BAHAGIA ITU SEDERHANA MENURUT ISLAM


Fahmi Amin Harahap, S.Sos

       “Yang namanya kaya bukanlah dengan banyaknya harta (atau banyaknya kemewahan dunia). Namun yang namanya kaya adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari dan Muslim)
       Setiap orang pasti menginginkan hidup bahagia. Namun banyak orang yang menempuh jalan yang salah dan keliru. Sebagian menyangka bahwa kebahagiaan adalah dengan memiliki mobil mewah, Handphone sekelas vivo, memiliki rumah real estate, dapat melakukan tur wisata ke luar negeri, dan lain sebagainya. Mereka menyangka bahwa inilah yang dinamakan hidup bahagia. Namun apakah betul seperti itu? Simak tulisan berikut ini.
1. Kebahagiaan menurut Alqur’an
       Orang yang beriman dan beramal sholeh, merekalah yang sebenarnya merasakan manisnya kehidupan dan kebahagiaan karena hatinya yang selalu tenang, berbeda dengan orang-orang yang lalai dari Allah yang selalu merasa gelisah. Walaupun mungkin engkau melihat kehidupan mereka begitu sederhana, bahkan sangat kekurangan harta. Namun jika engkau melihat jauh, engkau akan mengetahui bahwa merekalah orang-orang yang paling berbahagia.
       Allah Ta’ala berfirman: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (QS. An Nahl: 97). Ini adalah balasan bagi orang mukmin di dunia, yaitu akan mendapatkan kehidupan yang baik.
      Allah Berfirman lagi :“Dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An Nahl: 97). Sedangkan dalam ayat ini adalah balasan di akhirat, yakni alam barzakh.
     Begitu pula Allah Ta’ala berfirman dalam ayat berikutnya :“Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui.” (QS. An Nahl: 41).
       Inilah tempat dalam Al Qur’an yang menjelaskan balasan bagi orang yang beriman dan beramal sholeh. Ada dua balasan yang mereka peroleh yaitu balasan di dunia dan balasan di akhirat. Itulah dua kebahagiaan yang nantinya mereka peroleh. Ini menunjukkan bahwa mereka lah orang yang akan berbahagia di dunia dan akhirat.
 2. kebahagiaan perspektif Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
       Seringkali kita mendengar nama Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Namanya begitu harum di tengah-tengah kaum muslimin karena pengaruh beliau dan  karyanya begitu banyak di tengah-tengah umat ini. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, nama aslinya adalah Ahmad bin Abdul Halim bin Abdus Salam bin Abdullah bin Muhammad bin Al Khodr bin Muhammad bin Al Khodr bin Ali bin Abdullah bin Taimiyyah Al Haroni Ad Dimasqi.

       Berikut adalah cerita dari murid beliau Ibnul Qayyim mengenai keadaannya yang penuh kesusahan, begitu juga keadaan yang penuh kesengsaraan di dalam penjara. Namun di balik itu, beliau termasuk orang yang paling berbahagia.
       Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, Allah Taala pasti tahu bahwa aku tidak pernah melihat seorangpun yang lebih bahagia hidupnya dari pada beliau, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Padahal kondisi kehidupan beliau sangat susah, jauh dari kemewahan dan kesenangan duniawi, bahkan sangat memprihatinkan. Ditambah lagi dengan siksaan dan penderitaan yang beliau alami di jalan Allah Ta’ala, yaitu berupa siksaan dalam penjara, ancaman dan penindasan dari musuh-musuh beliau. Namun bersamaan dengan itu semua, aku dapati bahwa beliau adalah termasuk orang yang paling bahagia hidupnya, paling lapang dadanya, paling tegar hatinya dan paling tenang jiwanya. Terpancar pada wajah beliau sinar kenikmatan hidup yang beliau rasakan. Kami murid-murid Ibnu Taimiyyah, jika kami ditimpa perasaan gundah gulana atau muncul dalam diri kami prasangka-prasangka buruk atau ketika kami merasakan kesempitan hidup, kami segera mendatangi beliau untuk meminta nasehat, maka dengan hanya memandang wajah beliau dan mendengarkan nasehat beliau, serta-merta hilang semua kegundahan yang kami rasakan dan berganti dengan perasaan lapang, tegar, yakin dan tenang. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pun sering mengatakan berulang kali pada Ibnul Qoyyim, Apa yang dilakukan oleh musuh-musuhku terhadapku? Sesungguhnya keindahan surga dan tamannya ada di hatiku.
 Begitu pula Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah mengatakan tatkala beliau berada di dalam penjara, padahal di dalamnya penuh dengan kesulitan, namun beliau masih mengatakan, “Seandainya benteng ini dipenuhi dengan emas, tidak ada yang bisa menandingi kenikmatanku berada di sini.
       Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah juga pernah mengatakan, Sebenarnya orang yang dikatakan dipenjara adalah orang yang hatinya tertutup dari mengenal Allah ‘azza wa jalla. Sedangkan orang yang ditawan adalah orang yang masih terus menuruti hawa nafsunya pada kesesatan. Bahkan dalam penjarapun, Syaikhul Islam masih sering memperbanyak doa agar dapat banyak bersyukur pada Allah.
       Penjelasan diatas Itulah kenikmatan yang dirasakan oleh orang yang memiliki keimanan yang kokoh. Kenikmatan seperti ini tidaklah pernah dirasakan oleh para raja dan juga pangeran. Para salaf mengatakan : “Seandainya para raja dan pangeran itu mengetahui kenikmatan yang ada di hati kami ini, tentu mereka akan menyiksa kami dengan pedang.”
Kesimpulan
       Hidup ini bahagia tidak didasari kaya atau miskinnya seseorang. Banyak orang kaya raya dan punya mobil beserta rumah mewah, tapi rumah tangganya hancur, anaknya juga hancur tidak karuan, jadi bukan kaya menilai bahagianya seseorang, tapi bahagia itu terletak pada iman, ketika seseorang imannya kokoh, maka dia akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
       Banyak orang miskin, sehari makan, sehari tidak makan, tapi hari-harinya dipenuhi kebahagiaan, rumah tangganya tentram dan nyaman, sebab imannya yang menguasai dirinya, karena imannya yakin semua yang diberikan Allah wajib disyukuri, ada tidak ada wajib disyukuri. Inilah tanda kebahagiaan menurut Islam.
       Buya hamka pernah mengalami masa-masa sulit seperti ini, beliau idealis dengan ideologi yang dibawanya. Suatu ketika beliau berbenturan sama sukarno pada saat itu, dikarenakan beliau tidak setuju ideologi sukarno yang ber-ideologi nasakom, maka sebab itulah buya hamka dipenjara selama 2 tahun lebih. Tapi buya hamka katakan penjara bukanlah akhir dari segalanya, dan akhirnya berhasil membuat tulisan Tafsir Al-Azhar di penjara, beliau katakan bersyukur saya dipenjara, sebab kalau saya tidak dipenjara, maka saya tidak akan bisa menyelesaikan Tafsir yang saya karang ini, disebabkan aktivitas diluar yang padat kata buya hamka. Inilah salah satu kebahagiaan hakiki yang tidak semua orang rasakan, sebab imanlah yang membuat seseorang bisa bahagia meskipun dipenjara.