PERANAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN ANAK


Mimi Yulianti, S.Pd (Tokoh Peduli Keluarga dan Generasi Sumut)
Peranan keluarga dalam pendidikan anak merupakan hal yang sangat penting, karena keluarga khususnya orangtua bertanggungjawab jawab penuh atas perkembangan fisik, jiwa, pendidikan maupun perkembangan sosialnya. Apalagi jaman sekarang, dimana pengaruh budaya Barat semakin kuat menggeser budaya Timur khususnya Indonesia, merupakan tantangan yang sangat besar dan kompleks. Kebanyakan anak-anak senang meniru-niru gaya dan kebiasaan Barat dalam berbusana ataupun bergaul, dan hal-hal lain yang bersifat kebarat-baratan.
Begitu pula dengan perkembangan di dunia teknologi yang sedemikian pesat, seperti teknologi industri, teknologi informasi. Hal ini mengakibatkan berubahnya perilaku, kebiasaan, dan perkembangan jiwa anak. Orang tua, bahkan anak-anak menjadi konsumtif, bahkan memaksakan diri untuk mengikuti perkembangan-perkembangan tersebut, semisal berganti-ganti sepeda motor, berganti-ganti Hand-phone dan sebagainya, dengan alasan takut ketinggalan jaman.

Ditambah lagi dengan penerapan sistem Kapitalis saat ini yang memberikan peluang yang besar bagi ibu-ibu agar berkerja di berbagai kantor atau perusahaan, itupun pasti akan berpengaruh terhadap pendidikan anak khususnya perkembangan jiwanya, karena para ibu tak memiliki waktu yang cukup untuk membimbing, mendidik, dan mengawasi putra-putrinya. Padahal, mereka sangat membutuhkan perhatian, kasih sayang, dan bimbingan dari orangtua khususnya bimbingan ibunya. Akibatnya, terjadilah kecenderungan kerusakan moral dan mental pada anak. Oleh karena itu khususnya para orangtua dan para pendidik harus berusaha keras, dan harus ada perubahan sistem, yang bisa mengatur peranan keluarga dan para pendidik untuk mendidik anak, agar mereka kelak bisa menjadi generasi pemimpin yang bertaqwa kepada Allah SWT, maka sistem yang bisa mengatur semua ini adalah sistem Islam dengan tegaknya Daulah Khilafah ‘ala Minhaj Nubuwwah, dan sistem ini yang akan membendung kerusakan moral dan mental masyarakat.
Dengan kondisi saat ini, selain berdakwah mengajak masyarakat berjuang bersama–sama untuk memperjuangkan Islam, maka kita harus betul–betul memahami peran orangtua atau keluarga dalam masalah pendidikan anak ini. Apakah orangtua memiliki waktu yang cukup untuk mendidik, membimbing, dan mengawasi serta memberikan contoh teladan yang baik kepada putra-putrinya, dan memiliki ilmu yang cukup tentang bagaimana cara mendidik anak? Ataukah orangtua lebih membiarkan mereka berkembang sesuai jaman dan keadaan yang kemungkinan akan membawa mereka ke jurang kerusakan moral dan mental bahkan kepribadian mereka?
Nah, perbedaan dari cara mendidik seperti yang disebutkan di atas tadi, akan menghasilkan dua tipe anak-anak. Pertama, anak yang memiliki kepribadian Islam yaitu pola pikir dan pola sikapnya sudah sesuai dengan Al Qur’an dan As-sunnah yang akan menjadi kebanggaan orang tua dan keluarga, atau yang kedua adalah anak-anak yang menjadi korban dekadensi moral akibat kerusakan sistem Kapitalis seperti sekarang ini. Jadi keluarga dan para pendidik saat ini harus memiliki konsep yang jelas untuk mendidik anak – anak saat ini.
Sebagai solusi untuk memperbaiki dan membentuk moral, mental bahkan kepribadian secara utuh pada anak-anak, marilah kita coba menerapkan beberapa hal berikut :

Para orangtua khususnya ibu harus memiliki ilmu mendidik anak sesuai perkembangan usianya, dan memiliki waktu yang cukup untuk membimbing dan mengawasi putra-putrinya, karena bimbingan dan pengawasan merupakan bagian dalam mendidik anak. Dengan memiliki waktu yang cukup, orang tua bisa lebih banyak memberi perhatian, bimbingan serta penjelasan tentang baik dan buruk misalnya, karena anak-anak belum tahu dan belum mengenal mana yang baik dan mana yang buruk, begitu pula dengan mana yang berbahaya dan tidak bagi mereka. Mulai dari penanaman keimanan sejak lahir dan pembiasaan akhlaq yang dilakukan sehari-hari ketika mereka masih balita, seperti makan-minum menggunakan tangan kanan, makan minum tidak boleh sambil berdiri, dan mengucapkan terima kasih jika diberi sesuatu oleh seseorang. Jika mereka sudah beranjak remaja, mulailah diajarkan bagaimana menjaga kebersihan ataupun membereskan keperluannya sendiri. Orang tua juga harus bisa memberikan contoh tauladan dalam keseharian, biasanya anak akan meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya, karena anak memiliki kecenderungan untuk meniru.
Anak laki-laki dengan anak perempuan memiliki kecenderungan meniru yang berbeda. Anak laki-laki cenderung meniru dan mengidolakan ayahnya. Banyak hal yang dilakukan oleh ayahnya, diamatinya yang kemudian ditirunya, sedangkan anak perempuan cenderung mengamati dan meniru kebiasaan ibunya. Jadi, ayah dan ibu sama-sama memiliki peran dalam mendidik putra-putrinya, walaupun dalam bentuk yang berbeda.

Semakin besar, anak akan mengenal lingkungan yang lebih luas, disamping lingkungan keluarganya. Lingkungan teman-teman di sekolah, di tempat kursus, di club olah raga, atau lingkungan temannya bermain. Lingkungan yang lebih luas ini akan memberi pengaruh terhadap perkembangan jiwa, mental, dan moral mereka. Jauhkanlah mereka dari teman-teman yang sekiranya akan membawa pengaruh buruk, pilihkan teman-teman yang mengajak kepada hal-hal yang bermanfaat, misalnya membentuk kelompok pengajian dan belajar bersama atau kegiatan positif lainnya yang berguna bagi masa depan mereka dan bisa terpantau oleh orang tua.
Ayah dan ibu sebagai orangtua adalah model bagi putra-putrinya. Keluarga adalah sekolah pertama bagi anak – anaknya sehingga tingkah laku orangtua merupakan ajaran yang sangat berarti bagi pertumbuhan mereka, baik pertumbuhan fisik, perkembangan jiwa maupun perkembangan kepribadiannya. Perilaku dan kebiasaan orang tua lah yang pertama akan ditiru oleh mereka. Itulah sebabnya orang tua harus memberikan contoh teladan yang baik. Namun demikian tidak berarti hanya lingkungan orang tua atau keluarga saja yang akan mempengaruhi perkembangan mereka, tetapi lingkungan luar rumah pun cukup besar pengaruhnya, sebagaimana telah diutarakan di atas, yaitu teman-teman mereka juga akan mempengaruhi mereka, bahkan bisa jadi lebih besar pengaruhnya.
Ketika anak sudah mulai menginjak usia remaja, kendala-kendala bagi orang tua dalam mendidik anak akan bertambah besar, karena di usia ini anak mulai ingin memiliki hak untuk bebas berpikir dan berperilaku, oleh karena itu mereka akan menunjukkan sikap keras kepala, susah diatur bahkan membangkang. Di sinilah orangtua harus bisa bersikap bijaksana dan penuh pengertian. Peran orang tua dalam mendidik, merupakan salah satu kewajiban terhadap anaknya dan sebaliknya menjadi hak anak yang harus dipenuhi oleh orang tuanya.
Kemudian, dianjurkan kepada orang tua untuk menjalin hubungan yang dekat dengan anak, agar anak merasa nyaman untuk mengemukakan pendapat dan perasaannya kepada ibu dan ayah mereka. Mereka mempercayai orang tuanya sepenuhnya, sehingga tidak perlu lagi mencari pendapat orang lain atau teman-temannya sekalipun. Disamping memberikan pendidkan umum, orang tua juga perlu mendidik anak-anaknya dalam hal ketaatan kepada agamanya, sebagai Muslim tentunya harus taat kepada Allah dan Rosul-Nya, taat dalam menjalankan perintah-perintah-Nya.

Di dalam Islam, banyak terdapat ajaran mengenai etika, perilaku santun, sifat-sifat mulia dan berbakti kepada orangtua. Orang tua, ibu dan ayah adalah orang-orang yang paling berjasa dalam membesarkan dan mendidik anaknya. Seorang anak tumbuh menjadi besar dan kuat dikarenakan jasa orangtuanya. Nabi Muhammad s.a.w. mengatakan, jasa seorang ibu tak kan terbalaskan sekalipun telah menggendongnya untuk pergi haji. Begitu pula dengan ayah yang telah bekerja keras untuk menafkahi anak-anaknya. Allah SWT. memerintahkan berbuat baik kepada kedua orangtua setelah memerintahkan untuk menyembah-NYa, dan juga memerintahkan bersyukur kepada-Nya dan bersyukur kepada kedua orangtua. Dia menempatkan perintah berbakti dan bersyukur kepada orangtua pada urutan kedua. Jadi, begitu pentingnya, perintah untuk berbakti kepada kedua orang tua.

Alangkah bangga dan bahagianya memiliki anak yang cerdas dan berkepribadian Islam seperti itu. Dengan menanamkan nilai-nilai keimanan dari ajaran agama, juga akan mengakibatkan terbentuknya keyakinan yang sehat dan pengetahuan yang luas. Perpaduan antara pendidikan spititual dan akal, akan menimbulkan kepribadian yang tangguh, sebab akal yang terus berkembang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan dan kemampuan seseorang. Begitu pula kekuatan keimanan yang juga terus berkembang dengan mantap akan dapat menjaga seseorang dari kesalahan dan kekeliruan. Jika seseorang telah mampu memahami sesuatu dengan halal dan haram, dan mencintai kehidupan berdasarkan keridhoan Allah, maka ia akan menjadi pilihan yang bisa diandalkan.

Ajarkanlah mereka cara memilih teman, karena setiap orang tentunya memerlukan teman, untuk bisa saling menghibur, saling mencurahkan perasaan dan saling menyayangi. Sebagai konsekwensi dari berteman adalah akan beralihnya akhlak dan perilaku sesama mereka, karena mereka saling mempengaruhi. Dalam ajaran Islam diajarkan untuk memilih teman yang hubungannya baik dengan Allah SWT. yaitu yang taat menjalankan perintah-perintah-Nya, yang takut kepada-Nya dalam kesendirian ataupun keramaian, dan yang senantiasa melakukan amal-saleh, agar pertemanan itu berdampak baik. Berteman karib dengan orang yang baik hubungannya dengan Allah tadi, merupakan asset kekayaan yang amat berharga dan abadi dalam kehidupan seseorang, disamping itu juga akan melestarikan kasih sayang dan kejujuran dalam bergaul.
Saat ini, orang tua dan anak harus berdakwah dan berjuang bersama – sama di tengah masyarakat agar masyarakat juga semakin rindu akan penerapan Islam kaffah dengan tegaknya Daulah Khilafah ‘Ala minhaj Nubuwwah, Wallaahu A’lam bi ash-showaab.
editor : Zayna Ghauts