Tausiyah Ramadan Bersama Ustad Fatih Almalawy : Mau Sempurna Taqwa, Laksanakan Tugas Umum dan Khusus Ini




Medan – Dakwahsumut.
Seorang ulama menyebutkan tidak sempurna ketaqwaan seseorang takkala ia mempunyai amanah atau tugas khusus namun tidak merealisasikannya sesuai syariat Islam.

Ustad Fatih Almalawy menyampaikan itu dalam sebuah kesempatan saat memberikan Tausiyah Ramadan secara daring pada Ahad (3/4/22). Acara bertema “Meraih Kesempurnaan Taqwa di Bulan Ramadhan” itu dipandu Ustad Surya.

Pengasuh Pondok Pesantren Atstaqofy itu menjelaskan, pengertian taqwa yang mengandung pengertian melaksanakan apa saja yang Allah SWT perintahkan dan meninggalkan apa yang Allah larang karena semata takut dengan azab-Nya.

Artinya, katanya, jika seseorang takut akan azab Allah SWT, dan ingin mendapat kasih sayang Pencipta serta ingin derajatnya ditinggikan maka tidak ada jalan lain selain menjalankan seluruh perintah dari Sang Khaliq dengan penuh ketertundudukan.

Ketaqwaan itu, katanya lagi, tidak hanya dilihat dari sisi pengakuan diri sendiri sudah bertaqwa dan tidak juga hanya berdasar perbuatan seseorang  dari hanya sebatas satu sis saja.

Menurutnya, ada dua hal yang harus diperhatikan. Pertama, terkait tugas secara umum yakni perintah dan larangan yang bisa dilakukan  oleh siapa saja yang mengaku seorang muslim.
Perintah sholat, puasa termasuk perintah ibadah yang mengikat siapa saja. Begitu juga, zakat dan haji juga mengikat setiap muslim yang memiliki kemampuan untuk melakukannya.

“Allah mewajibkan puasa, solah, zakat semua orang bisa melaksanakan itu tanpa melihat apakah dia seorang pejabat, orang bertitel  atau lainnya. Artinya, semua bisa melkukannya,” ucapnya.

Yang kedua, tugas secara khusus. Ini hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang memang khusus, antara lain seorang kepala keluarga, ulama, umaroh atau pemerintah.

Ustad Fatih mencontohkan , dirinya sebagai seorang kepala keluarga memiliki tugas khusus yakni sesuai perintah Allah SWT  dalam Surat At-Tahrim: 6 yang mengatakan “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka….” (QS. At-Tahrim: 6).

Kewajiban itu hanya menyasar seorang suami yang dia memiliki tanggungjawab sebagai kepala keluarga. Kewajiban itu, papar penceramah itu tidak mengikat kepada seorang istri.

Ia juga menconcohkan tugas khusus seorang ulama yang wajib menyampaikan ilmunya di tegah-tengah umat. Kewajiban khusus seorang ulama ini berbeda dengan kewajiban yang mengikat seorang yang ilmunya sedikit.

“Termasuk kepala negara, pemerintah, aparat itu semua memiliki peran khusus yang tidak dimiliki oleh orang awam,” ucapnya.

Ustad Fatih mempertanyakan bagaimana mereka termasuk kategori bertaqwa jika ternyata dalam menjalankan amanah untuk mengelola negara ini ternyata secara tidak islam. “Walaupun dia sholat, puasa, naik haji,” ucapnya.

Dia mengutip penggalan Surah Az Zariyat 56 yang artinya “Dan tidak kuciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku."

Realisasi dari ketaqwaan itu, , mestinya menjalankan seluruh perintah Allah SWT dalam seluruh aspek kehidupan, baik ibdaha vertical maupun horizontal.

Dia mengatakan, secara khusus seorang ulama dan umaro  adalah orang yang mendapatkan amanah untuk mengelola negara ini, maka status khususnya itu mewajibkan untuk mengurus manusia secara benar.

Faktanya sekarang rakyat negeri ini terus saja dalam kondisi kesulitan. Dari mulai minyak goreng yang mahal dan langka, harga BBM terus naik, pajak terus naik, lapangan pekerjaan semakin sulit, penegakan hukum yang terkesan “tajam ke bawah tumpul ke atas” hingga berbagai persoalan lainnya.

Lebihlanjut untuk Fatih mengutip sebuah Hadis Riwayat Bukhori-Muslim  yang artinya : "Tidak akan masuk surga, kepala negara yang menipu rakyatnya.()