JEJAK KHILAFAH, UPAYA MERAJUT PUZZLE KEOPTIMISAN

 


Oleh: Ustadzah Eka Susanti (Mubalighah Sumut)


Wabah Covid -19 tak menyurutkan langkah para pengemban dakwah dimana pun berada dalam mensyiarkan Islam. Dengan mencoba berbagai strategi untuk memahamkan dan meyakinkan umat pada ajaran Islam, diantaranya tentang kewajiban untuk menegakkan syariah dalam naungan khilafah, sebagaimana yang terdapat dalam TQS. al-Baqoroh ayat 30 ("Ingatlah ketika Tuhanmu  berfirman kepada para malaikat, "sungguh Aku akan menjadikan di muka bumi Khalifah..."). Hadist Rosulullah Saw : "Siapa saja yang mati, sedangkan di lehernya tidak ada bai'at (kepada Imam/Khalifah), maka ia mati jahiliah" (HR. Muslim).

Nusantara adalah wilayah di Asia Tenggara yang terdiri dari banyak pulau, wilayah tersebut telah mendapatkan perhatian dari khilafah, banyak bukti menunjukkan hal itu, dengan berdirinya pusat-pusat kekuasaan Islam yang berbentuk kesultanan, mulai dari kesultanan Aceh yang terletak di ujung barat, hingga kesultanan ternate di ujung timur.  Karenanya penting bagi pengemban dakwah khususnya di Nusantara  mengungkapkan kebenarannya sebagai upaya merajut puzzle keoptimisan. Agar semangat dan sikap optimis umat akan tegakknya Khilafah semakin berkobar karena merasakan kehadirannya melalui tayangan film dokumenter Jejak-jejak Khilafah di Nusantara. Selanjutnya tidak ada lagi keraguan untuk memperjuangkannya.

MasyaAllah luar biasa, itulah kalimat yang terucap setelah menyaksikan film dokumenter Jejak Khilafah di Nusantara (JKDN), film yang ditonton lebih dari 250.000 orang, telah menghebohkan dunia nyata dan maya. Tiga puluh menit menjelang pemutaran jagat Twitter diramaikan dengan tagar #DakwahSyariahKhilafah dan #SejarahIslamIndonesia, akhirnya berhasil menjadi trending topic di posisi pertama dan kedua bertepatan dengan 1 Muharram 1442 H tahun baru Hijriah. Hal ini menunjukkan besarnya antusiasme masyarakat dalam menyambut pemutaran film JKDN secara virtual untuk pertama kalinya. 

Tontonan bergizi tinggi dan dapat dijadikan sebagai suplemen bagi pengemban dakwah dan umat yang insyaAllah akan menambah gairah  perjuangan Islam dalam menyambung kembali sejarah indah, pantang menyerah hingga terwujudnya cita-cita atau ajal tiba.  Di tengah badai tontonan tanpa tuntunan,  memuakkan mengumbar nafsu dan amoral,  Film JKDN muncul laksana bintang yang menarik perhatian semua orang, ingin mendapatkan secercah harapan, pencerahan akan terkuaknya sebuah kebenaran. Meskipun ada juga pihak yang berharap kegagalannya  bahkan menuding sebagai film yang mengandung propaganda. Namun 'the show must go on',  atas izin Allah film ini menuai kesuksesan, wasilah ini berhasil  mengungkapkan kebenaran fakta-fakta yang selama ini kabur dan terkubur, terungkap kebenaran  bahwa nusantara punya keterkaitan dengan Khilafah.

Adanya jejak Khilafah di Nusantara antara lain terungkap dalam sambutan Sri Sultan Hamengkubuwono X pada Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VI, 9 Februari 2015, di Yogyakarta. Saat itu beliau tegas mengungkapkan bahwa Raden Patah dikukuhkan oleh utusan Sultan Turki Utsmani sebagai Khalifatullah ing Tanah Jawi (Perwakilan Khilafah Turki di Tanah Jawa). 

Disertasi Dr. Kasori di UIN Sunan Kalijaga yang berjudul Di Bawah Panji Estergon: Hubungan Kekhalifahan Turki Utsmani dengan Kesultanan Demak Pada Abad XV-XVI M (2020) makin menguatkan pernyataan Sri Sultan HB X tersebut. Dalam penelitiannya Kasori antara lain menyatakan, para raja atau sultan di Demak memerlukan gelar sultan dari Turki untuk menguatkan kedudukannya. 

Pengaruh Khilafah Turki Utsmani juga telah diungkap Ermy Azziaty Rozali dalam disertasinya di Universitas Malaya Malaysia dan diterbitkan dengan judul Turki Uthmaniah: Persepsi dan Pengaruh Dalam Masyarakat Melayu (2016) (Hidayatullah.com, 23/8/20).

Jelas, keberadaan Khilafah Islam adalah fakta sejarah. Tak bisa dibantah. Khilafah Islam pernah eksis selama tidak kurang dari 13 abad. Menguasai tidak kurang dari 2/3 wilayah dunia. Jejak Khilafah ini begitu jelas dalam lintasan sejarah di dunia. Termasuk di Nusantara. Wallahu'alam.