Stunting Pada Anak, Tanggung Jawab Siapa?


Oleh : Wana Rukmana (Aktivis, Pemerhati Masyarakat)

Saat ini  kita sering melihat banyak anak yang tidak tumbuh sesuai dengan usianya. Misalnya seorang anak yang Sudah berusia 12 tahun tampak seperti anak yang berusia 7 tahun. Hal itu sering juga di sebut dengan Stunting atau gagal tumbuh pada anak. Selama ini, mungkin stunting lebih identik dengan keluarga kurang mampu sehingga anak mengalami kurang gizi. Padahal, anak keluarga mampu pun bisa mengalami stunting akibat pola asuh yang salah. Pembicara dari Institut Gizi Indonesia Profesor Fasli Jalal menjelaskan berdasarkan hasil riset ditemukan 30 persen anak dari keluarga kaya di Indonesia mengalami stunting. "Jadi, stunting itu tidak hanya fenomena orang miskin, tapi juga orang kaya yang pola asuh anaknya salah kendati memiliki fasilitas," katanya.
Fasli menyebutkan pada saat anak keluarga miskin sebanyak 40 persen mengalami stunting, pada keluarga kaya jumlahnya mencapai 30 persen, sehingga perlu penyadaran pola pengasuhan kepada keluarga yang secara sosial ekonomi tidak miskin.
"Stunting adalah anak yang tidak tumbuh sesuai dengan umurnya. Jadi perkembangan anak itu punya standar dan setiap anak punya titik minimal, kalau tidak sesuai maka disebut stunting atau gagal tumbuh," ujarnya.
Fasli menjelaskan penyebab stunting ada tiga, yakni makanan tidak cukup masuk ke perut anak, ada makanan tapi tidak tahu bagaimana menggunakannya, kemudian makanan masuk cukup tapi dicuri oleh cacing di perut anak, serta adanya infeksi berulang. Ia menilai salah satu cara pencegahan stunting adalah dengan mengoptimalkan peran sosial sehingga semua keluarga besar bersama-sama mengawasi dan memantau anak. Artinya, orang sekampung perlu bersama-sama mengawasi dan memperhatikan gizi anak dan semua bertanggung jawab membesarkan anak," katanya.
Kemudian, ia menjelaskan pada anak yang stunting sel otak tidak berkembang maksimal sehingga mempengaruhi kecerdasan dan ada yang telat berpikir atau kurang pintar. Di sisi lain, ia melihat stunting merupakan masalah laten yang terjadi lama dan penanganan tidak bisa hanya oleh orang kesehatan saja atau pangan. Lantas bagaimana Islam memandang stunting?
Anak merupakan amanah yang telah dititipkan Allah SWT kepada kita, yang harus dijaga dan dipenuhi segala kebutuhannya termasuk kebutuhan mendapat asupan gizi yang baik dan pola asuh orang tua maupun lingkungan yang baik pula. Dalam Islam, Negara juga bertanggung jawab atas kebutuhan primer dan sekunder para rakyatnya termasuk memenuhi standar gizi bagi anak-anak khususnya keluarga yang kurang mampu, termasuk maslah stunting saat ini. Jika pun terjadi stunting dapat dipastikan itu bukan karena kelalaian negara dalam mengurusi rakyatnya melainkan sudah menjadi qadharullah. Namun saat ini, negara tampak lepas tangan dan seakan tidak mau mengurusi masalah yang menimpa anak-anak penderita stunting. Padahal ini berkaitan penting dengan keberlangsungan kehidupan bangsa yang berada pada generasi muda saat ini. Bahkan, saat ini stunting dianggap suatu hal yang wajar dan dianggap biasa bagi sebagian masyarakat karena kurangnya pemahaman tentang stunting itu sendiri. Itulah mengapa pentingnya Islam berada di tengah-tengah masyarakat.
Dalam sistem kapitalis saat ini, orang tua seakan lalai akan tanggung jawabnya dan juga kurang memberi perhatian yang khusus bagi anak-anaknya, mereka menganggap materi adalah sumber kebahagiaan yang harus dicari untuk kebahagiaan keluarganya tanpa mementingkan anak juga membutuhkan kasih sayang mulai dari perhatian dan tanggung jawab orang tua atas tumbuh kembangnya anak serta menyerahkan sepenuhnya anaknya kepada asisten rumah tangga maupun baby sister. Orang tua yang seharusnya menjaga, mendidik dan mendengarkan segala keluh kesah anak berpindah tangan kepada asisten rumah tangga karena orang tua sibuk mencari materi yang kemungkinan bisa mengancurkan keluarga itu sendiri.
Orang tua adalah pihak yang bertanggung jawab untuk memenuhi segala kebutuhan anak-anaknya, termasuk memenuhi standar gizi serta mengasuhnya dengan baik. Tentang tanggung jawab ini disebutkan dalam hadist yang Artinya:”Tiap-tiap kamu adalah pemimpin dan tiap-tiap kamu akan ditanya tentang kepemimpinannya,seorang laki-laki adalah pemimpin didalam keluarganya dia akan ditanya tentang kepemimpinannya, seorang wanita adalah pemimpin,dia akan ditanya tentang kepemimpinannya,seorang pelayan adalah pemimpin didalam harta majikannya,dia akan ditanya tentang kepemimpinannya, seorang laki-laki adalah pemimpin dalam harta ayahnya,dia akan ditanya tentang kepemimpinannya,maka tiap-tiap dari kamu adalah pemimpin dan tiap-tiap kamu akan ditanya tentang kepemimpinannya. (HR.Al-Bukhari 2554 dan Muslim 1829).
Begitu juga dalam hadist yang lain disebutkan:”Dari Samurah,bahwasannya Nabi Muhammad SAW bersabda; Setiap anak yang lahir terpelihara dengan aqiqahnya yang disembelih untuknya pada hari ketujuh kelahirannya.Rambutnya dicukur dan si bayi diberi nama.” (HR.Ibnu Majah)
 Hadist-hadist diatas menerangkan tentang kewajiban orangtua terhadap anak sebagai tanggung jawabnya yang harus dilakukan menurut konsep Islam. Dari hadist-hadist tersebut dapat diketahui bahwa tanggung jawab menjadi orang tua sangatlah besar yang pastinya akan dimintai pertanggung jawaban. Namun, faktanya hari ini adalah banyak juga orang tua yang lalai akan tanggung jawabnya terhadap amanah yang telah dititipkan Allah SWT kepadanya. Lantas bagaimanakah pertangggung jawaban kita dihapan Allah kelak?. Wallahua'lambishawab.