Banjir Bukan Sekedar Problem Administrasi!

 


Oleh: Sari Ramadani (Aktivis Muslimah)


Banjir merupakan fenomena yang selalu datang setiap tahunnya dan menjadi hal yang biasa. Namun masih tak ada penanganan yang maksimal dalam mengatasi masalah banjir ini. Masyarakat pun dibuat merugi karenanya.


Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan banjir di Kota Semarang, terjadi akibat luapan Kali Beringin Mangkang dan Kali Plumbon Kaligawe, yang merupakan dampak siklus hujan lebat 50 tahunan (sindonews.com, 07/02/2021).


Anggota Komisi E DPRD Jawa Timur Hari Putri Lestari turun langsung meninjau kondisi banjir di Tempurejo, Puger dan Bangsalsari, Jember. Pihaknya juga menyalurkan bantuan sekaligus mengecek penyaluran bantuan dari Pemprov Jatim ke korban banjir sudah tepat sasaran.


Dia juga memastikan agar bantuan dapur umum untuk korban banji bisa berjalan normal, mengingat APBD Jember 2021 masih bermasalah.


Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Jatim ini menerangkan permasalahan sebenarnya banjir tahunan di Tempurejo yang melanda 3 desa setempat berlangsung sudah 10 tahun lebih. Selain itu juga lokasi yang sama sungai hanya dinormalisasi atau dikeruk dan hanya bersifat sementara (lenteratoday.com, 17/01/2021).


Sejumlah pompa penyedot banjir di Semarang ditemukan tak berfungsi optimal lantaran permasalahan administratif. Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengingatkan problem semacam ini mestinya harus segera diselesaikan mengingat kondisi darurat penanganan banjir (cnnindonesia.com, 07/02/2021).


Lantas, apa sebenarnya penyebab banjir dapat terjadi dan semakin parah setiap tahunnya?


Ya, banjir yang terjadi sebenarnya tak hanya masalah administrasi saja melainkan juga pembangunan infrastruktur yang standarnya untung dan rugi yang mengakibatkan rusaknya lingkungan sekitar tanpa peduli keselamatan rakyat.


Wajarlah jika standarnya hanya untung dan rugi saja, mengingat sistem yang diterapkan hari ini adalah demokrasi - kapitalisme, yang seluruh kebijakannya pun di ambil berdasarkan asas manfaat saja yang mana hal ini menunjukkan bahwa pemerintah abai terhadap keselamatan publik.


Sungguh miris memang kondisi masyarakat negeri ini. Jika penguasa benar-benar serius ingin menuntaskan masalah banjir ini tentulah akan membangun bendungan-bendungan untuk menampung curahan air hujan dan air sungai. Selain itu juga akan melakukan perbaikan atas muka tanah seiring beban kota besar.


Namun sayang, penguasa tampak tak serius menangani masalah banjir karena hingga detik ini solusi yang di tawarkan masih belum menyentuh akar permasalahan dan hanya berfokus pada penanggulangan semata.


Berbeda dengan Islam, cara Islam memberi prioritas pembangunan dan pembiayaannya tak terlepas dari sistem ekonomi yang diterapkan. Maka tak mungkin penguasa mengambil jalan utang atau riba seperti halnya sistem hari ini. Dalam sistem Islam, penguasa akan menggunakan dana Baitul Mal, tanpa memungut sepeser pun uang masyarakat.


Namun jika Baitul Mal tidak memiliki dana, maka negara akan meminta partisipasi publik untuk berinfak dengan catatan bahwa proyek infrastruktur tersebut merupakan satu-satunya fasilitas umum yang dibutuhkan rakyat. Atau negara bisa mengenakan pajak bagi kaum Muslim, laki-laki dan mampu guna membiayai proyek ini.


Jika proyek infrastruktur tersebut bukan satu-satunya fasilitas yang dibutuhkan rakyat maka negara tidak perlu menarik pajak dari masyarakat. Negara juga tidak akan mengambil kredit, termasuk berutang kepada negara atau perusahaan asing untuk membiayai proyek tersebut. Karena hal semacam ini akan menjadi jalan untuk menguasai dan menjajah negara Islam.


Selain itu negara Islam pun akan membuat strategi pembangunan dengan paradigma lurus dan komprehensif. Yang tujuannya untuk  kemaslahatan umat dan pelestarian alam serta lingkungan. Termasuk dalam perkara tata kelola wilayah, pembangunan ekonomi, pembangunan sumber daya manusia, kebijakan infokom, dan lain-lain.


Untuk itu, hanya aturan Islamlah yang telah memberi aturan lengkap agar segala bencana tak mudah datang menghampiri. Penerapan aturan Islam secara kaffah dengan ketakwaan akan mendatangkan kehidupan yang penuh berkah.


Sebagaimana yang dijanjikan Allah Swt dalam firman-Nya:


“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raaf : 96).


Maka, sudah saatnya kembali pada sistem yang berasal dari Allah Swt yaitu dengan penerapan Islam secara keseluruhan dalam naungan Khilafah sebelum datang bencana yang lebih besar dari ini.


Wallahualam bissawab.