Demokrasi-Kapitalisme Menyuburkan Praktik Plagiarisme

 



Oleh: Sari Ramadani (Aktivis Muslimah)


Wacana soal tindakan plagiat yang diduga dilakukan Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) terpilih Muryanto Amin terus mencuat sejak hari pemilihan pada Kamis 3 Desember 2020 lalu. Berawal dari pesan elektronik seseorang di Singapura kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 6 Desember 2020.


Dari surat elektronik itu, Rektor USU yang masih menjabat Runtung Sitepu membentuk Tim Penelusuran Dugaan Self-Plagiarism yang diduga dilakukan Muryanto Amin. Kepala Perpustakaan USU Jonner Hasugian ditunjuk sebagai ketua tim. (sumut.idntimes.com, 22/12/2020).


Dalam sistem Demokrasi Kapitalisme, keuntungan adalah hal yang paling berharga, karenanya, ketika mampu meraih keuntungan yang banyak, maka dapat dengan mudah mendapatkan semua kenikmatan dunia tanpa mempertimbangkan halal haram.


Untuk itu, wajarlah jika perilaku tidak jujur pun marak terjadi pada sistem hari ini, salah satunya adalah plagiarisme. Plagiat atau duplikat sendiri adalah tindakan buruk yang merupakan perilaku tidak jujur, yang mana baru-baru ini sedang terjadi di lingkungan pendidikan.


Hal ini semakin memperlihatkan deretan potret buruk pendidikan di Indonesia. Bagaimana tidak, pendidikan yang seharusnya dapat menghasilkan generasi intelektual ideologis yang dapat membangun peradaban dunia dengan asas ketaatan pada Allah, malah tercoreng dengan hal yang demikian.


Pasalnya, hal ini akan mengakibatkan para pelajar justru terbiasa bahkan akan mencontoh perilaku ketidakjujuran seperti ini dengan tujuan mendapatkan sebuah keuntungan lewat karya ilmiah yang di hasilkan walaupun karya tersebut adalah hasil plagiarisme.


Dari Asma, Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang membangga-banggakan diri dengan sesuatu yang tidak ada pada dirinya itu bagaikan seorang yang menutupi seluruh badannya dengan dua kain kepalsuan.” (HR. Bukhari dan Muslim).


Berbeda jauh dengan sistem pendidikan dalam Khilafah. Karena dalam sistem ini, akidah adalah hal yang paling utama sehingga mustahil berlaku tidak jujur dalam menghasilkan sebuah karya. Pendidikan dalam Khilafah juga sangat mengokohkan Aqliyah dan Nafsiyah para pelajarnya sehingga dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari maka tak heran jika para pelajar pada sistem ini pun berpikir hingga ke tingkat Mustanir (cemerlang). Selain itu, dalam sistem Khilafah pun, seluruh elemen akan berpartisipasi dalam lahirnya generasi cemerlang yang anti plagiarisme.


Maka, hanya dengan sistem Khilafah akan lahir lah generasi berpemikiran cemerlang yang taat pada Allah dan anti plagiarisme. Untuk itu, marilah sama-sama memperjuangkan sistem yang berasal dari Allah SWT pencipta alam semesta, manusia, dan kehidupan. Agar sampailah rahmat ke seluruh alam.


Wallahualam Bissawab.