Dominasi Kapitalisme pada Tempat Wisata, Kerusakan Sosial Makin Nyata



Oleh Rismayana (Aktivis Muslimah)

قُلْ يٰۤاَ يُّهَا النَّا سُ اِنِّيْ رَسُوْلُ اللّٰهِ اِلَيْكُمْ جَمِيْعًا ٱلَّذِيْ لَهٗ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضِ ۚ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ يُحْيٖ وَيُمِيْتُ ۖ فَاٰ مِنُوْا بِا للّٰهِ وَرَسُوْلِهِ النَّبِيِّ الْاُ مِّيِّ الَّذِيْ يُؤْمِنُ بِا للّٰهِ وَكَلِمٰتِهٖ وَا تَّبِعُوْهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ
“Katakanlah (Muhammad), “Wahai manusia! Sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu semua, Yang memiliki kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, (yaitu) Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya). Ikutilah dia, agar kamu mendapat petunjuk.” (TQS. Al-A’raf [7]: 158).

Sungguh, makin ke sini, kerusakan yang begitu nyata benar-benar tampak. Kentalnya dominasi kapitalisme di negeri ini pun sudah merambah di berbagai lini. Tak hanya bidang ekonomi yang mereka kuasai dan berhasil dimonopoli, keadaan sosial masyarakat di seluruh negeri pun telah berhasil mereka ganti dengan nilai-nilai yang begitu menjunjung tinggi kebebasan dan mencampakkan aturan Tuhan dalam kehidupan.

Selain membuat rakyat sengsara dengan sistem ekonominya yang tak sesuai fitrah, nyatanya dominasi kapitalisme terus menjalar pada tempat-tempat wisata yang ada. Hingga dari sini, makin nyatalah ancaman dari kerusakan sosial, hasil dari hegemoni kapitalisme yang begitu mengakar di negeri ini.

Dikabarkan baru-baru ini, bahwa akan ada sebuah event global yang akan diselenggarakan di Danau Toba, Sumatra Utara, pada bulan Juli mendatang, yaitu acara puncak dari Women 20 (W20). Tak hanya itu saja, sejumlah tokoh-tokoh internasional pun akan ikut meramaikan event ini, seperti Ratu Rania dari Yordania dan mantan istri Bill Gates, Melinda Gates, serta terdapat juga nama populer lainnya seperti CEO Perbankan Dunia Melly Ellen Iskenderian, Direktur Bank Dunia Mari Elka Pangestu, Direktur Eksekutif UN Women Sima Sami Bahous dan tokoh lainnya. (detik.com, 14/04/2022).

Tak hanya itu, acara yang rencananya akan digelar di Danau Toba ini akan lebih mengedepankan isu terkait pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender. Acara yang akan diselenggarakan ini pun tampaknya mendapat respons positif dari PemropSumut. Melalui Dinas Kominfo, bapak Kaiman Turnip memberikan dukungannya dan menyatakan bahwa penting sekali untuk ikut menyukseskan event seperti ini. Sebab menurutnya, event seperti ini dapat memberikan dampak signifikan kepada masyarakat dalam waktu jangka panjang.

Women 20 sendiri merupakan sebuah forum internasional yang katanya mewakili suara perempuan. Women 20 juga memiliki sebuah misi untuk membentuk komitmen dalam memberantas diskriminasi, memajukan inklusi ekonomi UMKM para perempuan, peningkatan akses bagi seluruh perempuan, baik di perdesaan dan perempuan penyandang disabilitas sekalipun, serta integrasi respons kesehatan yang setara.

Dari sini, yang menjadi pertanyaan dibenak kita semua yaitu, apakah dengan diselenggarakan event Women 20 ini dapat benar-benar memberikan solusi dan manfaat untuk kesejahteraan masyarakat? Bukankah dengan adanya event seperti ini, kerusakan sosial makin nyata adanya, sebab nilai-nilai kebebasan yang akan disebarluaskan oleh barat kepada penduduk setempat?

Benarlah jika sudah seharusnya kita sebagai bangsa yang besar yang memiliki panorama alam yang sangat indah dan memiliki kekayaan alam yang sangat luas, mestinya harus berhati-hati dan jangan sampai terlena dengan kunjungan para delegasi asing yang datang ke Danau Toba. Karena yang akan hadir kebanyakan adalah orang-orang yang berprinsip ekonomi kapitalis, yang dari sini, kemungkinan besar, banyak dari mereka yang akan mencoba menanamkan kukunya di bumi Danau Toba. Seperti halnya pepatah mengatakan, “menyelam sambil minum air” (mengambil keuntungan sekali jalan).

Inilah yang harus diwaspadai dan disikapi secara bijak oleh negara. Jangan sampai membiarkan kaum kapitalis menancapkan kuku-kukunya di bumi Danau Toba. Karena, selain hal ini dapat mengakibatkan menguatnya dominasi kapitalisme dibilang ekonomi yang dapat mengancam kesejahteraan masyarakat, hal ini juga akan berdampak pada kerusakan lingkungan sosial yang semakin mengancam. Jangan sampai event Women 20 ini menjadi maksud terselubung dari para kaum kapitalis untuk menyebarluaskan ide-ide sesatnya seperti kesetaraan gender untuk makin mencengkeram kekuatannya di tanah air.

Seperti yang sudah kita pahami bersama, bahwa kesetaraan gender merupakan ide sesat yang lahir dari sistem rusak yaitu demokrasi-kapitalisme yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebebasan, dan sangat bertentangan dengan Islam. Karena dalam pandangan Islam, istilah kesetaraan gender itu tidak ada. Sebab dalam Islam, wanita diberi kewajiban dan hak sebagaimana laki-laki, kecuali ada dalil yang mengkhususkan bagi masing-masing keduanya. Dalam Islam juga, wanita diberikan hak untuk beraktivitas dalam perdagangan, pertanian, dan juga perindustrian, namun tetap dalam koridor syarat dan tidak menelantarkan kewajibannya sebagai seorang ibu maupun istri.

Jika ide rusak seperti kesetaraan gender dibiarkan masuk dan menyebar begitu saja, maka dapat dipastikan bahwa negeri ini dalam ambang kehancuran. Sebab, para generasi dan perempuannya telah dirusak dengan ide-ide rusak lagi menyesatkan. Padahal, perempuan memiliki peran yang sangat penting dalam membangun sebuah peradaban yang gemilang. Bayangkan saja, jika perempuan di negeri ini, terlebih seorang muslimah telah dicekoki oleh ide kesetaraan yang bertentangan dengan Islam, dan juga pemberdayaan semu ala kapitalisme, maka tak akan ada lagi generasi tangguh yang akan mengambil alih estafet sebuah kepemimpinan.

Alih-alih dapat menyelesaikan masalah perempuan dan hal-hal yang mengiringinya, event seperti Women 20 ini nyatanya ingin menggiring kaum perempuan kepada ambang kehancuran. Sebab, acuannya adalah sistem rusak saat ini, bukan Islam. Selain itu, yang juga harus kita sadari adalah, bahwa masalah yang menimpa kaum perempuan tidak hanya soal ekonomi semata, maka salah besar jika solusi dari permasalahan perempuan hari ini adalah memberdayakan perempuan yang hanya terfokus pada dibilang ekonomi semata agar nantinya dari sini, kaum perempuan mendapat posisi setara dengan kaum laki-laki.

Jika dibandingkan dengan sistem Islam, hal ini sangat berbeda jauh. Sebab di dalam sistem Islam yang diterapkan secara kafah, untuk mengoptimalkan peran perempuan bukan dengan menggandakan forum semacam ini yang dapat merusak tatanan sosial dan masyarakat setempat, karena mengacu pada ide feminisme. Melainkan dengan mengaktifkan peran perempuan pada area domestik. Selain itu juga Islam mewajibkan kaum perempuan untuk menuntut ilmu, mengamalkan, dan juga mengajarkannya (berdakwah) ke tengah-tengah umat.

Juga tak kalah pentingnya, dalam sistem Islam, negara akan fokus dalam memberikan pekerjaan yang layak bagi para laki-laki. Sebab, mereka memiliki kewajiban untuk menafkahi keluarganya. Sehingga dari sini perempuan tak perlu bekerja dan pemberdayaan ekonomi perempuan tak akan ada, karena masalah ekonomi sudah tuntas tak menjadi sebuah problem seperti saat ini. Tempat-tempat wisata dalam sistem Islam juga sebagai sarana untuk lebih meningkatkan ketakwaan seorang hamba kepada Tuhannya, bukan untuk mengadakan event-event yang bertentangan dengan Islam.

Maka dari itu, keadaan tak ideal seperti hari ini tentu saja tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Untuk itu, hannya dengan sistem Islam-lah kita akan mampu memberikan solusi tuntas atas segala problem yang tengah dihadapi oleh seluruh umat manusia, termasuk juga di dalamnya terkait dengan hak perempuan dan laki-laki, agar nantinya tak ada lagi kerusakan sosial di sana-sini.

Wallahualam bissawab.