KETAKWAAN MENJADIKAN KITA MULIA




Oleh:  Fahmi Amin Harahap

Islam membawa ajaran universal, tidak mengenal perbedaan atau diskriminasi. Dalam islam, nilai kemuliaan bukan didasarkan atas suku, kebangsaan, ganteng, cantik, kaya, dan lain sebagainya. Salah satunya tolok ukur ialah Takwa. Orang Indonesia, Malaysia, Brunai, Arab, India, China, Asia, Eropa, dan lain sebagainya bisa tidak mulia atau bisa mulia di sebabkan bertakwanya. Jika tidak bertakwa sedikitpun tidak ada kemuliaan disisi Allah Swt.
Allah Berfirman : “Wahai Manusia, sesungguhnya kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan wanita (Adam dan Hawwa), kemudian kami jadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, agar kalian saling kenal-mengenal. Sesunggunya yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang bertakwa.” (Al-Hujarat : 13)
Islam adalah satu-satunya agama yang mengajarkan kemerdekaan yang mutlak, sehingga manusia hanya tunduk dan menyembah kepada Allah Swt, tidak mengibadahi sesama manusia, siapapun dirinya. Di dalam islam dia tidak boleh mengklaim dirinya paling mulia, paling ahli ibadah, paling tawadduk, dan lain sebagainya. Semua manusia sama dan derajatnya secara kompleks. Jika ada yang mulia, itu karena dia orang yang bertakwa kepada Allah Swt.

Sejarah Orang Bertakwa
Kesabaran Nabi Nuh
Di dalam Buku The Pawer Of Optimisme karangan AM. Waskito menulis bahwa Nabi Nuh ialah Rasul pertama yang Allah utus kepada umat manusia. Saat Nuh kecil, dia prihatin dengan perbuatan kaumnya. Nuh banyak menangis melihat kesyirikan itu. Tapi setelah Allah utus dia menjadi Rosul, Nabi Nuh mengajak umatnya kejalan yang benar, dengan menempuh segala macam cara untuk mengajak kaumnya beriman. Beliau berdakwah dikala malam dan siang hari. Beliau berdakwah secara terbuka, lewat seruan-seruan, juga sembunyi-sembunyi.
Dakwah Nabi Nuh ini membuahkan hasil sedikit. Dalam kurun waktu 950 tahun berjuang, hanya sekitar 80 orang yang mengimani dakwahnya. Kalau dirata-ratakan, dalam waktu setiap 12 tahun diperoleh satu orang yang beriman. Saat itu mayoritas kaum Nabi Nuh sudah berada dalam puncak kejemawaannya, kedurhakaan, serta pembangkang. Hati-hati mereka sudah membeku, terkunci mati, tiada yang menyisahkan harapan keimanan secuilpun.
Simpulan
Akibat dari durhakanya kaum Nabi Nuh ini, Allah menurunkan banjir terdahsyat sepanjang sejarah manusia. Begitulah dahsyatnya hingga tanah subur dikawasan dunia Arab terangkat, sehingga negeri itu menjadi gurun-gurun pasir tandus. Karena dahsyatnya banjir ini, sehingga Nabi Nuh As diperintahkan mengumpulkan setiap jenis hewan sepasang-sepasang. Upaya itu adalah bentuk penyelamatan ekosistem, karena banjir yang akan menimpa sangat mengerikan, dengan menaiki perahu besar, Nabi Nuh dan pengikutnya, serta hewan-hewan itu selamat.
Kisah ini menjadikan diri kita kedepannya sadar, bahwa tidak ada yang bisa kita banggakan didunia ini, semua ini adalah fana, yang menjadikan diri kita mulia adalah bukan kekayaan kita, bukan jabatan kita, bukan keturunan bangsawan, bukan ganteng, bukan cantik, tapi melainkan ketakwaanlah yang membuat kita mulia dan hebat. Jika kita tidak bertakwa kepada Allah, ingat, mati kita kelak akan dicatat sebagai penghuni neraka.

Penulis Adalah Mahasiswa Faultas Dakwah dan Komunikasi UINSU