2019, Tahun Bela Negara Tauhid



Dakwahsumut.com,Medan,  Seratusan tokoh dan ulama dari sejumlah daerah di Sumatera Utara berharap tahun 2019 mendatang merupakan momentum pembelaan terhadap negara tauhid.
     "Kalau (tahun) 2018 ini momen pembelaan umat terhadap bendera tauhid maka harapannya pada tahun 2019 ada pembelaan negara tauhid," ucap KH. Siddiq Al Jawi, Ahad (30/12/18) di Hotel Garuda Citra, Medan.
     Pernyataan pembicara utama pada temu tokoh dan ulama Sumut itu langsung dijawab "aamiin" oleh seluruh peserta. Mereka berharap semangat persatuan umat dalam wadah 212 menghasilkan kebangkitan Islam.
     Al ustadz Siddiq Al Jawi menyebutkan persatuan umat itu harus terus dirawat dan dijaga untuk menyongsong kebangkitan Islam.pd
     Pembelaan terhadap bendera tauhid semestinya tidak hanya berhenti pada persoalan itu saja tetapi juga harus ditindaklanjuti dalam pembelaan dan penerapan kalimat tauhid tersebut.
     Konsekuensi kalimat tauhid itu, katanya maka seorang muslim harus tunduk terhadap hukum Islam. Tidak hanya aspek ibadah tetapi juga pada seluruh aspek kehidupan.
     "Termasuk aspek politik juga diatur dalam Islam," ucap Al ustadz Siddiq Al Jawi. Maka, sambungnya, penerapan syariah dan khilafah harus direalisasikan karena itu adalah ajaran Islam.
    Tentang bangkitnya syariah dan khilafah, menurutnya adalah sebuah keniscayaan dan merupakan janji Allah SWT. Namun untuk meraih itu diperlukan ikhtiar dari umat.
    "Ini sesuai dengan Firman Allah SWT dalam Surah Muhammad ayat 7, yaitu Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu ...," paparnya.
     Lebih lanjut ustadz itu menjelaskan perihal Ikhtiar yang bisa dilakukan setiap muslim, yakni memberikan edukasi atau memahamkankan kepada umat tentang Islam kaffah.
    "Sampaikan bahwa Islam tidak hanya mengurusi urusan ibadah saja tetapi juga seluruh aspek kehidupan," ucapnya.
     Acara yang dipandu Ustadz Aqil itu juga membahas tentang prediksi negara negara barat bahwa pada tahun 2020 mendatang Islam akan bangkit menjadi sebuah kekuatan dalam bentuk negara.
     "Ada 15 lembaga riset AS salah satunya dari NIC. Itu memang bukan prediksi dari lembaga riset abal abal seperti yang sekarang ini banyak di Indonesia, tetapi itu riset lembaga yang kredibel," terangnya sembari menyebutkan realisasi negara Islam itu bisa saja sebelum tahun 2020 atau sesudahnya.
     Karena meyakini hasil riset itu, makanya barat khususnya AS melakukan upaya pencegahan. Banyak propaganda yang dilakukan negara kampiun kapitalisme itu.
     "AS melakukan upaya menghempang kembalinya khilafah di muka bumi. Salah satu nya adalah memberikan predikat buruk terhadap khilafah, mulai dari fundamental, radikal, teroris dan lainnya," ucapnya.
     Ustadz asal Yogyakarta itu juga mencontohkan salah satu upaya penghempangan yang dilakukan AS dengan melahirkan ISIS.
    Kelompok buatan itu mengklaim sebagai sebuah institusi khilafah lalu melakukan tindakan biadab. Tujuannya agar umat Islam antipati dengan khilafah.
     Al ustadz Siddiq Al Jawi juga mencontohkan tentang sikap penguasa muslim yang memerangi atau mengkriminalisasi ulama dan Islam adalah bagian dari skenario AS.
     "Penguasa muslim yang menghalangi tegaknya khilafah, termasuk di Indonesia itu semata-mata perpanjangan agenda AS. Jadi tidak ada hubungannya dengan pembelaan terhadap NKRI, Pancasila, UUD 45. Itu semata hanya untuk menghempang kebangkitan Islam" bebernya.
     Acara yang digagas Lembaga Studi Islam (elsim) itu berakhir dengan sesi diskusi yang melibatkan sejumlah ulama dan tokoh termasuk dari ormas dan partai tertentu. (,)
.