Dalam kunjungan silahukhuwah kali ini perdiskusian hangat terjadi berkaitan dengan dinamika perpolitikan Indonesia pasca pilpres. Dimana moment pilpres kemarin menunjukkan betapa kesadaran politik umat Islam di negeri ini masih sangat rendah sekalli, hal ini diungkapkan oleh Ust. Rahman. Beliau juga mencontohkan, umat masih banyak yang mau memilih partai-partai sekuler dibandingkan partai-partai berbasis Islam, hanya karena umat dijanjikan sembako gratis. Ust. Luqman menambahkan, sesungguhnya kondisi umat saat ini persis seperti yang dinyatakan oleh hadits Rasulullah yakni, “laksana buih dilautan” banyak tapi tidak berdaya. Beliau juga menyatakan akibat kelemahan politik umat Islam saat ini, umat Islam menjadi objek politik dan bukan menjadi subjek politik.
Menanggapi kerisauan tersebut, Ust. Nawiruddin menyatakan bahwa memang saat ini umat sedang mengalami penyakit kronis, disebabkan mereka terpecah belah dan terdistorsi pemahaman politiknya, sehingga umat tidak punya pendirian dan terjajah. Beliau juga menyatakan bahwa obat penyakit kronis umat ini bukan demokrasi melainkan Islam, sebab demokrasi dengan spirit sekulerisme serta liberalisme yang dikandungnya telah menjadi racun mematikan bagi umat. Ust. Abu Zahid menambahkan, disinilah mengapa Hizbut Tahrir terus mengedukasi pemahaman politik umat tentang kewajiban penerapan Syariah dan penegakkan Khilafah sebagai solusi tuntas bagi problematika umat, sebab secara normatif kewajiban tersebut tersirat dan tersurat dalam nash-nash syariah, secara historis Khilafah juga pernah eksis selama 13 abad serta mampu mensejahterahkan umat manusia, dan secara realitas kekinian yang dapat menyatukan umat Islam adalah Khilafah bukan yang lain. Wallahua’lam [].Abu Zahid



