MEMBENTENGI PEMUDA DARI VIRUS LIBERALISME


Oleh : Ummu Sholehah (Ibu Rumah Tangga & Aktivis Muslimah Medan)

Salah satu virus yang sangat berbahaya bagi para pemuda sekarang ini bahkan bahayanya melebihi virus Corona adalah virus liberalisme, bukanya dijauhi justru virus ini semakin di gandrungi dan di eluh-eluhkan. Berbagai peristiwa negatif sebagai dampak dari liberalisme yang menimpa generasi muda  kini yang banyak menghiasi media. Seksualitas, 'bucin', kekerasan, geng motor, pembunuhan sadis, bully, tawuran, tindakan kriminal yang melibatkan remaja serta narkotika kerap menjadi pembahasan di media.

Virus liberalisme atau kebebasan yang sudah teramat parah dan mengancam inilah yang menjangkiti anak muda, tidak hanya di Indonesia namun di seluruh dunia. Sayang banyak orang yang tidak menyadari kerusakan yang akan ditimbulkan, terlebih orang tua sebagai penanggung jawab utama pendidikan dan pengasuhan anak-anak sebelum baligh-nya.

Pemuda dengan jiwa memberontak yang begitu tinggi, sikap yang ingin selalu bebas dan tidak mau untuk diatur justru semakin tertantang untuk melakukan yang dilarang. Maka disinilah virus liberalisme tumbuh subur karena minimnya pembentengan diri, masyarakat dan Negara terhadap pemuda.
Liberalisme bukan saja dapat membuat seseorang itu ragu terhadap ajaran agamanya bahkan jika tidak ada pemahaman Islam dengan sudut pandang yang benar, mampu menjadikan seorang muslim membenci ajaran agamanya. Bagi mereka yang sudah teracuni dengan ide serta pemikiran liberalisme kekaguman dan pemujaan terhadap tokoh-tokoh serta peradaban barat merupakan perkara yang biasa untuk mereka.

Pada awalnya liberalisme dimulai sebagai reaksi atas hegemoni kaum feodal pada abad pertengahan di Eropa. Sebagaimana diketahui, Kristen adalah agama yang telah mengalami perubahan dan penyimpangan ajaran. Pada tahun 325 M, Imperium Romawi mulai memeluk agama Kristen yang telah mengalami perubahan tersebut, yaitu setelah agama Kristen merubah keyakinan tauhid menjadi trinitas dan penyimpangan-penyimpangan yang lainnya.
Kehidupan beragama dibawah institusi gereja juga sarat dengan penyimpangan. Tersebarnya peribadatan yang tidak memiliki landasan dalam kitab suci dan merebaknya surat pengampunan dosa adalah diantaranya. Paus Roma, ketika mereka membutuhkan dana untuk membiayai aktivitas gereja, mereka menerbitkan surat pengampunan dosa dan menghimbau masyarakat untuk membelinya dengan iming-iming masuk surga. Pendapat-pendapat tokoh agama pun bersifat absolut dan tidak boleh digugat. Alquran juga menyebutkan di antara penyimpangan mereka:

“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At Taubah [9]: 31)
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah.” (QS. At Taubah [9]: 34)
Penyimpangan keyakinan, ditambah dengan sistem politik otoriter inilah faktor utama yang kemudian melahirkan pemikiran liberal. Saat masyarakat tertekan dan hidup dalam kezaliman, muncullah reaksi yang bertujuan kepada kebebasan hidup.
Sebagaimana kita ketahui bahwa Islam adalah agama yang di dalamnya terdapat peraturan hidup dari Sang Kholiq yang Maha Pencipta dan Pengatur maka sungguh tidak lah bisa manusia ini hidup bebas sebebas-bebasnya untuk melakukan sesuatu ia terikat dengan aturan. Begitupun dengan para pemuda yang merupakan aset yang berharga bagi agama dan Negara tidak bisa kita membiarkan pemuda terjangkiti virus liberalisme ini semakin parah.

Maka cara yang efektif hari ini yang dapat mencegah pemuda dari berbagai kerusakan akibat liberalisme adalah dengan cara:
Pertama, menanamkan pemahaman Aqidah Islam yang kokoh pada generasi muda melalui proses berpikir yang benar dan rasional bukan melalui pendoktrinan. Melalui proses berpikir yang benar ini maka para pemuda akan memahami mengapa mereka harus beragam Islam, kemudian mengapa mereka harus taat, serta mengurai berbagai pertanyaan mendasar dalam dirinya.

Kedua, menanamkan kecintaan kepada Rasulullah bahwa beliau adalah teladan utama kaum muslimin, dengan begitu akan terfahamkanlah syariah yang dibawa oleh Rasulullah saw. dan mempraktekkan dalam kehidupan serta tahu bagaimana untuk memperjuangkan Islam. Tak lupa pula menyampaikan sejarah kegemilangan Islam pada masa kekhalifahan sebagai bukti bahwa dalam sejarah penerapannya Islam memang sudah terbukti menghantarkan pada puncak kejayaan.
Ketiga, melakukan pembinaan yang bersifat tersusun, berstruktur, dan sistematik kepada para generasi muda sehingga terbentuk kepribadian Islam yang kuat dalam diri mereka. Sebab inilah yang di lakukan oleh Rasulullah saw kepada para sahabat ketika dalam proses penegakan Khilafah.
Insyaallah apabila ini mampu untuk di terapkan, maka para pemuda akan terbentengi dari virus liberalisme yang semakin menggerogoti tubuh kaum muslimin, jangan biarkan tiap generasi yang lahir dari kaum muslimin hanya akan menjadi mangsa liberalisme. Sungguh Setiap anak-anak kaum muslimin adalah adalah penopang kebangkitan Islam. Wallahu'alam