HIV/AIDS Tumbuh Subur dalam Sistem Sekuler

 



Oleh: Mahyawita Leni Marpaung

(Guru dan Aktivis KoAS Tanjungbalai)

Dinas Kesehatan Kota Batam mencatat jumlah kenaikan kasus HIV/AIDS di Kota Batam mencapai 446 orang pada 2022. Yang mencengangkan, dari temuan Dinkes itu disebutkan, kasus kenaikan didominasi penyimpangan perilaku pasangan sejenis. (Dikutip dari liputan6.com 02/12/2022).

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Lhokseumawe, Aceh, juga mencatat sebanyak 88 warga di daerah itu positif HIV/AIDS yang penularannya didominasi karena perilaku seks bebas. (Dikutip dari Republika.co.id, 2/12/2022).

Sementara itu Dinas Kesehatan Provinsi Riau mencatat, hingga Oktober 2022 telah ditemukan 8.034 warga Riau berstatus Orang Dengan HIV/AIDS (Odha) di Provinsi Riau. Di mana 3.711 orang saat ditemukan sudah dalam stadium AIDS. (Dikutip dari Tribunpekanbaru.com, 17/11/2022).

Ironis sekali bukan? negara yang bermayoritaskan Muslim mempunyai problem yang bikin geleng-geleng kepala yaitu virus HIV/ AIDS. Meskipun setiap tahunnya, kita memperingati hari AIDS sedunia, namun itu semua hanya sebatas kampanye kosong, bukan merupakan solusi.

Infeksi baru HIV ini terus meningkat, bukan hanya tersebar dikota-kota yang disebutkan di atas saja, melainkan hampir di semua daerah. Bahkan mendunia. Hal ini disebabkan meningkatnya perilaku menyimpang pasangan sejenis, dan seks bebas yang jadi budaya. Akibatnya perempuan dan anak pun juga banyak yang tertular.

 Angka orang dengan HIV tiap tahunnya terus meningkat. Data epidemiologi UNAIDS menyebutkan bahwa hingga 2021 jumlah orang dengan HIV mencapai 38,4 juta jiwa. Kelompok perempuan dan anak menunjukkan angka yang memprihatinkan.

Berbagai program yang ada tak akan mampu mencegah penularan karena solusi tidak menyentuh akar persoalan, apalagi legalisasi perilaku menyimpang justru diserukan. Negara bahkan sampai kekurangan biaya untuk menyediakan pengobatan bagi penderita. Hanya penerapan syariat Islam, yang mengharamkan semua kemaksiatan mampu mencegah penularan infeksi HIV/AIDS.