Uyghur Menjerit, Dimana Perisai Kaum Muslimin?


Oleh : Agus susanti (Aktivis Muslimah Sumut)

Keberingasan China atas etnis Uyghur sedang membunyikan lonceng persatuan umat Islam sedunia. Dia lupa bahwa Islam bersatu di atas Aqidah yang solid dengan persaudaraan tanpa batas teritorial. Namun sayang hal ini belum bisa terwujud dikarenakan adanya sekat Negara yang menghalangi kaum muslim bersatu. Alhasil banyak saudara muslim diuar negeri yang mengalami banyak penisdasan, sementara muslim yang lain tak mampu membebaskan mereka dari penderitaannya. Termasuk hal yang terjadi pada muslim Uyghur di China dan Indonesia sebagai Negara muslim terbesar juga tak mampu berbuat apa-apa.
"Ketergantungan ekonomi yang tinggi atas China di bidang perdagangan dan investasi, dalam konteks bilateral dan CAFTA, memaksa RI berpikir amat panjang dan mendalam sebelum membuat sebuah kebijakan atas praktik pelanggaran HAM yang terjadi di Xinjiang," ucap pengamat politik internasional dari Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah, kepadaCNNIndonesia.com, Selasa (18/12).
Kerjasama antara Indonesia dan China telah membuat rezim tak bisa berkutik terhadap kekerasan yang dilakukan China pada muslim Uyghur. Mereka yang selalu berkoar tentang HAM, kini hanya bisa diam. Kemudahan berbisnis antara zionin China dan Indonesia membuat pemimpin negeri ini harus berpikir teramat panjang untuk menanggapi penindasan ini. Bahkan sekedar untuk mengecam China saja pemerintah tak mampu. Bila kita lihat asal dari HAM itu sendiri berasal dari Negara kafir yang jelas memusuhi Islam. Jadi teramat wajar jika kekejaman yang dialami muslim Uyghur ini tidak mendapat perlindungan dari HAM itu sendiri.
Apa yang terjadi pada etnis Uyghur ini bukan sekedar permasalahan hak asasi manusia yang direnggut, tapi ini lebih menyoal pada urusan akidah. Sebab yang hendak di musnahkan adalah mereka yang beridentitas muslim. Sangat nampak kebencian mereka terhadap islam itu sendiri. Jadi sudah sepantasnya kita sebagai kaum muslim yang satu tubuh untuk membantu membebaskan mereka dari kebinasaan China yang sudah lama terjadi. Sebab duka mereka adalah duka seluruh kaum muslimin. Ibarat kaki yang tersandung batu hingga berdarah maka matapun meneteskan air mata dan tangan dengan refleks menyentuh kaki.
Islam adalah agama yang satu yang tidak terpisah, walau kini disekat atas nama batas Negara. Sejumlah penindasan yang terus terjadi pada etnis Uyghur di China telah merobek hati seluruh kaum muslim. Uyghur adalah sekolompok etnis Turki yang berpusat di Turkistan Timur, dan di duduki oleh China Komunis sejak 1949 yang diberi nama Xinjiang, daerah otonom China. Adapun jumlah masyarakat Uyghur mayoritas muslim dan berjumlah sekitar 2-3 juta yang tinggal di Turkistan Timur.
Selama bertahun-tahun, China telah berusaha untuk memusnahkan idenditas agama dan budaya dari Uyghur. Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah besar muslim Uyghur telah dikirim ke kamp pendidikan untuk didoktrin secara politik dan memaksa mereka untuk mengecam agama dan budaya mereka sendiri. Bahkan para wanita Uyghur telah dipaksa untuk menikahi pria cina dengan alasan asimilasi budaya. Masjid-mesjid dihancurkan, dan mereka tidak bisa menjalankan ajaran islam secara terbuka karena akan mendapatkan resiko yang besar dari para tentara China.
Tak hanya itu, anak-anak Uyghur kini diletakkan di sekolah-sekolah asrama yang mengajarkan mereka untuk membenci agama mereka dan identitas Uyghur mereka. Zionis China juga memasang kode QR, CCTV pengawas massal, dan mengumpulkan data biometrik untuk mengawasi muslim Uyghur.
Sungguh lengkap penderitaan mereka, ditahan tanpa alasan yang jelas, dilarang melakukan ibadah, hingga larangan memakai kata yang bernuansa islam sebagai nama. Komite Hak Asasi Manusia PBB menyatakan terdapat satu juta muslim Uyghur ditahan pemerintah Beijing tanpa proses hukum.
Menurut Anggota Komite PBB untuk Penghapusan Diskriminasi Rasial, Gay McDougall, wilayah otonom Uyghur diubah seperti kamp. Di sana para tahanan diwajibkan mengucapkan sumpah setia kepada Presiden China Xi Jinping. Berdasarkan laporan lainnya, mereka juga dipaksa meneriakkan slogan Partai Komunis. Kabarnya, para tahanan tidak diberi makan dengan baik. PBB juga menerima laporan penyiksaan terhadap tahanan.
Kini mereka harus bertaruh nyawa untuk terus berpegang teguh pada agama Allah, sedangkan kita disini masih bisa bebas untuk menjalankan seluruh ibadah yang diperintahkan Allah tanpa ada tekanan. Namun apa yang kelak akan kita pertanggungjawabkan dihadapan Allah terhadap nasib saudara kita di Uyghur dan Negara lain yang juga mengalami penindasan!. Sementara kita adalah Negara dengan jumlah muslim terbesar. Bukankan sudah jelas perintah Allah terhadap muslim untuk menolong muslim yang membutuhkan pertolongan kita. Allah berfirman :
“jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan pada mereka. Dan Allah Mahamelihat yang kamu kerjakan.” (QS. al-Anfaal: 72)
Namun sayang pernyataan yang di keluarkan oleh wakil presiden Jusuf kalla tidak mencerminkan jiwa seorang pemimpin. Beliau mengatakan bahwa penindasan pada muslim Uyghur adalah masalah internal, sehingga Indonesia tidak perlu ikut campur.
Sikap seperti ini sungguh bukan hal yang aneh, sebab Indonesia selama ini menerapkan sebuah sistem buatan manusia. Kapitalis-sekuler adalah ideologi yang menghilangkan peran Tuhan di setiap aktivitas. Sehingga membuat mereka lupa akan identitas aslinya sebagai seorang muslim. Dan selama sistem kufur ini yang kita terapkan maka ketentraman akam jauh dari pandangan.
Saat ini kaum muslim lemah karena dipisah oleh sekat Negara serta tiadanya perisai bagi ummat, dan hal ini harus segara ikita akhiri. Islam harus kembali bersatu dalam satu naungan islam. Sebab yang kita butuhkan untuk menolong saudara kita saat ini adalah sebuah institusi yang berlandaskan Islam yakni Khilafah. Sebab khilafah adalah perisai/ pelindung bagi umat Islam, berdasarkan sabda Nabi saw :
“sungguh imam (kholifah) itu laksana perisai. Kaum muslim akan berpegang dan berlindung di belakang dia” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Khilafah adalah perisai bagi kaum muslim, dimana seorang pemimpin/ khalifah haruslah kuat/berani dan terdepan bukan seorang pengecut dan lemah. Kekuatan yang tidak hanya dari jiwa pribadinya namun juga dari kekuatan institusinya yakni Khilafah. Semua karena dorongan pondasi yang sama yaitu aqidah Islam. Dan seorang khalifah tidak akan membiarkan umatnya diserang atau disakiti oleh musuh.
Tidakkah kita belajar dari pengalaman kepemimpinan islam di masa silam. Dimana tentara muslim sangat di segani oleh Negara-negara kafir. Bahkan tindakan pelecehan terhadap seorang wanita yang dilakukan oleh tentara Romawi, khalifah Abbasiyyah sampai mengirim ratusan ribu pasukan untuk mulumat Amuriah yang mengakibatkan ribuan tentara Romawi terbunuh dan ribuan lainnya di tawan.
Hal seperti inilah yang selalu dilakukan oleh para Khalifah. Dan semua ini karena didasari aqidah Islam sehingga kaum muslimin siap menang atau mati syahid. Bahkan rasa takut untuk melawan musuh tidak lagi ada. Inilah yang membuat musuh-musuh Islam ketakutan bila berhadapan dengan pasukan kaum muslim. Sikap seperti inilah yang seharusnya ada pada jiwa setiap pemimpin. Namun hal ini hanya bisa terwujud dengan sistem yang juga berdasarkan Islam yang menerapkan seluruh aturan Islam.
Kesimpulannya adalah bahwa setiap konflik dan penindasan yang terjadi pada kaum mislimin di Uyghur dan seluruh dunia adalah dikarenakan tiadanya kepemimpinan ummat yang melindungi. Maka untuk menyelamatkan nasib saudara muslim seluruhnya adalah dengan bersegera mencampakkan sistem kapitalis-Demokrasi yang mensekat-sekat kaum muslim dan segera menerapkan sistem islam dan segala aturannya dalam naungan khilafah.
Wallahu a’lam bishawab.