yang menyebabkan turunnya musibah yang lain. Dengan demikian tidaklah sulit untuk mencari penyebab dari munculnya berbagai bala bencana yang menimpa suatu kaum atau suatu negeri.Karena penyebab utamanya adalah dosa yang dilakukan oleh manusia itu sendiri.

Bila berbicara dalam konteks Indonesia, maka negeri ini sangat subur dan kaya dari berbagai sumber daya alamnya.Allah telah menyediakan berbagai kekayaan yang dapat dinikmati oleh penduduknya tanpa pernah kekurangan sedikitpun.Sampai-sampai seorang penyanyi pernah bersyair “tongkat kayu dan batu dapat menjadi tanaman” atau ada ungkapan pepatah jawa yang menyatakan “gemah ripah loh jinawi” dalam mengungkapkan kekayaan sumber daya alam yang terdapat di Indonesia.

Namun sayang, bila berbicara indonesia dalam kontek kekinian, maka berbagai kemaksiatan dan dosa juga telah menghantui negeri ini. Negeri yang kaya ini akhirnya hanya menghasilkan orang-orang miskin yang dilarang sakit sebab tidak punya biaya bila kerumah sakit, negeri yang kaya ini hanya membodohi rakyatnya dengan segudang dokumen dan pajak yang sungguh mencekik, negeri yang kaya ini pun banyak menghasilkan koruptor kelas kakap, negeri yang kaya ini juga akhirnya menjadi hamba bagi negara lain, negeri yang kaya ini akhirnya menghasilkan banyak pembegal, pelacur, penyuap, pengemis, pembohong, penghianat, penjilat, perusak, pendangkal aqidah, penghambat dakwah dan berbagai maksiat yang menjadi penyebab masuknya musibah.

 

Lima Dosa Dengan Lima Musibah

Imam Ibnu Majah dan al-Hakim telah meriwayatkan hadits dari Ibnu Umar ra, bahwa Rasulullah saw telah bersabda, “Wahai sekalian kaum Muhajirin, ada lima hal yang jika kalian terjatuh ke dalamnya dan aku berlindung kepada Allah supaya kalian tidak menjumpainya. (Pertama), Tidaklah nampak zina di suatu kaum, sehingga dilakukan secara terang-terangan kecuali akan tersebar di tengah-tengah mereka tha’un (wabah) dan penyakit-penyakit yang tidak pernah menjangkiti generasi sebelumnya”. Hal ini tampak dengan munculnya penyakit aids, raja singa, dan penyakit aneh lainnya karena zina diberikan izinnya, bahkan pornografi dan pornoaksi yang menjadi sarana menuju zina tersebar dengan terang-terangan diberbagai media.

“(kedua), Tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan kecuali akan ditimpa paceklik, susahnya penghidupan dan kezaliman penguasa atas mereka.” Yakni ketika tersebar kecurangan dalam mu’amalah, kemiskinan ada dimana-mana, harga-harga semakin mahal yang membuat masyarakat tidak sanggup untuk menahan beban hidup yang semakin berat.Hal ini muncul dari penguasa yang dzholim, yakni penguasa yang tidak memperhatikan kesejahteraan rakyatnya, penguasa yang hanya mementingkan partai dan golongannya, penguasa yang hanya mementingkan perutnya sendiri, dan penguasa yang lebih mementingkan pengusaha dari pada masyarakatnya.

“(Ketiga),Tidaklah mereka menahan zakat (tidak membayarnya) kecuali hujan dari langit akan ditahan dari mereka (hujan tidak turun), dan sekiranya bukan karena hewan-hewan, niscaya manusia tidak akan diberi hujan.” Astaghfirullah, boleh jadi turunnya hujan hari ini karena Allah hanya memandang pada hewan yang membutuhkan air, dan air yang mensuburkan rumput untuk makanan mereka.Karena, manusia tidak lagi memperhatikan zakat hartanya.Di berbagai bank, harta disimpan dan ditumpuk-tumpuk tanpa teringat untuk mengeluarkannya demi agama Allah, membantu dakwah, dan meringankan beban orang-orang yang tidak mampu. Perlombaan memperbanyak harta semakin dipertontonkan tanpa pernah memahami bahwa dalam harta tersebut terdapat banyak hak orang lain yang harus dikeluarkan.

“(keempat),  Tidaklah mereka melanggar perjanjian mereka dengan Allah dan Rasul-Nya, kecuali Allah akan menjadikan musuh mereka (dari kalangan selain mereka; orang kafir) berkuasa atas mereka, lalu musuh tersebut mengambil sebagian apa yang mereka miliki.” Yakni harta benda mereka akan diambil dan dikuasai orang-orang kafir yang seharusnya menjadi musuh bagi mereka.

Perhatikanlah, Indonesia yang luar biasa kaya sumber daya alamnya, akhirnya dijajah secara ekonomi.karena pemimpinnya telah melakukan penghianatan terhadap rakyatnya, hal ini merupakan pelanggaran terhadap perjanjian dengan Allah dan Rasul-Nya. karenapara pemimpin, diakhirat kelak akan ditanya tentang kepemimpinannya, apakah amanah atau khianat terhadap rakyatnya. Sekitar 900 perusahaan asing mengeruk kekayaan sumber daya alam di indonesia, namun indonesia hanya kebagian pajak yang rendah, itupun akhirnya sulit untuk diambil. Sebut saja salah satunya PT.Freeport, dimana pemerintah akhirnya memperpanjang lagi MOU yang berakhir pada 24 januari 2015, padahal PT. Freeport adalah perusahaan asing yang sangat merugikan rakyat Indonesia.

“(Kelima), Dan selama pemimpin-pemimpin mereka (kaum muslimin) tidak berhukum dengan Kitabullah (al-Qur’an) dan mengambil yang terbaik dari apa-apa yang diturunkan oleh Allah (syariat Islam), melainkan Allah akan menjadikan permusuhan di antara mereka.”Na’udzubillah min dzalika, permusuhan dinegeri ini semakin menghawatirkan, partai yang satu dengan yang lain saling sikut, ormas yang satu dengan yang lain saling menjelekkan, lembaga yang satu dengan yang lain saling tuduh dan menjatuhkan. Bahkan, dalam satu partai, dalam satu ormas, atau dalam satu lembaga pun saling menjegal.Orang-orang yang ingin berjuang menerapkan syari’ah dan khilafah dianggap teroris atau ISIS, akhirnya ada pihak-pihak yang tidak menghendaki syari’ah dengan menutup situs-situs Islam karena dianggap berbahaya, hal ini akhirnya menjadikan permusuhan antar anak negeri.

Demikianlah hadits Rasulullah saw tentang dosa yang menyebabkan munculnya musibah atau bencana yang menimpa umat di sebuah negeri atau suatu kaum. Mudah-mudahan syari’ah Islam yang rahmatan lil ‘alamin akan tegak di indonesia. Jika tidak, maka musibah dan bencana itu pasti tidak akan pernah hilang dari negeri ini. Maka kaum Muslim wajib berjuang untuk menerapkan syariah Allah agar menuai berkah, karena meninggalkan syariah pasti akan menuai musibah. Wallahul Musta’an.

Penulis :  Muhammad Fatih al-Malawy (Lajnah Tsaqofiyah HTI Sumut/Mudir Ma'had At Tsaqofiy)