MANUSIA RAKUS


OLEH : FAHMI AMIN HARAHAP

Manusia adalah ciptaan Tuhan, yang diberikan potensi yang beraneka ragam, ada yang mahir di bidang politik, hukum, dan agama. Manusia hakekatnya adalah seorang yang ambisius, dan terkesan rakus. Rakus dalam arti kata tidak puas dalam segala hal yang ia dapatkan, dapat satu ingin tambah jadi dua, itupun masih juga kekurangan.

Manusia diciptakan Allah sejatinya rakus dan terkesan mengeluh, mengeluh ketika rejeki yang didapatkan tidak sesuai dari pekerjaan yang ia lakoni. Ia begitulah keadaan manusia dewasa ini, bukan hanya dewasa ini, tapi dari zaman nabi saja sudah Allah ciptakan manusia itu dengan karakteristik rakus. Adapun dalil yang termaktub dalam Alquran bahwa sejatinya manusia itu adalah orang yang rakus dan bersifat mengeluh, Allah berfirman : “Sesungguhnya manusia diciptakan berkeluh kesah lagi kikir, apabila ditimpa kesusahan dan musibah ia berkeluh kesah, serta apabila ia mendapatkan kenikmatan dan kebaikan ia sangat kikir”. (Qs. Al-Ma’arij ; Ayat 19-21).

Berangkat dari penjabaran diatas bahwa benar manusia itu adalah orang yang rakus. Kenapa rakus? Karena hari-harinya selalu mengeluh, diberikan jabatan tinggi dan gaji tinggi tapi tetap koruptor, dikasih upeti yang lumayan banyak masih juga kurang, sehingga hidup manusia itu tidak pernah abis-abisnya dengan khufur nikmat lagi serakah. Contoh yang hari ini bisa kita lihat manusia yang rakus itu yaitu qorun, qorun adalah manusia yang kaya, kekayaannya tidak ada yang bisa menandinginya, sehingga qorun senantiasa diabadikan didalam alquran. Qorun manusia sombong lagi rakus, dia mengeluh pada tuhannya kenapa bisa Musa yang diangkat sebagai nabi, kenapa tidak dia, karena qorun menganggap dialah yang seharusnya jadi Nabi, karena dia kaya raya sedangkan musa orang yang miskin. Sehingga dengan kesombongan qorun sikikir lagi mengeluh itu Allah benamkan dirinya beserta hartanya kedalam bumi. 

Dari kisah diatas bahwa manusia itu adalah sejatinya dalam keadaan rakus lagi mengeluh. Banyak lagi contoh manusia dewasa ini bisa kita saksikan betapa rakus dan serta mengeluh, ampir persis dengan kisah qorun yang menumpukkan kekayaannya untuk menganggap semua orang itu hina dimatanya. Itulah manusia, dikasih kaya mintak lagi yang lebih, tapi sungguh orang yang begini Allah binasakan dia kelak diakhirat. Bukan orang kaya saja yang mengeluh, tapi orang miskin juga sering banyak mengeluhnya, mengeluh karena rejeki yang didapatkan kurang, selalu mengeluh kenapa tidak kaya-kaya, padahal sebenarnya Allah ingin menguji seberapa taat seorang hamba padanya Allah, ketika dikasih kaya seharusnya dia bersyukur karena dia bisa hidup enak, dan seharusnya dia tahu bahwa ada sebagian hartanya itu Allah titipkan sama dia, ada setengah hartanya itu milik orang miskin disekitarnya yang harus diaberikan.

Begitu juga orang miskin seharusnya bersyukur dan jangan mengeluh, senantiasalah dia bersyukur bahwa nabi muhammad mengatakan saya lebih suka menjadi miskin, sebab ketika kita miskin hisab kita diakhirat aman, sebab apa yang mau kita pertanggung jawabkan, harta tidak ada, karena kita harusnya bersyukur sejatinya Allah sayang sama orang yang miskin agar orang yang miskin itu sabar dan kelak nanti Allah siapkan tempat surga yang indah buatnya, bukan malah mengeluh.

Yakinlah kita meskipun kita terlahir dalam keadaan bersifat rakus lagi mengeluh, bukan berarti kita tidak bisa merubah watak itu menjadi orang yang bersyukur lagi qonaah dan tawadduk, karena ketika kita bersyukur Allah akan tambah nikmat itu pada kita, dan ketika kita rakus, dikasih jabatan kita khianat, dikasih gaji besar tetap kita koruptor, kelak orang yang begini akan Allah lemparkan kedalam api neraka, karena manusia begini selalu rakus dan mengeluh atas nikmat-nikmat yang diberikan Allah sama dirinya.