Valentine Day, Budaya Orang Kafir

 


Oleh : Tommy Abdillah

(Khadim Majelis Ilmu Ulin Nuha) 


Setiap tgl 14 Februari ada suasana yang berbeda dibandingkan hari-hari biasanya, warna pink jadi icon kampanye hari kasih sayang dengan simbol hati (heart). Peringatan hari kasih sayang itu disebut dengan *Valentine day.* Pada hari itu, banyak kaum remaja merayakannya dengan berfoya-foya. Mereka datang ke tempat-tempat pesta Valentine day, saling memberi hadiah coklat dan  pergi bersama pasangannya ke tempat-tempat yang dianggap romantis. Bahkan untuk membuktikan cinta dan kasih sayangnya tidak sedikit dikalangan remaja yang melakukan perzinahan. Naudzubillah min dzalik.


Budaya serba boleh (permisiv) yang diimport dari barat ini perlahan tapi pasti dapat mengancam keutuhan aqidah Islam generasi muda Islam dan merusak akhlaq. Dampak negatifnya banyak terjadi remaja putri hamil diluar nikah dan kasus aborsi meningkat. Parahnya media cetak dan elektronik tak ketinggalan mempromosikan program-program Valentine day dengan orientasi profit bisnis semata.


Sekilas Sejarah Valentine Day

Sejarah Valentine day beragam versi yang tersebar. Namun pada umumnya kebanyakan orang mengetahui tentang peristiwa sejarah yang dimulai ketika dahulu kala bangsa Romawi memperingati suatu hari besar setiap tanggal 15 Februari yang dinamakan Lupercalia. Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari).


2 hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (Queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari itu, para pemuda mengundi nama-nama gadis didalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yg namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan dijadikan sebagai obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.


Ketika agama Kristen Katolik menjadi agama negara di Roma, penguasa Romawi dan para tokoh agama Katolik Roma mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dgn nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I.(1) 


Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pd thn 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada tgl 14 Februari.(2)

  

Berdasarkan fakta sejarah ini cukup jelas bagi kita bahwa hari Valentine day bukan berasal dari ajaran Islam akan tapi berasal dari ajaran Nasrani. Perayaan Valentine’s Day  sengaja dijajakan ke seluruh penjuru dunia sebagai bagian dari skenario liberalisasi atau kebebasan berprilaku yang bermuara pada proses pendangkalan aqidah dan pemurtadan.


Pandangan Islam

Valentine day adalah budaya orang kafir dan Islam tidak mengajarkannya tapi budaya ini banyak dilakukan oleh generasi remaja Islam. Benar sinyalemen dari Rasulullah SAW bersabda, 


لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ , قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ : فَمَنْ


Artinya : “Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun), pasti kalian pun akan mengikutinya. Kami (para sahabat) berkata, Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, Lantas siapa lagi?.(HR. Muslim no. 2.669).


Imam Nawawi rahimahullah  menjelaskan hadits di atas, yang dimaksud dengan syibr (sejengkal) dan dziroo’ (hasta) serta lubang dhob (lubang hewan tanah yang penuh lika liku) adalah permisalan bahwa tingkah laku kaum muslimin sangat mirip sekali dengan tingkah Yahudi dan Nashrani. Yaitu kaum muslimin mencocoki mereka dalam kemaksiatan dan berbagai penyimpangan, bukan dalam hal-hal kekafiran mereka yang diikuti. Perkataan beliau ini adalah suatu mukjizat bagi beliau karena apa yang beliau katakan telah terjadi saat ini.(3)


Hari Kasih sayang sengaja dipropagandakan melalui media agar terbentuk opini publik, dari opini publik berkembang menjadi pemahaman (mafahim) bersama, kemudian berkembang lagi menjadi standart nilai (maqayis) bersama, kemudian berhasil menjadi suatu keyakinan bersama.


Dalam kondisi yang demikian maka sedikit demi sedikit umat Islam diarahkan untuk semakin menjauh dari aqidah Islam dan bermuara pada pemurtadan. Benar apa yang telah dinyatakan oleh Allah Allah SWT didalam firman-Nya,


{وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ} [البقرة : 120]


Artinya : “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka."(QS. Al-Baqarah: 120).


Budaya kufur tidak akan dapat berkembang ketika budaya yang diterapkan adalah budaya Islam. Kini kehidupan kita jauh dari budaya islam karena sistem yang ada adalah bukan sistem Islam tapi sistem Demokrasi sekuler yang liberal serba bebas.


Penutup

Sudah saatnya umat Islam sadar untuk kembali kepada ajaran Islam yang kaffah. Para orang tua juga memiliki peran dan tanggung jawab yang besar untuk mendidik dan membimbing anak-anaknya dengan tuntunan aqidah Islam agar mereka menjadi generasi Islam yang tangguh yang tidak mudah terpengaruh dari segala pemikiran dan budaya yang bukan berasal dari Islam.


Semoga Allah SWT menurunkan pertolongannya bagi kaum muslimin untuk segera dapat menerapkan Syari'at Islam secara kaffah yang dapat menjaga aqidah ummat Islam. Aamiin ya rabb..


Wallahu a’lam


Catatan Kaki :

1. The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity.

2. The World Book Encyclopedia 1998

3. Imam Nawawi, Kitab Syarh Muslim, juz 16, hal 219.