Tumbal Sekulerisme: Fanatisme Milenials dan Rezim Tak Tegas

 





Oleh Muzaidah (Aktivis Muslimah)

Generasi Islam merupakan tombak peradaban yang akan melahirkan ide-ide cemerlang, sehingga tak terikut arus liberal yang membahayakan dari segi pemikiran dan akidahnya. Namun itu tak terealisasikan, karena semakin canggihnya teknologi dan perubahan gaya hidup, pemuda sekarang ikut menjadi tumbal dari modernisasi.

Nyatanya pemuda gemar dengan tren kekinian, terkait produk baru yang berkolaborasi antara salah satu Boy Grup K-pop Korea dengan McD. Hingga menuai kontroversi dikala pandemi belum usai. Hal semacam ini, seharusnya tak diikuti pemuda, karena di samping merusak, juga merugikan.

Belum lama ini, publik dihebohkan dengan viralnya antrean panjang di gerai McD di beberapa daerah di Indonesia yang diserbu Ojek Online (ojol), tak terkecuali di Kota Medan. Antrean panjang yang menimbulkan kerumunan ini disebabkan antusiasme tinggi masyarakat untuk mendapatkan BTS Meal, yaitu menu kolaborasi McD dengan grup idola asal Korea Selatan, BTS.

Tepat di Kota Medan, kerumunan ini terjadi di gerai McD, Jalan Sisingamangaraja. Antrean yang didominasi oleh ojol ini, memenuhi gerai McD tersebut hingga pihak McD terpaksa membatalkan pesanan menu BTS Meal. Pihak kepolisian dan kecamatan setempat pun sempat mendatangi gerai McD tersebut untuk membubarkan massa. (merdeka.com, 11/06/2021).

Sudah seharusnya pemerintah Sumut mengantisipasi terkait antrean BTS Meal yang meresahkan publik, ketika terjadi saat pandemi belum usai. Apalagi di kota medan, masih banyak tempat yang dinyatakan satgas Covid-19 sebagai zona tak aman, kemungkinan besar adanya korban baru yang timbul dari penularan Covid, sehingga akan mudah menyebar luas.

Ini sangat membahayakan dan mengkhawatirkan warga setempat. Maka, memang perlu sikap tegas dan konsisten dari pihak yang berwenang dalam penanganan pandemi ini.

Tak hanya itu, pemerintah juga wajib bertindak cepat dan tepat dalam tren semacam ini, bukan hanya menyerahkan begitu saja pada kapolda setempat, yang nyatanya tindakan tegas juga tak kunjung dilakukan. Jangan sampai mencla-mencle menegakkan peraturan karena masyarakat akan abai dan menganggap remeh nantinya.

Sehingga membuat sebagian publik yang melakukan antrean di McD, tak merasa bersalah dan Prokes tak dilakukan secara ketat, akhirnya akan lebih banyak lagi korban Covid-19 ini.

Bukan hanya terkait protokol saja, lebih dari itu kita melihat bagaimana masyarakat begitu ''terjajah'' secara kultural dengan budaya luar yang menjadikan artis sebagai ikonnya. Ini tantangan bagi kita khususnya para millenials, agar tidak terpengaruh dengan budaya-budaya luar dan bangga dengan identitasnya sebagai pemuda/i Islam.

Seharusnya pemuda meningkatkan kesadaran ruhiyah dan nafsiyah (tingkat spiritual dan sikapnya sebagai muslim ideal) yang harus dimilikinya. Bukan sebatas punya identitasnya sebagai muslim, namun juga harus memiliki pemikiran yang mengakar sehingga sikap dan akidahnya condong pada Islam. Sehingga penjajahan liberal ini tak kokoh pada tubuh kaum muslim terkhusus kaum pemuda Islam saat ini.pada

Allah Swt. berfirman:
“Kehidupan dunia ini hannyalah main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (TQS. al-An’am: 32).

Dalam daulah Islam,  rakyat yang mengalami krisis dari pandemi seperti saat ini, sangat dengan mudah teratasi dan tak berlarut-larut dalam situasinya. Terkait dengan penanganan wabah, yang telah lama dicontohkan oleh Rasulullah Saw dan juga para sahabat.

Seperti pada masa kepemimpinan Umar bin Khattab, saat terjadi wabah di negeri Syam. Khalifah melarang warga Syam keluar dari wilayahnya dan melarang warga di luar Syam memasuki wilayah Syam.

Hal ini juga diikuti khalifah Islam selanjutnya. Islam bukan hanya menangani mengenai wabah saja, namun juga menangani berbagai problem dari aspek bidang kehidupan lainnya, salah satunya bidang pendidikan yang sangat perlu diterapkan dan difasilitasi oleh khalifah Islam.

Seorang khalifah, akan mengutamakan pendidikan berbasis akidah Islam yang akan mendekatkan rakyatnya pada Allah Swt. selaku pencipta. Juga memberikan kualitas edukasi yang meningkatkan taraf berpikir cemerlang sehingga tak salah melangkah dalam bertingkah laku dan bermoral.

Terkhusus bagi pemuda, Khalifah akan sangat memperhatikannya, sehingga berbagai penyimpangan yang akan merusak pikiran dan sikapnya akan benar-benar dijauhkan karena tindakan itu sangat merugikan dan membahayakan kehidupannya sebagai muslim.

Dalam Islam juga, khalifah akan memberikan hiburan yang menambah pemahaman akidahnya agar semakin cemerlang, bukan menjadikannya semakin rendah, akibat dari tontonan atau hiburan yang tak bermanfaat. Jika ada yang menyimpang dari hiburan yang disajikan seperti mengandung unsur free seks, pergaulan bebas serta hiburan yang akan merusak iman, maka ini akan dimusnahkan.

Karena Islam bukan perusak moralitas dan akidah, melainkan pencetak generasi cemerlang dengan berbalut iman dan takwa pada Allah Swt.

Jika ada semacam tren kekinian terkait hobi dan gaya hidup kaum muslim, yang mengikuti arus salah, tak mencerminkan ajaran Islam maka, akan ditindak tegas oleh negara. Jika masih membandel, sanksi yang diterapkan tak main-main, yang diterapkan sesuai hukum syariat dan as-Sunnah.

Agar kaum muslim tak semakin jauh dan ketakwaan pun akan tetap terjaga. Beginilah dalam sistem Islam, yang tak akan membiarkan kaum muslim untuk kembali pada masa jahiliah.

Dikutip dari MuslimahNews.com, konsultan dan trainer keluarga sakinah, Ustazah Dedeh Wahidah Achmad menilai fenomena ini menunjukkan tujuan hidup generasi muda muslim banyak yang sudah terbelokkan ke arah konsep yang ditanamkan kapitalisme sekuler. “Ajaran agama sama sekali tidak dipedulikan dalam menentukan boleh tidaknya suatu perbuatan itu dilakukan. Yang dominan dalam memilihnya adalah semata meraih nilai materi dan memenuhi keinginan sesaat serta jauh dari harapan mendapat rida Allah Swt.,” ungkapnya prihatin.

Artinya, bahwa mengidolakan yang bisa mengajak pada ketakwaan boleh saja. Namun jika melalaikan dan merugi, sebaiknya dijauhkan, agar tak tersesat sejauh-jauhnya. Bahkan harta yang dikeluarkan hanya sia-sia saja. Yang dibeli pun baik makanan dan minuman yang begitu mahal harganya, namun jika Islam tak sesuai dengan syariat, maka hal tersebut sungguh kesesatan yang nyata. Bahkan Allah pun tak meridai suatu perbuatan yang tak mendatangkan pahala. Inilah yang dinamakan produk kapitalis, yang menguntungkan sebesar-besarnya bagi sebagian pihak saja namun menyengsarakan pihak yang lain.

Maka, tak ada lagi solusi lain selain kembali pada Islam yang sudah jelas membawa Rahmat bagi manusia dan seluruh alam.

Wallahualam bissawab.