Mau Berkah, Kembalilah Pada Fithrah



Oleh : Ommaya Ridha (Guru SMP swasta Arrazi Medan)
.
Setiap insan menginginkan keberkahan dalam hidupnya, bukanlah berkah hanya saat impian dan cita tercapai. Bukan pula dikatakan berkah saat bergelimang harta, puji dan puja manusia. Namun dikatakan berkah jika bertambah keimanan dan ketaqwaan hamba pd Sang Khaliq
.
Dibuktikan dengan semakin taatnya hamba dalam menjalani kehidupan dunianya, bersiap untuk pertanggungjawaban akhiratnya, semata mengharap keridhoanNya
.
Dalam konteks berbangsa, kita ingin Negara ini menjadi baldatun thoyyibatun wa robbun ghafur. Intinya negara yang makmur sejahtera dan tentu saja berkah
.
Sayangnya cita-cita mulia itu kontradiksi dalam aplikasi dan realiti. Paradoks
.
Banyak yang mengharap berkah dengan menerapkan sistem kapitalis dengan politik demokrasinya -dan sangat naif- sembari mengakui.. malaikat pun akan menjadi iblis dalam demokrasi.
.
Adapula yang phobi dengan kesenjangan ekonomi yang sedemikian menganga, hegemoni dan keserakahan yang dilegalkan negara, kedholiman pada proletar yg terus menyiksa... namun berlari pada solusi sosialis-komunis, dengan pongah berkata Tuhan itu tidak ada.. agama hanya candu.. sembari dengan bengis menggebuk, membasmi siapa saja yang beragama.. inikah kesejahteraan dan keberkahan dalam pikiran mereka?
.
Ironi.. 
.
Bukankah jalan menuju berkah itu adalah ketaatan pada titah sang Maha? Bukankah Allah telah sempurnakan dienul Islam ini untuk diterapkan hingga akhir zaman (lihat QS. Al-maidah: 3)
Artinya untuk menuju baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur juga ada aturan yang telah digariskannya. Dan pastilah telah pula dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad saw. sebagai khatimul anbiya.
.
Siapa saja yang memahami perjalanan dakwah rasul dalam mengemban risalah kebenaran Islam akan mendapati bahwa momentum hijrah adalah bukti keberhasilan Rasul membangun Yatsrib menjadi Madinah.
.
Baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur
.
Negara berkah itu terus dilanjutkan oleh para Khulafaur Rasyidin, berganti dpimpin oleh Bani Umayyah, lalu Bani Abbasiyyah, terakhir Bani 'Utsmani. Dan dihilangkan oleh persekongkolan kafir dan munafiq laknatullah hingga saat ini masih menjadi cita-cita mereka yang rindu pada fithrahnya.
Ya.. fithrah hamba adalah tunduk taat secara totalitas pada Allah, Al Khaliq wal Mudabbir. Fithrah hamba saat beribadah dan bermuamalah diatur dengan syariat Tuhannya. Fithrah hamba untuk tunduk taslim hanya pada pemilik seluruh alam (lihat QS.Annisa : 65).
.
Maka wahai hamba.. wahai saudaraku sebangsa.. Jika benar kita cinta negeri ini.. Kita bercita-cita menjadikannya negara yang diberkahi Allah, kembalilah pada fithrah kita.
.
Kembalilah pada ketaatan dan ketundukan secara kaaffaah pada Allah Rabbul 'izzati. Terapkan syariah kaaffaah, lanjutkan kehidupan Islam yang diwariskan Rasullullah, para Khulafaur Rasyidin dan pendahulu kita yang sukses menebar keberkahan dan rahmat ke seluruh alam selama belasan abad.
.
Mari bersama kita ganti kerusakan dan keterpurukan Indonesia menjadi keberkahan Islam. Mari bersama raih keberkahan dengan tegakkan Khilafah Islam di bumi pertiwi yang kita cintai ini
.
Wallahua'lambishawab.