Tantangan Zaman Mendidik Anak di Era Globalisasi


 

 Oleh Nurlela Nasution (Aktivis Dakwah Muslimah)

Arus globalisasi dan digitalisasi semakin pesat menggiring generasi menjadi dinamis dan maju. Namun, bila arus globalisasi dan digitalisasi mengarah kepada sekularisasi dan liberalisasi, maka, akan melahirkan generasi yang sekuler dan liberal pula. Lantas, generasi seperti apa yang akan kita harapkan bila sudah seperti ini?

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Yogyakarta mengenalkan model parenting atau pola asuh kebangsaan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan partisipasi keluarga dalam menumbuhkan semangat dan jiwa nasionalisme anak sejak usia balita (antaranews.com, 02/11/2021).

Parenting kebangsaan dikenalkan dengan tujuan untuk membendung arus globalisasi sejak anak masih balita. Kemudian akan timbul pertanyaan, akankah hal yang demikian mampu untuk mencapai tujuannya?

Parenting kebangsaan yang diluncurkan hanya akan menjadi sebuah masalah baru karena tidak mampu memberi solusi dalam mendidik anak, karena anak digiring ke arah moderasi beragama yang akan melahirkan generasi yang sekuler, liberal dan anti Islam.

Pada sebuah jurnal yang berjudul “Membangun Moderasi Beragama di Taman Pendidikan Al-Quran dengan Parenting Wasathiyah dan Perpustakaan Quran” disebutkan dengan jelas bahwa parenting kebangsaan diberikan kepada anak untuk membangun pemahaman moderasi beragama.

Dalam pengabdian masyarakat ini, pengabdi mengagas dua bentuk kegiatan dalam jangka waktu tiga bulan (Juli sampai September 2020) sebagai bentuk kontribusi untuk ikut menyelesaikan problematika radikalisme dan terorisme, terlebih lagi sebagai langkah preventif melalui lembaga TPQ Nurul Iman, yakni kegiatan parenting bernuansa wasathiyah dan perpustakaan Qurani. Dua kegiatan ini bertujuan membangun moderatisme beragama, atau setidaknya memperkuat moderatisme yang sudah ada, sekaligus menjadi sarana preventif masyarakat TPQ Nurul Iman Perumahan Karangploso View agar terhindar dari doktrin-doktrin radikal.
Parenting akan difokuskan pada orang tua santri dan pengajar, dan perpustakaan Qurani akan difokuskan pada santri-santri TPQ Nurul Iman (Afwadzi, Benny, 2020: 108).

Parenting wasathiyah yang dimaksud dalam jurnal ini adalah parenting kebangsaan. Padahal moderasi beragama adalah racun yang lain bagi umat Islam. Angel Rabasa, seorang Peneliti Senior RAND Corporation, mengatakan moderat artinya orang yang mau menerima pluralisme, feminisme, kesetaraan gender, demokrasi, kemudian humanisme dan lain sebagainya.

Dari dua hal di atas dapat disimpulkan bahwa parenting kebangsaan atau parenting wasathiyah tidak mampu melawan arus globalisasi. Untuk menghadapi tantangan zaman, mengharuskan kita berpikir lebih saksama dalam mendidik anak-anak, apalagi orang tua dihadapkan pada ancaman dan tantangan zaman yang tidak sedikit. Sehingga kita sebagai orang tua harus memahami pola berpikir yang benar yaitu:

Pertama, berpikir tentang konsep, konsep apa yang harus dibangun, Islam atau sekuler. Karena konsep ini akan mengarahkan ke mana tujuan pendidikan, visi dan misi untuk ke depannya.

Kedua, berpikir tentang metode yang akan menentukan arah capaian, apakah anak akan dijadikan sebagai pemikir atau hanya seorang pembelajar.

Ketiga, berpikir tentang uslub (strategi dan teknis). Di mana, dalam hal ini dibutuhkan pemikiran kreatif dan kegeniusan dalam mencapai target pendidikan.
Terakhir, berpikir tentang sarana sebagai wasilah tercapainya tujuan pendidikan.

Adapun mengenai konsep pendidikan Islam, maka terkait dengan tujuan pendidikan itu sendiri, yaitu terbentuknya kepribadian Islam, terkait landasan kurikulum yang dibangun wajib berlandaskan akidah Islam, semua mata pelajaran harus berlandaskan akidah Islam dan dibangun berdasarkan akidah Islam, yang dengan inilah akan melahirkan anak-anak dengan pribadi Islam yang tangguh, menjadi ulama dan ilmuwan-ilmuwan yang paham Islam, pemimpin yang tiada banding dalam politik, hukum dan jihad, generasi pewaris dakwah, serta menjadi bagian peradaban Islam.

Maka dari itu, butuh adanya sistem yang benar yaitu sistem Islam sehingga dapat melahirkan generasi yang tangguh dan akan mengembalikan peradaban Islam di bawah naungan Khilafah Rasyidah.

Wallahualam bissawab.