Medan Butuh Pemimpin Solutif, Bukan Sekadar Kreatif

 


Oleh: Ratih Yusdar (Aktivis Muslimah)


Kurang dari satu bulan lagi pelaksanaan pilkada untuk pemilihan walikota dan wakil walikota Medan akan segera dilaksanakan. Ada dua calon yang akan bertarung di pilkada kotamadya Medan tahun ini, yaitu paslon nomor  urut 1 Akhyar Nasution - Salman Alfarisi dan paslon nomor urut 2 Bobby Nasution -  Aulia.


Seperti biasa, sebelum hari H tiba, maka calon - calon tersebut saat ini sedang sibuk berkampanye ke wilayah - wilayah  yang ada di daerah  kota Medan untuk menyampaikan visi misi masing - masing. 


Pasangan calon (paslon) Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan nomor urut 1 Akhyar Nasution dan Salman Alfarisi berkomitmen akan menjadikan Taman Budaya Sumatera Utara (TBSU) di Medan, menjadi rumah seni bertaraf internasional. "Kita akan merenovasinya menjadi rumah seni bertaraf internasional agar kota ini memiliki peradaban," kata Akhyar. Dia menyebutkan ada tiga ciri sebuah kota memiliki peradaban, yakni memliki galeri, museum, dan perpustakaan. Di Kota Medan ketiganya sudah ada, namun masih belum dimanfaatkan secara maksimal. (viva.co.id, 31/10/2020).


Sedangkan paslon nomor 2 yaitu Boby Nasution Menantu Presiden Jokowi yang bertekad mengembalikan Medan menjadi Paris van Soematra seperti dahulu. Dia ingin merealisasikan itu jika memenangkan Pilkada Medan bersama pasangannya, Aulia Rachman. (cnnindonesia.com, 04/11/2020). 


Impian-impian calon pejabat ini ternyata tidak mendapat sambutan yang baik dari warga kota Medan. Warga sudah jenuh dengan janji-janji yang selalu disebarkan pada saat-saat menjelang pemilu ataupun pilkada. Lagipula di saat pandemi yang terjadi sekarang ini warga tidak lagi memikirkan soal seni dan budaya, apalagi berharap muluk-muluk menjadikan kota Medan menjadi Paris van Soematera. Masalah jalan berlubang di sana sini juga masih belum kelar selama bertahun -tahun. 


Inilah efek dari kontestasi pemilihan pejabat dalam sistem demokrasi yang mengharuskan antar calon berlomba menjadi paling kreatif, inovatif, kaya ide dan memunculkan gebrakan baru seakan tidak melihat situasi dan kondisi  yang ada di sekitarnya. Padahal warga hanya berharap bagaimana mereka bisa survive terlebih  selama masa pandemi covid yang berkepanjangan ini. 


Warga berharap para pemimpin dan calon pemimpin agar bisa memberikan solusi bagaimana mereka bisa tetap bekerja untuk mencari nafkah, karena pengangguran semakin banyak, pendidikan pun semakin tidak menentu, untuk berobat juga semakin sulit. Realita yang ada adalah rakyat masih sangat menderita dari segi ekonomi terutama di masa - masa pandemi ini. 


Andai saja para pemimpin maupun calon pemimpin mau belajar dan mencontoh sosok-sosok pemimpin islam di masa lalu dengan menerapkan hukum-hukum syara' sebagai landasan hidup, niscaya tidak akan terjadi kesulitan dan kesusahan pada hidup  warga/rakyat  di atas bumi yang kaya raya ini.  


Para pemimpin dalam sistem islam tidak pernah dipusingkan dengan ide-ide baru untuk menyulap wilayahnya menjadi pemikat wisatawan. Karena dalam sistem islam, pos-pos pemasukan negara sudah diatur sesuai syari'at. Sistem Islam tidak hanya mengatur soal ibadah mahdoh seperti sholat, puasa dan zakat saja. Tetapi islam juga mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dari mulai akan beranjak tidur sampai bangun dari tidur. 


Islam mengatur seluruh kegiatan yang ada dalam kehidupan, baik itu keyakinan, moral akhlak, tingkah laku, perasaan, pendidikan, sosial, politik, ekonomi, militer maupun peradilan. Semua hal ini tertulias dalam alquran sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 2 yang artinya, "Kitab alquran ini tidak ada keraguan padanya petunjuk bagi mereka yang bertaqwa."


Islam adalah solusi dalam kehidupan ummat manusia, sehingga apabila para pemimpin terpilih adalah orang yang benar-benar  bertaqwa kepada Allah. Mereka akan mengikuti apa-apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Mereka akan menjalankan roda pemerintahan sesuai dengan fikroh dan thoriqoh yang disyari'atkan dalam Islam, sehingga tidak diperlukan tebar pesona dengan janji-janji manis atau memberikan harapan semu yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang pada ujungnya mengecewakan warga masyarakat yang dipimpin. 


Wallahu'alam Bisshowwab