Mewujudkan Politisi Muslimah

 


Oleh: Alfisyah, S.Pd (Aktivis Muslimah Medan)


Tujuan hidup bagi seorang muslim, tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Qur’an Surah Adz Dzariyat ayat 56 yang artinya: ”Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.  


Merujuk pada firman Allah tersebut, bahwasannya setiap insan harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk menyibukkan diri pada perkara akhirat. Sebab yang mesti diingat oleh umat Muhammad adalah bahwa hidup di dunia ini tidaklah lama. Dunia ini begitu singkat. Tugas kita hanyalah menjadi sang pengabdi kepada Allah semata. Kewajiban kita hanya mendedikasikan seluruh hidup dan mati semata-mata untuk Allah. Allah SWT berfirman dalam Qur’an surah Al-An’am ayat 162 yang artinya: “Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”.


Maka, bersyukurlah dan berbahagialah karena kita sebagai umat Muhammad disebut Allah sebagai umat terbaik. Sebaik-baik umat adalah dia yang menapaki jalan dakwah dan menebarkan Islam dengan dasar keimanan. Sebagai seorang muslim haruslah memiliki misi hidup beribadah untuk mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Satu-satunya jalan untuk mendapatkan pertolongan Allah berupa kebahagiaan dunia akhirat adalah dengan berdakwah dan berjuang menolong agama Allah. 


Allah SWT berfirman dalam Qur’an surah Muhammad ayat 7 yang artinya: ”Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”.


Menolong agama Allah dengan sepenuhnya, melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah, berdakwah menyebarkan Islam, berjuang membela Islam di saat Islam dihina dan dinista oleh musuh-musuh Allah. Menolong agama Allah juga dengan menegakkan Islam kaaffah dan berjihad di jalan Allah. 


Begitulah Rasulullah telah mencontohkan kepada kita sebagai umatnya. Seluruh pengorbanan Rasulullah dan para sahabat, baik harta, tenaga, pikiran, dan bahkan nyawa sekalipun. Tegaknya sistem Islam kaaffah di Madinah adalah fakta sejarah perjalanan dakwah dan perjuangan Rasulullah, yakni membangun syariat Islam untuk diterapkan di tengah-tengah masyarakat, sebagai manifestasi rahmatan lil’alamin.


Dakwah itu adalah wujud kasih sayang. Namun, dalam mewujudkan kasih sayang itu selalu ada kerikil tajam. Syaithan dan sekutunya dari kalangan manusia senantiasa konsisten dalam menebarkan kerikil tajam itu diatas jalan dakwah. Tujuannya satu, agar jalan dakwah terhambat dan gagal sebab keberhasilan dakwah terutama dakwah ideologis itu akan membungkam mulut syaithan dan pengikutnya itu.


Dahulu dakwah Islam era sebelum Indonesia merdeka juga dijegal dengan "kerikil tajam" itu. Dakwah di era penjajahan Belanda bahkan dijegal oleh rencana busuk pemerintah Hindia-Belanda dan para sekutunya. Aktor utama dibalik upaya itu adalah Snouck Hurgronje. Orientalis ini berusaha membungkam dakwah saat Indonesia berpikir untuk bangkit dan bersatu agar merdeka dari penjajahan. Umat islam saat itu dicekoti dengan pemahaman Barat. 


Bangsa Indonesia pun akhirnya berpikir sebagaimana Barat dan saat itu bangsa Indonesia merasa tidak masalah jika bersama dengan Barat (Belanda). Kondisi ini mempermudah penguasaan Belanda dalam mengarahkan Indonesia pada kemerdekaan semu (nasionalis) dan mengalihkan dari dakwah politis untuk bersatu tanpa intervensi penjajah manapun.


Pintarnya Snouck kemudian mengarahkan pemerintahan Hindia-Belanda untuk membedakan dua hal. Dua hal itu adalah islam ritual (ibadah sholat, puasa, zakat, haji) dan islam politis (ide persatuan terhadap metode manhaj nabi, jihad fisabilillah dan syariat Islam). Untuk hal pertama boleh dibicarakan sebebasnya waktu itu. Namun, untuk hal kedua yaitu islam ideologis tak boleh sama sekali dibicarakan dimanapun dan kapanpun. Pemerintah Hindia-Belanda lalu menangkap para pendakwah islam ideologis kala itu dan dijerat pasal kriminal dan masuk bui karena dakwah yang dilakukannya.


Kondisi ini sama persis seperti yang kita lihat hari ini. Dakwah islam ritual tak pernah dipermasalahkan. Namun, dakwah politis dijerat dengan UU yang sengaja dibuat untuk mengkriminalisasi pelaku dakwah tersebut. Apa yang terjadi saat ini hanyalah pengulangan sejarah. Seakan dakwah dari dulu masa Rasulullah, masa para sahabat hingga masa dimana kaum muslimin tak punya perisai (pelindung). Saat itu dakwah ideologis pasti menjadi bulan-bulanan dan dijerat dengan UU buatan para agen (umala) agar gagal total. Perjuangan yang haq dan bathil terjadi karena dakwah yang politis akan membuat mereka mati dijalan ini.


Saat ini banyak sekali orientalis-orientalis baru seperti Snouck dahulu. Pola kerja mereka sama. Sama-sama agar dakwah politis yang bertujuan mewujudkan kesejahteraan diseluruh alam (kasih sayang) terhenti. Kegagalan dakwah politis ini adalah satu-satunya agenda para orientalis itu yang paling besar. Sementara itu agenda busuk dan jahat menanti di setiap persimpangan jalan dakwah yang dilewati. Kerikil tajam yang ditebar di jalan-jalan itu menghempaskan orang-orang atau pejuang yang tidak ikhlas dan tidak kuat dalam memikul beban dakwah politis itu. 


Dakwah politis itu benar-benar ditakuti Barat dan sekutunya hari ini. Upaya memadamkannya terus dilakukan secara rapih dan terstruktur. Oleh karena itu saat ini dibutuhkan banyak sekali politisi pejuang yang ideologis. Semuanya itu agar dakwah ideologis ini sampai pada tujuannya meskipun kerikil tajam menghadangnya. Politisi pejuang itu hanya akan lahir di rahim seorang ibu pejuang yang juga sebagai politisi muslimah yang ideologis. 


Keterlibatan satu orang muslimah dalam perang uhud yaitu Ummu Amarah ra yang mendapat 12 tusukan luka ditubuhnya. Kesadaran politiknya untuk mewujudkan islam ideologis. Pada perang khaybar pun seorang wanita bernama Ummu Mani' ra terlibat dalam barisan belakang membantu pasukan yang membutuhkan perawatan. Kesadaran politiknya untuk menumbangkan kekuasaan yahudi saat itu menyala-nyala. Semua itu dilakukan agar islam rahmat lil'alamin benar-benar terwujud tanpa ada penghalang-penghalang yang menghadang jalannya.


Ummu Mani ra, dan Ummu Amarah ra adalah politisi pejuang. Dari rahimnya terlahir pejuang yang sangat paham akan tujuan dakwah yang sebenarnya, yaitu tujuan dakwah politis. Sosok ibu cerdas, dari mereka ini telah mengantarkan anak-anaknya menjadi anak yang sadar politik. Pola pendidikan yang diberlakukan pada putranya benar-benar lahir dari kesadaran politiknya akan dakwah dan tujuan dakwah. Kepribadian islam yang agung yang mereka miliki juga terwariskan pada anak mereka.


Muadz bin Jabal imamnya para fuqoha (ahli fiqih), darinya Rasulullah merekomendasikan bacaan Al-Quran selain dari 3 orang lainnya. Kiprah Muadz bin Jabal adalah output pendidikan yang telah ditorehkan seorang ibu politisi pejuang yang kaffah dan ideologis. Pribadi Muadz yang agung adalah bentukan dari ibunya. Cetakan dari ibu dan ayahnya. Pribadi yang hanya menerapkan hukum Allah dalam kehidupannya saat ia menjadi pemimpin bagi masyarakatnya.


Saat muslimah akhir zaman hidup dalam dunia yang penuh kezaliman, selayaknya menjadikan kedua wanita mulia politisi muslimah pejuang ini sebagai teladan. Kesadaran dan keihsasan (peduli) pada kondisi umat yang terpuruk hingga pada titik terendah membawa aksi untuk mengubah umat tersebut. Kesadaran untuk memperbaiki masyarakat, amar ma'ruf, nahyi mungkar, menjadi pengemban dakwah, dokter umat, permata umat adalah satu-satunya cara yang harus dilakukan. 


Peran aktif muslimah dalam mencounter kerikil tajam dakwah melalui lisan dan tulisan harus terus dilakukan secara istiqomah. Muslimah pejuang yang politis itu juga tidak akan ragu mengambil posisi paling depan dalam perjuangan dakwah politis. Muslimah politis pejuang itu tidak boleh diam. Tertinggal dan menjadi penghalang dakwah politis. Muslimah pejuang itu mestilah berkepribadian islam, sangat menghormati para ulama dan orang-orang yang selayaknya dimuliakan sebab Allah memuliakan mereka para ulama. Muslimah pejuang tidak akan memusuhi pejuang dakwah itu sebab itu sama saja dengan menentang Allah dan Rasul-Nya.

Demikianlah menjadi Ummu warabbatul bayt tak menghalangi seorang wanita menjalankan peran politisnya sebagai agen perubahan dalam mengajak umat agar mewujudkan institusi islam yang rahmatan Lil 'alamin.