Melintir Jalan Taqdir


Oleh: Andika Mirza (Aktivis Dakwah, Pegiat Literasi).
.
Adalah sebuah keniscayaan akan kembalinya Islam menjadi tatanan kehidupan, sebagaimana yg telah menjadi bisyarah (kabar gembira) Rasul dn Wa'd (janji) Allah, bahwa kebangkitan Islam akan kembali, baik dengan adanya kita dlm barisan yg turut serta dlm memperjuangkannya, ataupun tdk.
.
Pun dengan datangnya ajal, rezeki, dan jodoh adalah sebuah ketetapan yg tak bisa ditunda kehadirannya, dipercepat datangnya, atau dihadang kemunculannya. Sama sekali tak ada andil kita untuk mencoba merubahnya. Sebab semua sdh tertulis di lauh mahfudz yg menjadi ketetapan yg akan menimpa setiap hamba.
Kesemua itu; ajal, rezeki, jodoh yg merupakan komponen yg padu yg pasti kehadirannya, tanpa perlu diundang dia akan bertamu, dan tak perlu repot dihadang sebab dia akan tetap menyapamu.
.
Hanya saja, ada konsep kausalitas (sebab-akibat) yg perlu diperhatikan, sebagai bentuk "ikhtiar (usaha)" dlm memperoleh dan menjelang ketiga komponen tadi (ajal, rezeki, jodoh, pen). Yg mana output dr usaha ini bukanlah untuk mengubah (mempercepat, menunda, menghadang, pen) datangnya ketiga komponen td, melainkan semata" ingin menunjukkan keseriusan kita dlm menggapai nilai di hadapan Allah.
.
Ringkasnya, bukanlah usaha yg kita lakukan tadi sebagai Sebab kemunculan dan datangnya ketiga komponen tadi, sama sekali tdk ad pengaruhnya.
Usaha kita tak mampu mendatangkan rezeki sama sekali, juga tak mampu menghalangi maut menjelang suatu hari. Sama sekali tdk! 
Lantas apa yg dituju dr setiap usaha kita? Alasan dr setiap usaha kita adalah Nilai, nilai di hadapan Allah atas segala upaya kita; nilai itu berupa pahala dan dosa. Jika wajib maka ada nilai pahala ketika dilaksanakan, dan dosa ketika diabaikan, begitu seterusnya (sunnah, mubah, makruh, haram, pen).
.
Intinya, upaya yg kita lakukan semata" untuk mencari nilai di hadapan Allah, tanpa sedikitpun mampu mengubah ketetapan-Nya. Jika ingin mendapat nilai pahala berlimpah, maka bekerjalah, dng begitu ada pahala yg diperoleh dr setiap cucuran keringat. Namun, pekerjaan td tak sama sekali mampu mendatangkan atau mengahadang rezeki dr Allah, sebab itu adalah ketetapan Allah yg tak bisa diubah.
.
Pun sama halnya dengan kebangkitan Islam, adalah sebuah keniscayaan yg telah digambarkan dlm bisyarah (kabar gembira) Rasulullah dan merupakan Wa'd (janji) Allah.
.
Apakah kebangkitannya bergantung kpd perjuangan kita? 
Maka jawabnya sama sekali tidak!
Kita turut serta berjuang, acuh tak peduli, atau menghadang setengah mati, tetap kebangkitan Islam itu akan kembali. Ada atau tanpa kita sama sekali Islam tetap akan berjaya kembali.
.
Lantas, di mana posisi eksistensi perjuangan kita? 
Persis seperti di bagian pertama tulisan ini, sama halnya dengan ketiga komponen (ajal, rezeki, jodoh) tadi, maka begitulah inti sebenarnya dr perjuangan dakwah ini.
.
Bukan perjuangan ini yg membuat Islam bangkit kembali, bukan pula barisan penghadang (musuh Allah) yg membuat Islam terpuruk mati, tapi ketetapan Allah lah yg akan terjadi. Bila Allah menetapkan sudah saatnya Islam bangkit, maka bangkitlah ia, tanpa ad yg bisa mempercepat nya, atau mampu menghadangnya.
.
Dari itu, eksistensi perjuangan dakwah kita, semata" untuk menunjukkan keseriusan kita di hadapan Allah untuk menggapai nilai yg ditawarkan Allah (pahala yg berbuah syurga, atau dosa yg berujung neraka).
.
Keikutsertaan kita dlm barisan dakwah Islam adalah demi diri kita, untuk memperoleh pahala berlimpah karena menolong agama Allah, dan serius menjalankan kewajiban menegakkan Syariat Allah melalui dakwah, dakwah kebangkitan Islam, bangkit di bawah institusi Syari'at, yg kita kenal dengan sebutan "Khilafah Islamiyah".
.
Lantas, posisi mana yg akan kita ambil?
Posisi para pejuang yg dijanjikan pahala berlimpah yg berbuah syurga? 
Atau cukup menjadi penonton tanpa memperoleh nilai apa"?
Atau malah menjadi penghadang yg sejatinya hanya mengundang dosa dn murka yg berujung pada siksa di neraka?
.
Silahkan tentukan, selagi nyawamu masih milikmu! 
.