Harga Telur Naik , Dominasi Korporasi Kapitalis


 

Indriyani (Aktivis KoAs Tanjungbalai)

Dakwahsumut.com,- Harga telur secara nasional terus mengalami kenaikan. Saat ini harga telur di pasar mengalami lonjakan menjadi Rp. 33.000/kg dari harga Rp. 24.000-27000/kg. Melalui Badan Pangan Nasional menyebutkan kenaikan harga telur disebabkan oleh berbagai faktor mulai dari dalam dan luar negeri.

Ini disebut juga karena saat ini mencari keseimbangan sebagai akibat kenaikan pada beberapa variabel biaya. Contohnya, pakan ternak karena beberapa ada yang masih impor sehingga ketika terjadi gejolak mata uang Harag ikut naik. " Kata kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi. Arief mengatakan bahwa salah satu yang memberikan kontribusi besar terhadap kenaikan harga telur adalah biaya transportasi, apalagi telur bukanlah commodity yang tahan lama, harga telur tidak mungkin kembali kepada harga Rp. 19.000-20.000/kg.

Karena akan mematikan peternak. Mirisnya, mahalnya harga telur saat ini membuat sejumlah warga memilih untuk membeli telur retak. Alasan warga memilih telur retak karena harga yang lebih terjangkau dibandingkan dengan telur yang memiliki cangkang yang masih bagus. Harga pakan berpengaruh sekitar 70 % pada biaya produksi dari tumbuhnya ayam secara keseluruhan.

Kontribusi pakan cukup besar terhadap hasil produksi baik broiler maupun layer dan komponen terbesar dari pakan itu sendiri adalah jagung. Sementara diadopsinya liberalisasi perdagangan konsekuensi bergabungnya Indonesia dalam WTO menjadikan Indonesia terikat untuk mengimplementasikan Agreement on Agriculture. Konsekuensinya, negeri ini harus melakukan pengurangan subsidi ekspor, pengurangan subsidi dalam negeri, dan membuka akses pasar.

Dampaknya penghapusan biaya masuk impor mengakibatkan Indonesia diserbu berbagai produk impor termasuk jagung, kedelai, dan sebagainya. Inilah yang menyebabkan jagung sebagai bahan utama pakan ternak mengalami kenaikan. Sebab jika harga impor mengalami kenaikan maka harga jagung dalam negeri juga ikut naik. Ditambah pakan ternak di dalam negeri juga menyimpan produk sendiri. Kita tidak bisa menutup mata dengan keberadaan produsen besar produk ternak mereka adalah para peternak raksasa yang juga memproduksi pakan ternak termasuk pakan ayam. Mereka menguasai peternakan dari hulu hingga hilir. Inilah alasan dibalik mahalnya pakan ternak khususnya ayam yaitu karena sektor pakan ternak sudah dikuasai korporasi besar yang berasal dari negara asing.

Dari sisi modal dan daya saing korporasi-korporasi ini adalah pemain yang kuat dan besar. Akibatnya peternak lokal mau tidak mau harus membeli pakan bahkan benih ayam dari korporasi besar ini, faktor tersebut bahwa cengkeraman keterikatan Indonesia dalam perjanjian Internasional seperti WTO menjadikannya tidak mandiri dan selalu bergantung pada pangan luar negeri. Hal itu berpengaruh pada sektor peternakan. Tata kelola sektor peternakan dibawah sistem kapitalis hanya menjadikan pemerintah lebih berpihak pada korporasi dan mengabaikan hak rakyat sekaligus tanggungjawab sebagai pengurus urusan rakyat.

Karena itulah umat hari ini membutuhkan sistem yang mampu mewujudkan kemandirian pangan. Sistem ini pernah berdiri selama 13 abad yaitu sistem Islam kaffah dibawah institusi Khilafah Islam. Rasulullah Saw. bersabda: " Imam/Khalifah adalah pengurus dan ia bertanggungjawab terhadap rakyat diurusnya ( HR. Muslim dan Ahmad ). Didalam negeri politik pangan Islam menjamin pemenuhan pangan seluruh individu rakyat baik untuk konsumsi harian maupun menjaga cadangan pangan untuk mitigasi bencana.

Termasuk peran lembaga negara seperti berdikari yang tidak lain adalah perpanjangan pemerintah untuk mengatur stok dan stabilitas harga pangan hasil ternak. Dengan bekerja bersama Bulog, Berdikari adalah unit pelaksana teknis dalam mewujudkan kedaulatan dan ketahanan pangan hasil ternak pada setiap individu rakyat menyimpan cadangan pangan untuk kebutuhan pada kondisi bencana untuk menstabilkan harga pasar.

Kedua lembaga ini dijalankan berdasarkan fungsi pelayanan dan menihilkan aspek komersial untuk mengatasi masalah sektor peternakan, seperti saat ini peran Berdikari diantaranya menyerap hasil produksi ternak dari peternak lokal. Berdikari dengan dibantu Bulog juga mengalami distribusi hasil ternak sebagai fungsi penjaga ketahanan dan sumber daya pangan masyarakat. Dengan kata lain, Berdikari dan Bulog sebaik mungkin meminimalkan stok yang bersumber dari impor terlebih jika itu berdampak pada produksi ternak di dalam negeri.

Semua langkah ini semata-mata agar rakyat benar-benar dapat merasakan peran pemerintah untuk mengurusi kebutuhan sekaligus harga bahan pangan mereka. Karena itu jika urusan pangan dikelola oleh sistem Islam yakni khilafah, maka ketahanan dan kedaulatan pangan setiap individu rakyat terwujud.