Tak Boleh Percaya 99,999 Persen kepada Al Qur'an



Dakwahsumut.com,Medan(17/3) - Seseorang yang mengaku beragama Islam tidak boleh memercayai 
Al  Qur'an sebesar 99,999 persen.
Al Ustadz Azwar Hadi Lubis, penceramah pada acara Tabligh Akbar yang 
diselenggarakan Majelis Taqarrub Ilallah (MTI) pada Ahad (17/3/2019) 
di Masjid Al Amin, Medan, menyampaikan itu di hadapan seribuan lebih 
jamaah yang hadir.



"Ibu-ibu, bapak-bapak... Apakah percaya Al Qur'an?" tanya ustadz itu 
yang dijawab jamaah secara bersama sama, "Percaya..".






Ustas Azwar mengatakan jika seorang muslim memecayai kitab suci itu 
maka seharusnya kepercayaannnya terhadap wahyu Allah itu haruslah 
seratus persen, tidak sebagian-sebagan.

"Apakah boleh percaya separohnya saja? Tentu tidak. Atau percaya 
99,9999 samapai panjang kali angka sembilannya? Tentu juga tidak 
boleh," ucap ustadz muda itu penuh semangat.

Jika percaya terhadap Al Qur'an maka semua persoalan yang dihadapi 
setiap manusia akan dapat dieselesaikan. Ia bahkan menjamin bahwa 
persoalan negeri ini yang kian runyam akan dapat dengan mudah 
diselesaikan jika Al Qur'an dijadikan pedoman.

"Alquran itu mengatasi masalah. Bukankah yang menciptakan manusia itu 
adalah Allah sehingga seyogyanya kita berpedoman pada aturan Allah," 
ucapnya.

Dia melanjutkan, 
Indonesia akan menjadi negara yang "baldatun 
thoyyibatun warobbun ghofur" ketika pengelolaan negeri ini dilakukan 
dengan memeomani Alqur'an.

Pada bagian lain, Ustadz Azwar mengupas tentang fenomena kerusakan 
sosial yang melanda negeri ini. Secara khusus, dia memaparkan tentang 
perilaku umat yang jauh dari akhlak Islam.

Dia mencontohkan sejumlah peristiwa di Medan dan sekitarnya, antara 
lain tentang pelajar yang diperkosa, ada tindakan main hakim sendiri 
yang membuat orang tewas, ada pergaulan bebas hingga aborsi.

Sebelumnya, Ketua Panitia Tabligh Akbar, Rahmat Taher dalam sambutannya mengatakan tentang pentingnya meneladani kepemimpinan Rasulullah Saw.

Ia menyebutkan, sejak keruntuhan Daulah Islam di Turki, umat Islam di dunia bagai ayam kehilangan induknya. Umat tercerai berai dan masing-masing hanya berusaha untuk mempertahankan diri masing-masing sehingga persatuan umat tidak terwujud.

"Tablig akbar ini untuk mengingatkan kita semua tentang kewajiban menegakkan Khilafah. Khilafah bukan hanya fardhu, lebih dari itu tetapi menjadi tâj al-furûdh yaitu mahkota kewajiban," ucapnya.

Sebelumnyam dalam sambutan itu Taher juga memaparkan tentang keutamaan bulan Rajab bagi umat Islam. Menurutnyam banyak sejarah peradaban Islam bermula pada bulan haram ini. ()