Tiga Catatan Poin Penting Terkait Syndrome Barbie

 



Dakwahsumut.com,- Aktivis Muslimah Ustazah Iffah Ainur Rohmah mengatakan memberi tiga catatan sebagai poin enting untuk uisadari Muslimah terkait syndrome Barbie.

"Setidaknya saya mencatat ada tiga hal sebagai poin penting untuk kita sadari," ungkapnya dalam Muslimah Talk: Barbie Syndrome dan Feminisme, Jumat (28/07/2023) di kanal Muslimah Media Center.

Pertama, sesungguhnya munculnya syndrom Barbie yaitu mereka-mereka yang berpandangan bahwa kesuksesan, kecantikan, perempuan diwujudkan dalam sosok Barbie. "Ini adalah pemikiran nilai dan buatan sistem Barat," tegasnya.

"Menampilkan diri menjadi pusat perhatian laki-laki dan diinginkan oleh semua laki-laki untuk dimiliki, untuk di puja sebagai perempuan cantik maka ini adalah sindrom Barbie yang sudah terbukti menghasilkan banyak problem," tuturnya.

Dia mengatakan problem yang bisa dilihat yakni, satu gambaran kecantikan yang tidak semua perempuan bisa merealisasikannya. Bahkan banyak perempuan yang mustahil bisa meraihnya. Namun, sindrom Barbie ini menjangkiti banyak perempuan di dunia Barat bahkan diekspor ke berbagai negara.

"Nah, syndrom Barbie ini memang menimbulkan persoalan. Dan persoalan ini sesungguhnya adalah persoalan yang lazim terjadi pada mereka-mereka yang mengadopsi pemikiran nilai dan sistem buatan manusia. Karena semua sistem buatan manusia nilai dan pemikirannya selalu akan menampakkan cacat baik pada saat sistem itu baru muncul nilai itu baru diadopsi ataukah nampak pada waktu-waktu berikutnya," paparnya.

Ustazah iffah menguraikan bahwa berdasarkan penelitian terhadap banyak responden menghasilkan kesimpulan bahwa sindrom Barbie ini berbahaya. Sebuah penggambaran jati diri yang membodohi manusia maka mereka berusaha untuk meninggalkan cacat ataupun kerusakan dari nilai dan pemikiran tersebut tetapi pada saat yang sama mereka mengambil pemikiran buatan manusia.

Berbicara tentang perlawanan terhadap sindrom Barbie ini dengan menancapkan ide feminisme sehingga mereka tidak mau perempuan dieksploitasi secara fisik dengan kecantikannya tapi mendorong kaum perempuan ini untuk terjun dalam bermacam-macam pekerjaan yang secara tradisional dianggap hanya bisa dikerjakan oleh laki-laki inilah yang didorong atau disarankan direkomendasikan oleh paham feminisme.

"Tidakkah itu juga bentuk eksploitasi yang lain ketika perempuan tidak menjadi objek komodifikasi? Tidak Dianggap sebagai komoditas tapi perempuan dalam pandangan feminis juga harus mengejar karirnya agar setara dengan laki-laki harus masuk ke dunia kerja bahkan masuk ke sektor-sektor yang tidak lazim dilakukan oleh perempuan tapi didominasi oleh laki-laki untuk menunjukkan bahwa perempuan juga punya power punya skill dan punya kemampuan sama dengan laki-laki sebagaimana rekomendasi feminis maka Bukankah ini juga bentuk eksploitasi?" paparnya.

Kedua, sesungguhnya feminisme sebagai antitesis atau sebagai simbol perlawanan terhadap Barbie syndrome itu juga bukan jalan keluar bagi problem masyarakat Barat atau problem kaum perempuan di dunia barat.

Feminisme bukan solusi tentunya, bukan hanya mendorong kaum perempuan untuk berani bersuara untuk berani memiliki cita-cita tinggi dan mendorong perempuan memberikan kesempatan kepada mereka untuk memiliki bermacam-macam keahlian. Feminisme adalah sebuah ide yang lahir dari pemberontakan terhadap tata kehidupan sosial dan politik di dunia Barat.

"Feminisme tidak lain adalah sebuah paham sebuah konsepsi yang menjadi semacam balas dendam atas ketiga keadilan yang diberikan atau diperlakukan oleh dunia barat terhadap kaum perempuan atau terhadap mereka-mereka yang dianggap memiliki posisi marginal terdiskriminasi," imbuhnya.

Di dalam ide ini juga terkandung konsep mereka memiliki sebuah cita-cita menciptakan dunia ini sebagai planet fifty-fifty planet yang perannya diisi oleh laki-laki 50% dan perempuan 50% dan mereka sendiri juga mengatakan ini sebuah perjuangan yang sangat berat.

Feminisme yang mencita-citakan planet ini menjadi planet fifty-festi ini juga ide yang bertentangan dengan fitrah ini adalah konsepsi yang tidak realistis untuk memberikan solusi atas persoalan-persoalan manusia apalagi persoalan perempuan. Bahkan ini akan memunculkan problem-problem baru. Kenapa begitu? Karena dengan feminisme inilah kemudian ada perempuan-perempuan yang tidak menginginkan memiliki keturunan, tidak menginginkan untuk mendapatkan sebuah kehidupan pernikahan karena tidak membutuhkan kaum laki-laki. Maka ini akan menimbulkan persoalan-persoalan baru. Film ini akan membawa pemikiran yang menghantarkan publik kepada menegaskan apa yang hari ini sudah banyak terjadi dimana kaum perempuan dengan kebebasan yang dimilikinya dan diperjuangkan dengan ide-ide feminisme itu telah melampaui kodratnya dan bahkan menyalahi.

Ketiga, sesungguhnya berharap kehidupan yang lebih baik kehidupan yang harmonis yang memberikan hak-hak kepada kaum perempuan untuk memaksimalkan potensi yang dimilikinya dan memberikan manfaat bagi keluarganya masyarakatnya bahkan negara dan dunia sesungguhnya bukan nilai pemikiran konsepsi maupun sistem buatan manusia yang dibutuhkan tapi sistem dari Allah.

"Pemikiran-pemikiran dan konsepsi-konsepsi dari Islam lah yang dibutuhkan oleh manusia hari ini. Syndrom Barbie hanya satu diantara banyak sekali problem yang lahir dari pemikiran salah dan konsepsi rusak buatan manusia. Tetapi Islam memberikan penjelasan bagaimana kemudian tanpa mengambil feminisme. Kaum perempuan akan memperoleh perwakilan dan kebaikan-kebaikan bagi dirinya. Islam tidak mengekang kaum perempuan. Islam juga tidak memberikan kebebasan kepada mereka sehingga mereka melakukan apa saja yang bisa merusak dirinya sendiri," jelasnya

Islam yang bersumber dari Allah mendudukkan manusia secara adil karena Allah adalah zat yang maha tahu apa yang baik dan apa yang tidak baik bagi manusia termasuk bagi perempuan Islam. Islam memberikan solusi agar menjadikan diri kaum perempuan itu berdaya mampu berkontribusi dengan taat kepada seluruh syariatnya Allah memberikan tanggung jawab kepada perempuan untuk menjadi Ibu menjadi sosok yang melahirkan generasi penerus peradaban Islam.

"Maka kaum perempuan hari ini harus menampilkan jati dirinya sebagai sosok manusia-manusia yang punya kekuatan berdasarkan ketakwaan yang memilih perannya berdasarkan kedudukannya kepada Allah,"tegasnya.

Ustazah Iffah menggambarkan dengan ketaatan dan ketundukan itu tidak menunjukkan kelemahan perempuan justru menunjukkan kemampuan perempuan untuk mengambil yang baik dan membuang yang buruk. Semua yang berasal dari Allah adalah yang baik maka perempuan itu bisa mengendalikan hawa nafsunya bisa menundukkan keliaran berpikirnya untuk taat kepada Allah dan dengan taat kepada aturan-aturan Allah. Maka akan tercipta sebuah kehidupan yang harmonis antara laki-laki perempuan tidak ada eksploitasi terhadap perempuan tidak ada pengekangan terhadap perempuan namun juga tidak ada kebebasan bagi kaum kapitalis untuk mengeksploitasi baik laki-laki maupun perempuan demi keuntungan bisnisnya.

"Islam mewajibkan negara untuk menempatkan kaum perempuan sebagai kehormatan yang harus dijaga," tutupnya[]m nur